Flashback
32 tahun yang lalu Di sore itu, kedua orang tua Wira mengajaknya bermain di taman agar bisa berbaur dengan anak-anak seusianya, waktu itu usia Wira masih 5 tahun. Tidak jauh dari mereka ada seorang anak pengamen jalanan yang kira-kira umurnya 10 tahun di atas Wira, tanpa satu orang pun yang melihatnya Wira berjalan ke arah anak itu, karena mendengarkan dia bernyanyi entah itu lagu apa tapi Wira seolah tertarik mendengarnya.
Seketika ada seseorang yang menarik paksa tangan Wira dan menggendongnya bak karung beras di bahunya. Anak pengamen itu melihatnya, dia pun berusaha berlari mengejar mereka yang membawa Wira dan berusaha menyelamatkan Wira karena sempat mendengar Wira meminta tolong kepadanya.
"Kakak tolong aku," pekik Wira.
Tanpa menyerah dia mengejar mereka dan juga berteriak meminta bantuan seseorang.
Akhirnya penculik tersebut di gebukin massa dan anak pengamen itu memeluk Wira memberi ketenangan padanya dan berkata, "jangan takut lagi Dek sekarang kamu selamat, di mana rumah kamu? kakak akan mengantarmu pulang."
Di tempat lain kedua orang tua Wira kelimpungan mencari anaknya yang tiba-tiba menghilang.
"Aku lupa jalan menuju rumahku, tapi di taman itu aku meninggalkan kedua orang tuaku," tunjuk Wira ke arah taman dimana dia meninggalkan orang tuanya tadi.
Dan anak pengamen itu pun menggendong Wira di punggungnya lalu membawanya kembali ke taman untuk mencari kedua orang tuanya.
Karena kegigihannya, akhirnya mereka pun menemukan kedua orang tua Wira yang sudah menangis panik karena tidak menemukan anaknya.
Mama Wira pun langsung memeluk putra satu-satunya dan menangis.
"Kamu dari mana aja sayang? kami sudah mencarimu kemana-mana tapi tidak menemukanmu," ucap mama Wira.
"Maaf om, tante, tadi anak Om dan Tante sempat di culik oleh seseorang."
"Apa????" pekik Adyatama, papa Wira terkejut.
"Iya pah, ada orang serem menarik tanganku dan menggendongku di pundaknya lalu membawaku lari, kakak ini yang menolongku, dia mengejar kami dan berteriak minta bantuan," jelas Wira kepada orang tuanya.
"Terima kasih ya Nak, sudah menolong putraku, dan mengantarnya kepada kami," ucap Adyatama.
"Tidak perlu berterima kasih Om, itu sudah kewajibanku menolong sesama."
"Siapa nama kamu Nak?" tanya Mamanya Wira
"Namaku Maulana Musarraf, Ayah-ibuku memanggil aku Olan, tante."
"Bagus sekali namamu Nak," ucapnya lagi.
"Di mana rumah kamu Nak? kami akan mengantarmu pulang," tanya Adyatama papanya Wira.
"Anu Om, mmmm ... aku tidak punya rumah, aku tidurnya di sembarang tempat, dimana kakiku lelah berpijak disitulah aku beristirahat, kalau tidak ada tempat lain biasanya aku tidur di bawah kolong jembatan om," jelas Maulana sedih.
"Pah bagaimana kalau kita mengajaknya tinggal dirumah kita, itung-itung ucapan terima kasih kita dan menambah pahala dengan merawat dan membesarkannya Pah," usul Mama Wira.
"Itu yang aku pikirkan juga Mah," kata Adyatama.
"Mau ya kamu ikut tinggal bersama kami!" ajak Adyatama.
"Maaf Om, aku menolong anak Om tanpa pamrih, aku tidak bisa ikut tinggal dengan Om, takut merepotkan."
"Kamu tidak merepotkan kami Nak, anggap saja ini adalah ucapan terima kasih kami dan rejeki kamu ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN SALAH JODOH **END**
RomanceTidak ada yang pernah menyangka jika Allah telah menghendaki, Takdir ini dicatat di Lauhul Mahfuzh. Dan Allah telah mencatat takdir segala sesuatu hingga hari kiamat. Takdir ini umum bagi seluruh makhluk termasuk ADEEVA, puteri tunggal dari MAULANA...