Part |21

18.7K 1K 26
                                    

Karena tidak tega melihat anaknya yang sudah menangis seperti itu, hatinya terasa teriris dan juga panik seperti yang dirasakan oleh Wira.

Deeva segera beranjak dari duduknya dan menghampiri anaknya yang berada di gendongan Wira.

"Sini Nak sama Mama," ucapnya.

Deg ...

Jantungnya berdetak, hatinya berdesir  ketika Deeva mengucapkan kata "Nak" kepada Aif, ini pertama kalinya semenjak menikah dengan Wira, Dia memanggil Aif dengan sebutan Nak, biasanya hanya namanya dan kata sayang saja.

"Sini Nak sama Mama yuk!" ucapnya lagi.

Namun Aif tetap manangis seperti itu, Wira dan Deeva semakin panik di buatnya.

"Sayang jangan bikin Mama takut dong, udah ya Nak sini sama Mama sayang," bujuk Deeva.

Akhirnya Aif mengeluarkan suaranya, perlahan ia membalikkan badannya kearah Deeva dan merentangkan tangannya untuk di gendong oleh Mamanya.

Deeva segera meraih anaknya dari gendongan Papanya, dan membawanya duduk disofa yang dia tempati sebelumnya.

Deeva memangku Aif menghadapnya dan menyandarkan kepala Aif didadanya, Deeva terus mengelus punggung dan kepala Aif untuk menenangkannya.

"Uda ya sayang nangisnya, jangan buat Mama takut Nak, uda ya..." bujuk Deeva lagi.

Akhirnya Wira sedikit lega karena Deeva sudah berhasil menenangkan Aif.

"Papa dahat, Mah!" Adu Aif yang masih menangis sesunggukan.

"Maafin Papa sayang," ucap Wira yang sudah duduk di samping Deeva sambil mengelus kepala anaknya.

"Papa dahat, malahin Mamaku," ucapnya lagi.

"Iya Nak, papa minta maaf," ucap Wira lagi.

Deeva menundukkan kepalanya karna tidak ingin Wira melihatnya masih menangis akibat dibentak, hatinya masih terasa sakit.

Melihat Deeva yang masih menangis, Wira semakin mendekatkan dirinya menempel dengan Deeva, Wira pun menghapus air mata Deeva yang masih mengalir.

Deeva memejamkan matanya karna tidak ingin melihat wajah Wira yang membuatnya takut.

"Maafkan Papa, Mah! Papa tidak sengaja Papa khilaf," ucap Wira lembut.

Perlahahan Wira menarik tengkuk Deeva menciumi kedua mata Deeva bergantian, turun ke hidungnya dan bibir. Wira kini menyentuh bibir Deeva, yang membuat jantung Deeva bertalu-talu berdetak tak menentu bagai di tabuh gendrang.

Deeva berusaha sebisa mungkin menetralisir detak jantungnya, tapi sebelum itu terjadi Wira sudah melumat lembut bibirnya yang membuat Jantung Deeva seakan ingin meninggalkan tempatnya. Dan jangan lupakan dengan pipinya yang sudah merah bak kepiting rebus.

Tanpa Wira sadari Aif memukul lengannya dan kembali menangis membuat Wira dan Deeva terkejut dan salah tingkah.

"Papa dahat, tenapa Papa gigit bibil Mama." huaaa..huuaaakkk teriaknya tambah mengencangkan suara tangisnya.

"Sudah dong Nak nangisnya, tuh matamu sudah bengkak," ucap Deeva yang kembali menenangkan anaknya.

"Papa tidak gigit bibir Mama Nak," jelas Wira.

"Huaaaa ... Papa bohong, papa gigit bibil Mama. Papa malahin Mama telus papa gigit bibil Mama, Papa dahat," ocehnya dalam tangisnya.

"Sudah Nak, nanti kamu sakit nangis terus, Papa uda gak gigit bibir Mama lagi, udah ya," bujuk Deeva lagi ke anaknya.

BUKAN SALAH JODOH **END**Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang