After Married

14.4K 751 606
                                    

Seorang laki-laki tampan tengah memakai setelan jas formal berwarna hitam dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam. Ia duduk bersebelahan dengan seorang perempuan yang tengah memakai gaun berwarna putih. Gaun pernikahan itu terlihat begitu pas dengan tubuh mungilnya.

Mereka berdua masih tetap bergeming. Rasa canggung seakan menyelimuti keduanya. Belum lagi dekorasi kamar tidur yang bernuansa putih abu ini dilengkapi beraneka ragam lilin yang menyala di setiap sudut ruangan.

Selain itu kelopak mawar merah yang bertaburan diatas ranjang dengan sprei putih dibalut bedcover berwarna abu-abu juga wangi aromaterapi dari lilin membuat suasana menjadi semakin canggung.

Bagaimana tidak? Kedua pengantin ini tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Bahkan, mereka baru bertemu saat selesai akad nikah beberapa waktu yang lalu.

Rega mencoba mencairkan suasana. Awalnya, ia hanya melirik. Namun karena rasa penasaran, ia mulai menoleh. Sekarang, Rega bisa melihat seorang wanita cantik dengan rambut yang disanggul tengah duduk di sampingnya.

Rega masih merasa bahwa ini adalah mimpi, dia masih tidak percaya bahwa dirinya sudah tidak lagi menyandang status jomblo. Dia sekarang sudah menikah. Itu berarti jodohnya tidak meninggal saat lahir seperti yang Alan bilang. Rega terlihat sangat bahagia ia bahkan tersenyum begitu lebar.

"Lo kenapa senyum-senyum?" suara yang terdengar begitu lembut itu berhasil melunturkan senyuman Rega.

Rega mulai sok jaim, ia berusaha bersikap dingin. "Kenapa, gak boleh emang nya?!"

"Gak usah sok dingin gitu deh. Gue tau, lo orangnya pecicilan, 'kan."

Rega mengeryit. "Kok lo bisa tau?"

"Tau lah, muka lo keliatan pecicilan abis."

Mulut Rega sedikit terbuka. Ia merasa ternistakan karena terlihat begitu bodoh di depan istrinya. Ya ampun, mau ditaro di mana muka ganteng Rega jika sudah begini.

Rega bangkit. Ia tak mau berlama-lama berada didekat gadis menyebalkan ini.

"Lo mau kemana?" gadis yang bernama Caca, kembali bertanya.

Rega sedikit menolehkan kepalanya. "Mandi. Kenapa? lo mau ikut?"

Pertanyaan Rega membuat Caca menunduk. Pipinya terasa panas, baru kali ini dia diperlakukan seperti itu oleh seorang pria.

Rega tersenyum miring. "Baru gitu aja udah blushing. Gimana kalo lebih."

Eh. Kenapa Rega jadi mesum begini?

"Tunggu." Langkah kaki Rega terhenti. Dia melirik tangan mungil yang menghentikan pergerakannya.

"Sebelum lo mandi. Gue boleh minta tolong gak?" Caca, gadis bergaun putih ini kembali bertanya. Dia memberanikan diri menatap Rega yang sudah beralih melihat kearahnya.

"Minta tolong apa?"

"Ehm, i-ini," Caca menggigit bibir bawahnya pelan. "Tolong bantu gue lepas gaun ini," imbuhnya sedikit menahan malu.

Rega tidak langsung menjawab. Dia melirik gaun yang Caca gunakan, gaun putih itu begitu panjang. Saking panjangnya, gaun itu terlihat menyentuh permukaan lantai kamarnya. Pantas saja jika Caca meminta bantuan, dengan sekali lihat saja, Rega tau bahwa gaun ini cukup sulit untuk di lepas seorang diri.

"Sini, gue bantu." Rega berjalan mendekati Caca. Dia berhenti tepat di belakang Caca. Punggung mungil nan putih di hadapannya ini mampu membuat Rega terdiam.

"Bisa gak?" Caca lagi-lagi bertanya. Dia berpikir Rega tidak mengerti caranya membuka gaun, karena sedari tadi Caca tidak merasakan pergerakan Rega.

Suddenly Married [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang