24. :Terima kasih

111 10 0
                                    

Normal pov's

Kaku dan mati rasa untuk mencoba bangkit dari kesedihan,setelah sebuah hari Manis kini dengan ironis berujungkan mimpi buruk yang nyata terlihat jelas di kedua iris-nya,sangat tidak ada belas kasihan.

Kadang berteriak dalam hati dengan tetap memaksa menahan dan mengubur dalam-dalam gejolak amarah ini,membuat mereka tersiksa makan oleh perasaan mereka,hanya untuk bertanya-tanya kepada oleh sang Tuhan maupun dewa.

Setega inikah engkau mengubur perasaan kami pada dia?!

Diruangan yang tak terjamahkan dengan orang sekali lagi,sang empunya pemilik manik (E/c) itu termenung dengan jalan pikirnya sesaat,langit-langit yang berawan berkandungkan Salju pun seraya seperti menutupi binarannya dengan jelas,kali ini kecewa rasanya menggelayuti jiwanya sembari setelah kurang lebih 3 hari telah tertidur dengan berbagai alat medis.

Dua bingkisan coklat ditangannya,keduanya masih sangat hangat bisa dibilang itu baru jadi sesaat,berkat tangan-tangan ibunya yang tercinta.

"Aku,,harus tetap memberikannya kepada mereka ya...

Aku butuh bantuan dua belah pihak berbeda..."

Jam kosong kini telah dimulai,waktunya untuk bersantai kembali,mereka para anak-anak kelas tiga kini akan segera lulus dan menjalani kehidupan baru dimasa SMA yang akan datang selanjutnya,karena itu mereka semua dengan cepat memutuskan untuk membuat sebuah buku tahunan yang se-singkat mungkin untuk bisa saling mengingat-ingat benar saling satu sama lain meskipun bukunya terbilang sangat resmi.

"Ren,kau tolong urus tentang rencana kita membuat buku Tahunan kelas 3-A,,tugas ku sudah selesai tentang rencana upacara kelulusan kita..." pemuda surai coklat berstyle itu mengadah penglihatannya,sembari menjawab balas Asano yang mulai bergerak keluar ruangan.

"O-oh... baiklah,,Gakushuu"

Suram,pemuda Violet itu kini mulai memberikan pandangan cukup putus asa dan rasa bersalah,Ren masih memikirkan soal suasana hati sahabat dekatnya saat ini,seakan seperti mimpi dia takkan pernah mengira bahwa Asano akan seacuh begitu saat (Y/n) semoat digiring keruang ICU karena kondisinya.

"Kau jadi terlihat menyedihkan lo gakushuu,,padahal ini semua bukan salahmu..." gumamnya dengan tenang menatap punggung temannya kini semakin menjauh akibat kondisi suasana hatinya,hingga sebuah dentingan notifikasi ponsel tiba-tiba membuatnya hampir melonjak tidak santai.

"Siapa ini...? Oh,,(L/n)-san?"

Disisi lain halnya yang sama,semua mata kini diam-diam menunjuk kepada satu arah yang tak lain untuk sang pemuda yang kini duduk berdiam diri tersebut,tatapan saling peduli rasanya memang kini segan untuk mendekati pemuda nakal jenius itu,mungkin jika mereka sejengkal saja mendekatinya mereka akan dapat hadiah gratis berupa tatapan Death glare yang takkan ada habisnya.

"Nagisa-kun... bagaimana ini,,haruskah kita mendekati Karma-kun agar hatinya sedikit tenang?" Gadis bersebelah dari pemuda sang surai biru yang menjadi sahabat (Y/n) itu menoreh dengan pelan,berkeringat tipis dengan bingung rasanya untuk berpikir.

"Kayano? E-entahlah... aku meragukan idemu,,tapi dari segala sisi setelah bertemu (Y/n)-san kemarin dia seperti tidak bimbang..." ujar Nagisa bergeming dengan sangat heran,baginya sungguh sangat tak wajar sahabatnya yang kini terkenal cukup jahil dan ber-aura iblis itu kali ini sangat pendiam dari saat saling bertemu disekolah dan juga dikelas.

Suasana canggung rasanya kini menyelimuti semuanya,tentu saja itu demikian benar,mereka harus berterima kasih pada (Y/n) karena gadis itu membangkitkan semangat mereka dengan kata-katanya bila pun untuk mewakili dia dalam pembunuhan terakhir itu juga tak masalah,karena (Y/n) yang selama ini mereka kenal adalah sang pendorong mereka,meskipun menyebalkan tindakannya yang selama ini dia lakukan itu seperti terpuji,bahkan untuk saling bisa mengajar gadis itu seakan guru yang lembut dan penyabar setelah Korosensei sekalipun.

Katachi no iro Ai [Asano x readers x Karma]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang