Part |22

19.5K 977 13
                                    

Angin malam semakin dingin menusuk, Deeva berdiri dari duduknya meninggalkan Wira sendirian di balkon Kamarnya, Deeva benar-benar tidak habis pikir dengan mantan Omnya itu, dirinya benar-benar senam jantung sedari sore.

"Mau kemana Mah?" cegat Wira memegang tangan Deeva.

"Mau masuk disini dingin, lagian aku sudah ngantuk." elak Deeva.

Wira pun melepaskan tangan Deeva dan membiarkannya masuk ke dalam kamarnya.

Wira berpikir apakah dia sudah mulai membuka hatinya umtuk Deeva, Wira masih duduk di balkon kamar merenungi apa yang terjadi dengan hati dan perasaannya.

Secepat ini kah hatinya menerima hati lain selain Almarhumah istrinya? Wira sendiri tidak percaya dengan apa yang terjadi dengan dirinya.

Bahkan Wira merasa tidak ikhlas jika suatu saat pernikahannya dengan Deeva berakhir.

"Mungkin aku sudah tidak waras lagi," gumam Wira.

Merasa sudah mengantuk Wira beranjak dari duduknya menyusul Deeva masuk ke dalam kamar. karena masih mengenakan baju koko, sarung dan pecinya, Wira meneruskan langkahnya turun ke lantai bawah menuju ke kamarnya untuk mengganti bajunya dengan baju tidur.

Melihat Wira keluar dari kamarnya, membuat Deeva merasa lega karena Wira tidak tidur sekamar dengannya.

Belum merasa mengantuk, Deeva meraih ponselnya di atas nakas samping tempat tidurnya dan mengutak atiknya, tidak lama kemudian pintu kamarnya terbuka lagi dan terkejut melihat Wira yang mengunci pintu kamar dari dalam dan melangkahkan kakinya ke tempat tidur dengan memakai piama tidurnya.

"Kok kembali lagi sih? haddeuh kenapa juga aku lupa mengunci pintu kamar," Batin Deeva.

"Kok belum tidur sayang, perasaan tadi waktu Mas masuk dari balkon kamu sudah tidur, atau kamu cuman pura-pura ya tidurnya. Katanya uda ngantuk," cerca Wira.

Deeva yang ditanya seperti itu merasa gugup, karena tidak menyangka kalau Wira benar-benar ingin tidur sekamar dan sekasur dengannya.

"Ngapain Mas naik lagi?" tanya Deeva gugup.

Wira mengerutkan alisnya mendengar pertanyaan Deeva.

"Mas kan uda bilang ke kamu, kalau mulai malam ini kita tidurnya sekamar," ucap Wira

"Ta ... pi ..." gugup Deeva.

"Gak ada tapi-tapi Va, emang seharusnya kan pasangan Suami istri itu tidurnya sekamar," ujar Wira.

Deeva makin gugup dibuatnya, secepatnya mematikan ponselnya dan berbaring membelakangi Wira yang masih duduk di tepi ranjang.

Wira lalu mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu hias yang cahayanya remang-remang lalu membaringkan tubuhnya di samping Deeva.

"Seandainya tau dia bakal naik lagi aku pasti pindahin Aif ketengah, gak bakalan bisa tidur sampai pagi nih kalau begini," batin Deeva.

"Mulai malam ini kamu biasain tidur di samping suami kamu Va, gak usah tegang gitu, lagian Mas juga gak ngapa-ngapin kamu, dan ingat membelakangi suami itu dosa," ujar Wira.

Wira tahu kalau saat ini Deeva gugup dan tidak bisa tidur karena ini pertama kali di hidupnya tidur berdekatan dengan laki-laki, apa lagi dengan dirinya yang notabenenya Omnya sendiri yang pernah dianggapnya Ayah.

Deeva tidak menanggapi ucapan Wira, dia tetap mematung membelakangi Wira, dia hanya berusaha menetralisir detak jantungnya dan berusaha memejamkan matanya.

Wira yang tau apa yang Deeva rasakan, memeluknya dari belakang berusaha untuk menenangkannya agar Deeva rileks. tapi bukannya rileks, bahkan saat ini Deeva menahan nafasnya karna over tegang berada dipelukan Wira.

BUKAN SALAH JODOH **END**Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang