Part |5

15.2K 914 17
                                    

Kini mereka tiba di parkiran, Deeva pun pamit ke Omnya untuk balik duluan karena Wira mau singgah sebentar di kantornya lalu menyusul Deeva ke kediaman Maulana.

Wira menyelesaikan sedikit pekerjaannya yang tertunda di kantor lalu memberi tahu Asisten pribadinya kalau dia akan pulang lebih awal.

Sebelum ke rumah Kakaknya, Maulana. Wira menyempatkan diri dulu ke rumahnya untuk memindahkan sebagian pakaian dan barang-barangnya yang penting ke rumah Kakaknya, karena Wira sudah membulatkan tekadnya untuk pindah hari ini juga ke kediaman Kakaknya. Rumahnya di titipkan kepada para ARTnya untuk dirawat dan sesekali Wira akan pulang ke rumahnya untuk mengeceknya.

Mobilnya kini hampir penuh dengan dua buah koper besar dan barang-barang penting lainnya.

Setibanya di kediaman kakaknya, Wira turun dari mobilnya tanpa menurunkan barang-barangnya dari mobil, dia ingin melihat situasi dulu, apakah dirinya di terima di rumah ini atau tidak mengingat kesalahan yang dia lakukan.

"Assalamu'alikum," sapa Wira memasuki rumah kakaknya.

"Wa'alaikumussalam," balas bunda Rosi dari dalam.

"Tumben Wir, ada angin apa?" sindir bunda Rosi.

"Angin badai Mbak" jawab Wira sekenanya.

"Kirain uda nggak liat jalan kemari Wir," sindir bunda Rosi lagi yang gak berpengaruh ke Wira.

"Jangan khawatir Mbak kalau aku lupa jalan kemari kan bisa pake Google Maps biar bisa nyampe kesini.

"Bisa aja kamu, mau ngapain kemari?" tanya bunda Rosi heran.

"Mau tidur, mau makan," jawab Wira sekenanya lagi.

Wira tahu kalau Mbaknya masih marah kepadanya, tapi dia berusaha mencairkan suasana dengan banyolannya meski ia merasa tersindir, tapi dia tidak peduli karena Wira sudah kangen sama anak-anaknya.

"Masuk sana makan, di meja sudah siap makanan," perintah Rosi.

"Anak-anak di mana Mbak?" tanya Wira karena tidak mendapati kedua anaknya di ruangan itu.

"Diajak ngemall sama Deeva dan Dian. Soalnya sedari pagi Aif nangis nanyain Papanya yang Amnesia, padahal masih demam juga, kalau Alayya tidur di kamarku belum boleh di ganggu," kesal bunda Rosi.

"Di Mall mana ya, aku akan nyusul mereka," ucap Wira menghiraukan sindiran Kakak iparnya.

"Bentar lagi mereka pulang, gak usah disusul kamu masuk aja makan, biar bodymu kembali seperti semula gak kurus seperti sekarang, tuh muka mu tuh udah penuh bulu, sekalian dicukur, dibersihkan biar seger liatnya. Biar tidak tambah keliatan tua" cerca Rosi menekan kata tua.

"Akhirnya Mbakku kembali," batin Wira.

Bunda Rosi sebenarnya masih sangat marah atas perlakuan Wira ke suaminya dan kepada anak-anaknya, tapi dia juga tidak tega melihat keadaan Wira yang sekarang. Benar-benar tidak terawat bahkan tambah kurus dengan mukanya yang pucat, dan Deeva juga sudah menjelaskan semuanya tadi kepadanya.

"Kok bengong, sana makan. Jangan bilang kalau kamu mau pulang, Mbak gak ijinin, tunggu sampai Kakak kamu pulang dari kantor, lagian anakmu sebentar lagi pulang."

Wira pun beranjak dari duduknya meninggalkan Kakak iparnya yang prihatin melihat keadaannya yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja.

"Sesakit itukah ditinggal mati Wir?" batin bunda Rosi yang menahan air matanya agar tidak menetes, amarahnya seketika hilang ditelan oleh rasa prihatin kepada adik iparnya.

Wira mendudukkan dirinya di kursi depan meja makan, dia makan dengan lahap dengan meneteskan air matanya, entah apa yang membuatnya sedih, sebisanya ia menahan semuanya.

BUKAN SALAH JODOH **END**Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang