Part |19

16.1K 878 14
                                    

Karena jengah mendengar obrolan mereka Wira lalu membuka pembicaraan tujuan awalnya datang ke Panti ini.

Maaf sebelumnya Bu Baya, maksud kedatangan kami ke Panti ini, ingin mengajak mereka berbagi, kami ingin mereyakan ulang tahun Putra kami Raif yang ke tiga tahun seharusnya sih bulan depan mumpung hari ini kesempatannya jadi kami merayakannya hari ini di tempat ini, kami ingin berbagi kebahagiaan bersama mereka," ucap Wira.

"Masyaa Allah tabarakallah, Barakallah fii Umrik Nak," ucap Bu Baya mengelus pipi Aif.

"Bilang apa sayang?" tanya Deeva ke Aif.

"Makasyih nte," ucap Aif polos.

Mereka pun merayakan Ulang tahun Aif dengan penuh suka cita, berbagi kebahagiaan bersama anak-anak panti. Tidak terasa Air mata haru Deeva menetes dipipinya karena teringat masa-masa kecilnya bersama sang Ayah yang selalu merayakan ulang tahunnya di Panti.

"Kok nangis Va, bisik Wira yang menyeka Air mata Deeva.

"Teringat Ayah, dulu juga aku sering merayakan ulang tahun seperti ini," jawab Deeva sendu.

Wira pun menarik istrinya kedalam pelukannya, refleks Wira mencium kening istrinya lama.

Ini pertama kalinya Wira menyentuh istrinya dengan ciuman yang membuat Deeva speechless dan jantungnya seakan mau copot.

Meski  hanya di kening, selama menjadi keponakan, Wira hanya menciumnya sewaktu Deeva masih kecil itu pun hanya di pipinya.

Tiba-tiba saja Aif menarik celana jeans yang di kenakan Papanya.

"Mamaku angan di gigit Papa," pekiknya menangis dan membuat semua seisi ruangan itu tertawa melihat tingkahnya.

Wira tergelak mendengar teriakan anaknya lalu dia mensejajarkan badannya dengan Aif dan menggendongnya.

Sedang Deeva hanya bisa menunduk malu, soalnya Wira menciumnya di tempat ramai dimana dominan anak-anak.

"Papa ga gigit Mama kok sayang, Papa hanya nyium kening Mama, gini nih," jelas Wira yang mencium kening putranya.

"Papa gigit nggak?" tanyanya ke anaknya.

Aif pun menggelengkan kepalanya dan tersenyum kembali.

Acaranya sudah selesai, kini mereka bersiap-siap pulang karna sudah menjelang tengah hari, dan Aif pun sepertinya kelelahan bermain bersama teman-teman barunya.

Sebenarnya Wira ingin menemui Aisyah tapi Aisyah tidak muncul lagi sampai mereka pulang.

Wira tidak habis pikir, mengapa anak itu mencintainya sedang dia tidak pernah memberi harapan ataupun terlalu dekat dengannya.

Jika Aisyah jatuh cinta di pandangan kedua itu artinya dia sudah mencintai Wira sebelum Aif lahir.

Karena Awal Wira menjadi Donasi tetap di panti itu tepat trimester pertama kehamilan Hana yang mengandung Aif dan setiap bulannya Wira menyambangi panti itu, dan bukan hanya panti itu panti yang lain juga.

Ini yang terakhir kalinya aku ke panti itu, aku tidak ingin seseorang tersakiti karenaku dan juga aku menjaga perasaan istriku yang sekarang," batinnya.

Deeva yang menidurkan baby Alayya di pangkuannya masih dengan memegangkan botol susunya melirik ke arah Wira yang tengah melamun menghadap keluar jendela mobil.

"Kok bengong, Pah? tegur Deeva.

"Siapa yang bengong? orang lagi mikir," elak Wira yang juga memangku Aif.

"Cieee yang kepikiran Aisyah," ledek Deeva.

"Aku heran aja sama tuh anak, ketemunya cuman sebulan sekali, aku gak dekat sama dia dan jarang ngobrol kok dia bisa cinta gitu sih? " bingung Wira.

BUKAN SALAH JODOH **END**Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang