Part |23

19.4K 967 15
                                    

Sarapan kali ini membuat Deeva seperti ingin menyeburkan dirinya ke rawa-rawa karena ocehan anaknya yang melapor ke Bundanya.

Setelah selesai menyuapi Aif, Wira menarik tangannya masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai bawah.

"Paan sih Mas narik-narik, malu tau sama Bunda," kesal Deeva setelah Wira menutup pintu kamarnya.

Tanpa menjawab pertanyaan isterinya, Wira mendudukkan Deeva di sisi kasur yang berukuran king Size di dalam kamarnya.

"Sayang mau nggak, mulai malam ini kamu dan anak-anak pindah ke kamar ini?" tanya Wira.

Deeva hanya terdiam karena dia tidak ingin meninggalkan kamarnya.

"Kenapa bukan Mas saja yang pindah ke atas?" tanya Deeva Balik.

"Sayang, Mas hanya tidak mau melihat kamu naik turun tangga sambil menggendong Alayya, mana Aif yang kamu pegang, Bisa- bisa kamu tergelincir di tangga, belum lagi capeknya naik turun. Kamar ini tidak kalah bagus juga dengan kamarmu di atas bahkan kamar Mas lebih luas dari kamarmu, anak-anak bisa leluasa." jelas Wira.

"Tapi kan di sini gak ada balkon Mas tempat santai, gak bisa liat matahari terbit," ucap Deeva.

"Emang sih di kamar Mas tidak ada balkon, tapi punya teras di belakangnya ada gazabonya dengan taman minimalis, cuman gak bisa liat matahari terbit. Emang kamu gak pernah liat?" tanya Wira heran.

"Masa sih? Aku sering masuk di sini gak pernah liat tuh ada pintu lain, hanya ada satu pintu."

Wira beranjak dari duduknya menuju ke lemari yang ternyata itu adalah pintu dengan model lemari.

Selama ini Deeva mengira kalau pintu itu adalah lemari yang membuat Deeva heran. Ngapain juga ada lemari di ruang ini kalau di kamar ini ada walk in closet, pikirnya waktu itu.

Deeva menyusul Wira beranjak ke luar menuju teras kamarnya yang membuatnya kagum karena pandangannya langsung tertuju ke gazebo yang dikelilingi oleh taman minimalis.

"Kamu suka sayang?" bisik Wira yang sudah memeluknya dari belakang.

"Sejak kapan di kamar ini ada tamannya seperti ini?" tanya Deeva.

"Sejak Mas masih tinggal di sini sebelum menikah dengan Hana, dari awal rumah ini di bangun Mas sengaja memilih kamar ini dan memanfaatkan lahan kosong disisi rumah ini. Tapi Gazebonya masih baru loh sayang, baru dua bulan yang lalu diganti, soalnya yang lama sudah lapuk dan hancur, tamannya juga baru di perbaiki karena sudah ditumbuhi rumput liar. Jika banyak masalah di kantor Ayah lebih senang bersantai di sini dari pada di taman belakang rumah." Jelas Wira.

"Kok aku gak pernah tau ya, kalau di kamar Mas ada tamannya, Ayah dan bunda juga gak pernah bilang."

"Emang selama ini kamu pernah masuk gitu, dulu kan kamu paling anti masuk ke kamar Mas, menatap pintunya saja ogah," ujar Wira.

"Iya sih, sampai Mas pindah juga, aku jarang masuk ke kamar ini,"

"Jadi kan pindahnya?" tanya Wira.

"Kamar yang di atas kosong dong," gumam Deeva.

"Nanti kamar itu dijadikan kamarnya Aif kalau dia sudah bisa tidur terpisah" ucap Wira.

"Baiklah," gumam Deeva.

"Kalau begitu nanti kamu minta tolong ke Asisten Rumah mengosongkan kamar kamu, Mas mau ke kantor dulu," ucap Wira yang mengeluarkan credit card unlimited dan ATM dari dompetnya lalu menyerahkannya ke Deeva.

"Untuk apa ini Mas? aku kan ada beberapa di dompet kalau Mas lupa," ucap Deeva.

"Sayang, yang di dompet kamu itu isinya sudah terkuras dan gak terisi lagi sejak Ayah tiada, dan ini dari Mas untuk kebutuhan kamu dan anak-anak."

BUKAN SALAH JODOH **END**Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang