Normal pov's
Dentuman dan hentakan suara musik kini selalu menjadi makan sehariannya,namun disayangkan semua itu terkadang tak dapat dia dengar. Menjadi budak catur kebanggaan sekolah,maupun kepala sekolahnya sendiri seolah bakat dan nilainya adalah hal wajib dan mutlak harus dipertahankan.
Isakan tangis saat malam tiba dengan bulan yang telah sabit permanen kadang terdengar terbawa angin malamnya,jatuh cinta kepada hal apapun yang ada dihidupnya meski kini dia seperti boneka yang dikendalikan.
"Eh? Seharusnya kau tidak perlu menjadi pengiringku Asano-kun... hahaha!" Gadis (h/c) itu sedikit tertawa lepas sembari memukul punggung beberapa kali.
"Tidak apa-apa,,apa itu masalah? Aku ini multi-talenta"
"Jangan sombong kau anak strawberry!!" Dengan emosi gadis itu langsung membentak pemilik strawberry blonde itu,melemparnya dengan botol besar yang isinya masih dapat dibilang banyak.
Asano sedikit mengerang sakit dengan keras,mengelus perlahan dari sisi kepala yang sempat terkena lemparan keras sang empunya pemilik surai (h/c),lalu menoleh dengan kasar.
"Kau tidak perlu lempar botol juga,bodoh!!" Protes Asano dengan kasar,seakan membuat pemuda itu tambah kesal dengan Respon gadis didekatnya kini hanya menjulurkan lidahnya dengan kesal.
"Hanya karena kau multi-talenta,bukan berarti kau sempurna tahu! Kau adalah kau... meskipun sedikit licik seperti setan kau mau melaksanakannya kan...?" Sang gadis itu pun mulai berkata halus dan bijak,sedikit mulai menenangkan hati keras Asano yang sempat terserat akibat tekanan tanggung jawab.
Dia dan gadis itu sama,selalu menjadi alat kemajuan sang kepala sekolah untuk Sekolahnya meskipun keduanya sangat berbeda.
Gadis itu pun menaruh biolanya ketempat semula,sesambil memegang busur ia berkacak pinggang menatap langit dengan sangat percaya diri,,"Kita tak pernah lahir diluar negeri! Ataupun juga bisa memiliki rambut yang aneh! Kita juga bukanlah Albert Einstein... kita disini bukan menanggung beban untuk sedikit lebih cepat dewasa,tapi disini kita menjadi pelajar dan menjadi sang remaja bebas pada umumnya!" Tersenyum dengan bebas,ia pun kembali menatap Asano yang tampak termangu sejenak.
"Bisa juga ya kau bicara begitu (L/n)-san" ucapnya terkekeh sedikit tertawa melucu.
" 'Bisa juga' apanya hah?!! Padahal aku ini sedang menyemangati!! Aku itu sudah muak dengan ayahmu itu!" Protes (Y/n) tampak kembali memukul kepala Asano dengan ringan.
"Hahahaha...! Maa,sekarang sepertinya waktuku untuk sibuk kembali... kita sudah 2 jam latihan sebaiknya kau cepat pulang,,aku akan menyelesaikan tugas dokumen anggota Osisku... Jaa nee!" Ujar Asano dengan nada santai,berpamit dengan sang ahli Violinis cantiknya sembari menepuk surai (H/c).
---oooOOOooo---
Warna orange hangat kini menutupi semua langit kota yang ada disekitarnya,berjalan senandung dengan rasa senang ia melewati jalur-jalurnya seperti biasa tanpa berhenti masih menggenggamnya peti berisi biola kesayangan ditangannya. Hingga sampailah dijalur pemberangkatan maupun pulangnya siswa Stasiun khusus SMP Kunugigaoks,ia bertemu dengan 2 sohibnya yang selama ini dekat dengannya sekitar kelas 1 hingga 2 bersamanya,Akabane karma dan Nagisa.
Dapat dikatakan mereka kini bertempat ke 3 -E,sebuah kelas End yang berisikan pernyataan sebuah kelas yang terasingkan dan didiskriminasi bagi para muridnya. Sangat tidak manusiawi bukan? Membuat para murid dari sekolahnya harus menanggung malu atas pendidikan yang ditempuhnya,ditambah mengubah soal dan materi diluar kemampuannya. Ya,(Y/n) juga memiliki permainannya sendiri,dia ingin merubah sekolah lipannya yang bertindak tak adil ini.
"Yo! Nagisa-kun,Karma-kun!" Sapa gadis itu dengan ramah melebarkan senyumannya.
"Aree~? Nagisa kau kenal dia?" Senyum jahil tampak terpampang pura-pura lupa,membuat sang empunya pemuda surai biru muda tsb terkekeh.
"Jahaaat!! Dasar setan merah kau sialaan!!!" Geram penuh emosinya sang Violinis seraya menabrakkan kepalanya dengan keras tubuh Karma hingga terjatuh,sedangkan Nagisa tak dapat menjawab sapaan (Y/n) lantaran terus saja sweatdroop dengan keadaan tingkah laku temannya.
Mengabaikan tatapan kebencian yang tertuju pada ketiganya dari para siswa yang tengah berlalu lalang,dengan waktu singkat mereka menghabiskan waktu bersam dengan bercanda dengan bersama-sama.
"Ya ampuun lihat itu,(L/n)-san dari kelas 3-A kenapa malah bicara pada kelas terendah sekolah kita? Tampaknya dia mulai tak waras" ujar sang seorang siswa 3-D tampak berceloteh menanggapi kebersamaan Ketiganya.
"Aah,,aku dibicarakan ya..?" Gumam (Y/n) mulai berhenti dengan aktivitasnya sejenak.
Mengeluarkan sesuatu dengan intens didalamnya,sebuah bola baseball yang cukup sedikit besar entah seberapa kuat gadis Violinis ini membawanya,bahkan itu kuat juga untuk membuat kepala benjol berbulan-bulan.
"Apa yang kalian bicarakan hah?!! Dasar brengsek!!" Lemparan point double yang cukup memuaskan,bola tsb memantul pada mereka berdua.
"Kuperingatkan jangan seenak menguntit atau kalian akan habis..!!" Menunjukkan wajah seramnya layaknya iblis atau setan mungkin lebih tepatnya,kedua pemuda siswa itu dengan tanpa syarat langsung mengangguk setuju.
"Hahaha! Rasanya seperti naik roller coaster ya (Y/n)-chan!" Sahut karma dengan santai mengantungi tangannya di saku celananya.
"Dia bukan benda Karma-kun" ujar Nagisa.
"Memang bukan..." (Y/n) mulai menggantungkan kalimat sejenak,dan seketika berbalik pada mereka,"tapi yang bagaikan Roller coaster itu,adalah hati kita semua,kebersamaan adalah suatu hal yang penting agar mengambil sisi positifnya untuk hidup didunia ini!" Berkata dengan lantang sambil tersenyum lebar sosoknya tampak sangat indah di senja hari,sehangat matahari yang nantinya akan terbenam.
"Hei! Kalian melihat mana hah?! Pasti tubuhku ya?! Hentai!!!"
"Tidak! Tidak! Kau salah paham (Y/n)-san!!"
"Huwahahaaa!!! Aku tak bisa jadi menikah lagi!!"
Tbc
..
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katachi no iro Ai [Asano x readers x Karma]
Fanfictionberputar naik turunnya hati itu bagaikan roller coaster bagi sebagian orang,bukan hanya hati... tapi 'Dia'-pun adalah sosok yang demikian,unik... merangkai kata-kata,jatuh cinta pada bentuk suara dari warna cinta... terkadang menyemangati diri sendi...