Kini genap sudah usia Baby Alayya 5 bulan, baby yang semakin hari semakin menggemaskan buat Deeva, karena tidak ingin kehilangan moment-moment pertumbuhan bayi mungilnya dia pun mengutarakan niatnya kepada Bunda dan suaminya disaat mereka sarapan pagi di ruang makan,Dengan ragu dan gugup Deeva pun memberanikan dirinya mengungkapkan maksudnya kepada Bunda dan suaminya yang kini menikmati sarapan paginya
"Bund ... Mas ... ada yang ingin aku omongin," ucap Deeva gugup.
"Apa itu Nak?" tanya bunda Rosi dan juga Wira sudah menatapnya menunggu Deeva berbicara.
"Mmm ... anu ... Bund ... itu ... eeee ... mmm gini mmm,"
"Apasih Mah? Mama ngelakuin kesalahan ya?" tanya Wira yang sedang memberi minum Aif.
"Enggak kok. baru mau buat," Sela Deeva cengengesan.
"Ehhh ...??" heran Wira dan Bunda Rosi.
"Maksud kamu apa sih Nak?" tanya bunda Rosi lagi yang jadi bingung.
"Gini Bund, Pah ... aku mau cuti kuliah, biar bisa meluangkan waktu sebanyak mungkin untuk anak-anak," ucap Deeva gugup,
"Kamu yakin Nak?" tanya bunda Rosi.
"In syaa Allah Bunda, aku sudah memikirkannya, sebenarnya ini saran dari sahabatku Bagas, katanya saat ini masa-masa pertumbuhan anak-anak dan mereka butuh perhatian dari Mamanya karena papanya juga sibuk, dan Bagas juga kasian sama Bunda jika sendirian menjaga mereka disaat aku kuliah kadang sampai sore. Benar juga sih kata bagas. Sekarang usia Ayya sudah 5 bulan dan aku tidak ingin melewatkan moment-moment pertumbuhannya Bunda, mana Aif yang semkin rewel.
"Bunda sih gak masalah Nak, entahlah kalau Suamimu," ucap Rosi memandang Wira yang masih terdiam.
"Papa sih justru senang sekali, lagian kan sudah tugas seorang istri tinggal di rumah mengurus anak-anak dan suaminya, menunggu suaminya pulang kerja. Memang seorang ibu itu harus pintar, kalau bisa berpendidikan karena seorang ibu itu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, tapi Papa yakin kamu bisa mendidik anak-anak kita dengan baik," jelas Wira.
"Jadi kapan kamu mulai cutinya Nak?" tanya bunda Rosi.
"Hari ini aku mau mengajukan cuti kuliah Bunda," jawab Deeva.
"Kalau begitu, Mama siap-siap, Papa antar ke kampus," suruh Wira yang dibalas anggukan oleh Deeva.
"Kamu yakin sayang mau cuti kuliah, apa nantinya kamu tidak menyesal?" tanya Wira setelah dia melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah.
"In syaa Allah, Mas."
"Sayang kamu masih bisa kuliah sambil mengurus anak-anak, bagaimana kalau kita memakai jasa babysitter" usul Wira.
"Masalahnya ya Mas, aku tidak ingin kehilangan moment dimasa pertumbuhan anak-anak, lagian kan nantinya kalau mereka sudah bisa ditinggal lama dan sudah pinter-pinter aku masih bisa melanjutkan kuliah lagi."
"Makasih sayang," ucap Wira sambil mengelus kepala Deeva.
"Makasih untuk apa Mas?"
"Untuk semuanya, untuk pengorbanan kamu kepada kami," ungkap Wira dengan menggenggan tangan Deeva dengan tangan kirinya sambil menyetir.
"Mengapa mesti makasih sih Mas, kan sudah kewajiban aku."
Entah Wira bahagia atau apa, dia pun menarik tangan Deeva dan menciumnya, membuat Deeva salah tingkah.
"Makasih aja sayang, secara kan kamu punya lebih banyak waktu buat anak-anak dan Mas," ucap Wira
"Buat anak-anak sih iya, tapi buat Mas sepertinya nggak deh, Mas sendiri aja kadang pulangnya malam disaat kami sudah tidur, dan pagi pergi lagi." ungkap Deeva memonyongkan bibirnya yang membuat wira gemes pengen menciumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN SALAH JODOH **END**
RomanceTidak ada yang pernah menyangka jika Allah telah menghendaki, Takdir ini dicatat di Lauhul Mahfuzh. Dan Allah telah mencatat takdir segala sesuatu hingga hari kiamat. Takdir ini umum bagi seluruh makhluk termasuk ADEEVA, puteri tunggal dari MAULANA...