Part |3

15.2K 905 5
                                    

Kini Mereka makan malam dalam suasana duka dan keheningan, hanya suara sendok yang terdengar berdenting di telinga mereka.

Usai makan malam, Deeva menghampiri bundanya yang kebetulan duduk berseblahan dengan Wira.

"Bund stock susu Alayya sudah habis, gimana nih?" bisik Deeva ke bundanya yang masih di dengar oleh Wira.

Hampir saja Wira meneteskan Air matanya mendengar stock susu anaknya sudah habis, artinya mulai sekarang Alayya nya akan minum susu Formula, namun dia berhasil menahan air matanya agar tidak keluar, dia berusaha tegar di hadapan keluarga besarnya dan juga Ibu mertuanya yang masih tinggal di rumahnya.

"Biasanya susu formula untuk bayi apa yang bagus Mbak?" tanya Wira ke Kakak iparnya Rosi.

"Samakan saja dengan merk susu yang diminum oleh Raif Wir, tapi untuk usia bayi yang 0 bulan sampai berapa bulan gitu," jawab bunda Rosi.

"Tapi kan gak semua susu formula cocok dengan bayi bunda," timpal Deeva.

Lagi-lagi Wira merasakan sakit mendengarnya.

"Va begini aja, kamu ke Supermarket untuk sementara beli 3 atau 4 jenis merk susu formula yang terbaik untuk bayi yang ukuran kecil saja, nanti kita lihat yang mana cocok untuk Alayya, dan juga botol susunya yang ukuran paling kecil aja beli 3 atau empat aja dulu karena bayi sebulan minum susu formulanya gak boleh over," jelas bunda Rosi.

"Baik Bunda, kalau begitu aku ke Supermarket dulu," pamitnya.

"Tunggu Va," sela Wira.

"Ada apa Om?" tanya Deeva.

Wira lalu beranjak dari duduknya melangkah naik ke atas kamarnya mengambil dompet dan menyerahkan kartu credit ke Deeva.

"Ini kamu pakai untuk beli keperluannya sekalian popoknya ya," ucap Wira menyerahkan credit card nya setelah kembali turun dari kamarnya.

Deeva pun menerima kartu kredit itu dari tangan Wira dan bergegas ke Supermarket sebelum baby Alayya menangis meminta susu.

Setelah kepergian Deeva, Wira mengajak Kakak iparnya Rosi dan Kakaknya Maulana ke ruang kerjanya karena di rumahnya masih ramai oleh keluarga besarnya.

"Aku ingin minta tolong ke kalian," ucap Wira gugup.

"Apa itu dek?" tanya Maulana.

"Untuk sementara aku ingin menitipkan kedua anakku ke kalian, Kak Olan kan tau bagaimana kesibukanku, takutnya tidak bisa mengurus dan menjaga mereka," lirih Wira menunduk.

"Kamu jangan khawatir soal itu Wir, kami akan merawat dan menjaga anakmu, lagian Deeva juga sudah telaten menjaga mereka, dia bisa membantu merawatnya, bukan untuk sementara saja kalau bisa sampai selamanya mereka kami rawat," timpal bunda Rosi.

"Makasih Mbak, tapi enggak selamanya juga sih takutnya mereka tidak mengenalku sebagai Papanya," sela Wira.

"Bagaimana kalau kamu tinggal lagi bersama kami, biar anakmu juga tidak kehilangan figur seorang Papanya. Kalau kamu di sini, anak-anakmu di sana nantinya akan mencarimu," timpal Pak Maulana.

"Aku akan memikirkannya Kak, tapi untuk saat ini sepertinya aku belum bisa," balas Wira.

"Terserah kamu saja Wir, aku hanya memikirkan anak-anakmu," sela Maulana.

"Besok aku akan mencarikan mereka babysitter biar bisa membantu, takutnya Mbak nanti kecapean mengurus mereka," ucap Wira lagi.

"Enggak ... enggak usah memakai jasa babysitter aku masih sanggup merawat mereka lagian juga ada Deeva yang membantu menjaganya, aku tidak ingin mereka di jaga oleh orang lain walaupun itu babysitter," sela Rosi.

BUKAN SALAH JODOH **END**Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang