Baru saja Deeva selesai melaksanakan sholat maghrib, suara sirine Ambulance terdengar mendekat ke arah rumahnya. Deeva menuntun Aif keluar dari kamar menuju ke teras rumah menunggu Jenazah Ayahnya.
Karena langkah Aif yang lamban Deeva pun mengangkt Aif ke dalam gendongannya menuju ke teras rumah dimana semua orang sudah berdiri menunggu di pekarangan rumahnya.
Suara sirine Ambulance semakin terdengar jelas ditelinga, pintu pagar sudah terbuka lebar dan Ambulance yang membawa jenazah Maulana sudah masuk ke dalam pekarangan rumah yang sudah dipadati para pelayat yang sebagian keluarga dan tetangga kompleks.
Bagas, Mita, dan Dian serta kedua orang tua Dian juga sudah berada di pekarangan rumah Deeva.
Mobil berhenti tepat di depan Deeva berdiri menunggui jenazah Ayahnya di ambang pintu rumahnya, Deeva terdiam mematung seolah nyawanya meninggalkan raganya masih dengan menggendong Aif.
Deeva tetap berdiri di tempatnya menatap ke arah brankar yang di angkat oleh Wira dan yang lainnya, mereka kesulitan membawa jenazah itu masuk karena Deeva tetap mematung di tempatnya yang menghalangi mereka masuk.
Matanya tak berkedip memandang kearah Ayahnya namun raganya seolah mati tak mampu ia gerakkan.
Tiba-tiba saja Wira memegang kedua pundaknya, lalu memeluknya memberikan kekuatan, mengambil Alih Aif kedalam gendongannya, setelahnya dia menuntun Deeva masuk kedalam rumah dan mendudukkannya di depan jenazah Ayahnya yang terbujur kaku.
"Kamu disini dulu menemani Bundamu, aku mau mandi dulu," bisik Wira.
dan menyerahkan Aif ke pangkuan Deeva, yang di balas anggukan oleh Deeva.Setelah membersihkan dirinya, Wira keluar dengan pakaian kokonya dengan baby Alayya berada di gendongannya berjalan menghampiri keponakannya yang sekarang sudah menjadi istri sahnya.
Masih dalam suasana canggung antara dirinya dan Deeva, Wira merasa aneh dengan hubungannya yang sekarang begitu pula halnya dengan Deeva setiap Wira berada di dekatnya dia jadi salah tingkah.
"Va, Alayya nangis mungkin dia haus aku tidak tau membuatkan dia Susu," ucap Wira yang berdiri di samping Deeva yang masih duduk memangku Aif.
Deeva segera memindahkan Aif kepangkuan Bundanya karena mau membuat susu untuk baby Alayya.
"Bunda tolong Aifnya dipangku dulu, Alayyanya nangis," bisik Deeva ke bundanya.
"Sama bunda ya sayang," bujuk Deeva kepada Aif
Tapi Aif menggelengkan kepalanya dan berbalik memeluk Deeva.
"Dedenya nangis sayang, Kakak mau buat susu dulu buat ade Ya," bujuk Deeva lagi.
Akhirnya Aif pun pindah dipangkuan Bundanya dengan wajah cemberut.
"Va, jangan biasakan menyebut dirimu kakak di depan Aif, sekarang kan kamu Mamanya,"bisik bundanya sebelum Deeva berdiri membuatkan Alayya susu, dan Deeva hanya diam menanggapinya, karena dia pun masih bingung dan canggung menyebut dirinya Mama.
Deeva lalu berdiri berhadapan dengan Wira untuk memindahkan Alayya kedalam gendongannya.
"Sini sayang sama Ka--, Ma--,eh kakak," ucap Deeva gelagapan dan salah tingkah di depan Wira.
Wira hanya bisa menahan senyumnya melihat Deeva yang salah tingkah di depannya, tanpa menunggu lagi Deeva segera memindahkan Alayya kedalam gendongannya dan segera berlalu dari hadapan Wira dan masuk ke dalam kamar milik Wira, karena merasa canggung dan malu.
"Papa, " panggil Aif ke Wira.
Wira menundukkan dirinya sejajar dengan putranya. "Iya Nak, ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN SALAH JODOH **END**
RomanceTidak ada yang pernah menyangka jika Allah telah menghendaki, Takdir ini dicatat di Lauhul Mahfuzh. Dan Allah telah mencatat takdir segala sesuatu hingga hari kiamat. Takdir ini umum bagi seluruh makhluk termasuk ADEEVA, puteri tunggal dari MAULANA...