Part |9

12.5K 834 13
                                    

Mata kuliah Deeva kini sudah berakhir saatnya untuk bersiap-siap pulang tapi dirinya serasa malas untuk segera pulang,

"Va, pulang yuk!" ajak Dian.

"Loe duluan aja Dii, gue masih ada keperluan soalnya," bohongnya ke Dian.

"Ya udah sini gue anterin kemana pun loe mau," sela Dian.

Lagi-lagi Deeva ingin mengusili Dian dan pura-pura masih ngambek.

"Gak usah Dii, loe balik duluan aja gak enak ngeropotin loe terus," balas Deeva dengan muka sendunya yang palsu.

"Va, please maafin gue dong, gue benar-bener gak sengaja tadi pagi, habisnya masih ngantuk loe paksa ke kampus pagi-pagi sekali, udah dong marahnya Va," bujuk Dian yang matanya sudah mulai berkaca-kaca karena rasa bersalah.

"Gue gak marah kok Dii, loe balik aja ya, lagian gue uda pesan ojol kok bentar lagi tiba," kilahnya berbohong lagi, Deeva benar-benar tahu sifat Dian bentar lagi pasti mewek.

"Va, kok gitu sih, gue kan uda minta maaf, suer deh Va gue gak bakalan ngulangin lagi, gue akan nurutin semua apa yang loe mau selagi gue sanggup Va. please..." ucap Dian yang sudah mulai meneteskan air matanya.

Deeva yang sudah tidak bisa menahan tawanya akhirnya lepas juga, menertawai Dian yang wajahnya sudah memelas seperti wajah-wajah penuh permohonan.

"Kok loe ketawain Va, ada yang lucu ya?" kesal Dian.

"Iya, wajah loe tuh yang lucu, coba Bagas dan Mita masih di sini pasti mereka ikut ketawain loe Dii," ujar Deeva yang masih terbahak.

Abidzar yang sedari tadi memperhatikan tingkah Deeva dan Dian diam-diam ikut tersenyum meliht Deeva yang tertawa lepas, tanpa mereka ketahui kalau diperhatikan oleh dosennya sedari tadi.

"Ya udah, gue mau pulang, bye Dii."

"Va, bareng napa?" ujar Dian yang menarik tangan Deeva.

"Maksa banget sihh Dii" oceh Deeva.

"Biarin," Dian segera membuka pintu mobilnya dan mendorong tubuh Deeva dengan paksa masuk ke dalam mobilnya.

"Wooiii, ini seperti penculikan nih," pekik Deeva yang sudah duduk di samping kursi kemudi.

"Bodo" sela Dian.

Mobil Dian melaju meninggalkan pekarangan parkir kampus. Ditengah macetnya jalan raya, Deeva kembali termenung dan meneteskan air matanya, Dian yang melihatnya gelagapan, heran melihat Deeva yang tadinya ngakak tiba-tiba nangis tidak jelas, seperti orang kesurupan batinnya.

"Dii, ketepi danau yuk!!"

Dian benar-benar merasa takut, apalagi Deeva mengajaknya ke tepi danau.

"Apa benar-benar anak ini kesurupan ya," batin Dian.

"Diii please..." pinta Deeva memelas.

"Loe kesurupan ya Va?" bingung Dian.

"Gue serius Dii, gue lagi ada masalah Di rumah, dan gue malas pulang ke rumah, makanya tadi gue nyuruh loe balik duluan."

"Emang ada apa sih Va?"

"Ke tepi danau yuk! entar gue ceritain di sana, gue benar-benar bingung Dii.

"Baiklah kita ke tepi danau," gumam Dian.

Dian memutar balik arah mobilnya menuju ke tepi danau yang sedikit jauh dari perkotaan. Setelah sampai, Deeva turun dari mobil dan melangkah ke tepi danau dan mendudukkan dirinya tanpa perduli pakaiannya akan kotor.

BUKAN SALAH JODOH **END**Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang