2. : Violinis aneh

593 63 1
                                    

Readers pov's

Jam istirahat makan siang,untuk hari ini aku akan menghabiskan sisa waktu pembolosan ku dengan bermain biola dibukit belakang sekolah ini. Meskipun terhambat akan banyaknya rintangan,aku akan tetap pergi! Demi satu langkah ku lagi yang tercapai sebagai seorang Violinis.

"Ini sudah waktunya istirahat makan siang,,kau yakin ingin menghabiskan waktu tanpaku?" Tawarnya pemuda beriris violet tajam padaku,Asano-kun tampak seperti terlihat khawatir padaku.

"Tenang saja!! Aku ini anak bidadari yang selalu dilindungi oleh Tuhan... tapi dalam bentuk Tengu...!!" Ucap balasku dengan penuh hasrat ingin mencapai target,membuat dia sedikit terhenyak kaget dengan tingkah ku yang bisa dibilang... seperti kuntilanak.

"Baiklah,,aku mengerti... aku duluan ya" ujarnya yang mulai kulihat punggungnya mulai menjauh jarak dariku,berkumpul kembali dengan rombongan berisi teman-temannya yang terlihat sedang menunggunya.

Dengan cepat menyambar peti yang berisikan alat musik yang memenuhi keseharianku,ditambah dengan kue tart dan 2 susu berbentuk kotak kecil dengan rasa stroberi dan original,aku pun dengan bebas menyeret kakiku mendaki bukit dan membuang apapun yang menyangkuti pikiran dan batinku.

Suara bernada,udara alam semesta,pepohonan subur yang tumbuh lebat,dan hati yang berdegub tak terkira dengan kencang itu semua adalah satu rasa,yaitu bebas dan jatuh cinta. Membuatku sangat mudah untuk melewati jalan tak tentu tersebut sambil menyenandung ria.

"Oh? Hai (L/n)-san beruntung sekali kita bisa bertemu kembali hanya berdua seperti ini"

Pria itu kini layaknya lipan bagiku,pencuci otak dan tak memiliki rasa moralitas untuk berambisi adil dalam segala hal,sistemnya mungkin memang itu bersifat mutlak,namun entah apapun yang coba ia katakan dengan jelas padaku,hingga menyeringai ku aku tak bisa dihancurkan meski nyatanya aku dijadikan bidak yang sangat istimewa baginya.

"Hai juga pak kepala Asano..." balasku menatapnya tanpa segan dan rasa takut melebarkan senyuman tanpa paksa secara halus.

Ya,,kuakui aku lebih suka anaknya daripada ayahnya yang licik ini.

"Apa kau bolos tadi dikelas? Sayang sekali,padahal saya ingin memberimu juga materi yang juga sangat tersulit..." ucapnya sambil memaksakan senyumannya seolah tetap menjadi sosok yang ramah pula.

"Saya sedang persiapan untuk konser musim semi ini,, lagipula jika mengharapkan hasil saja karena merasa sudah lebih lihai itu tidaklah baik" jelasku kini sedikit menambahkan kata pertentangan sindiran sambil tetap memajang senyum.

"Aku sangat mengharapkan hasilnya lo ya (L/n)-san..." dia pun mulai menggantungkan sedikit kalimatnya sendiri,lalu mendekatiku sesambil berbisik dengan nada sinis nan tatapan remeh,dengan sangat membuat hatiku terasa terkucilkan di sudut ruangan tubuhku,"karena kau... tetaplah bidak manis istimewa ku (L/n)-san,karena itu jika kau merasakan rasanya kegagalan,itu akan sangat manis juga rasanya dimataku..."

"Dasar,, tapi ketahuilah pak... anda lebih dulu yang melangkah dan membuat saya sedikit terperosok begini" tampak mengabaikan balasan sederhana dari bisikan iblisnya,ia mulai melangkah jauh dariku seakan tengah menahan amarah yang sebentar bisa kapan saja meledak.

"Oh iya pak Kepala Asano,,ada satu hal lagi yang ingin saya katakan...

Hasil adalah sesuatu yang bisa dipikirkan paling belakang dan proses adalah hal yang penting dalam hidup,entah itu sukses atau gagal karena permainan rubikmu yang menurut mereka sulit,,namun permainan nada musik dengan perasaan dari biola adalah permainan yang tidak dapat anda hancurkan dengan tanganmu...

Karena rasa cinta,manis dan naluri adalah hal yang memiliki definisi bebas..." ujarku dengan secara terang dan jelas dengan nada tetap,sesekali menoleh pandang padanya yang  punggung tegapnya masih tetap berdiri mendengar naluri kata hatiku.

Katachi no iro Ai [Asano x readers x Karma]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang