Dodi Dirgantara
Seilatania Ardalova
.
.
.
.***
"Asek, ada yang lagi viral nih.” celetukan Dodi membuat Rega langsung cengengesan.Saat ini mereka semua tengah berkumpul di kafe milik Dodi dan Seila. Aksi heroik yang di lakukan Rega ternyata viral di sosial media, bahkan video Rega masih menempati trending satu.
Aletta menyahut. “Kalo viral gini biasanya bakalan jadi selebgram loh. Lo gak takut Ca?” Aletta beralih menatap Caca yang begitu antusias mendengarkan perut Ara bersama dengan Seila.
Caca tampak tak acuh, dia lebih tertarik dengan perkembangan bayi di dalam perut Ara.
“Ca, lo di tanyain sama Aletta tuh.” Seila yang berada di dekat Caca langsung menyenggol lengan Caca, berusaha membuat Caca sadar.
Tanpa mengalihkan perhatiannya pada Aletta, Caca menjawab dengan santai. “Enggak dong, Rega mana ada cita-cita jadi selebgram, buktinya kemarin waktu di wawancara Rega malah bilang gini.”
Caca beralih menatap sahabat dan suaminya yang sedang duduk melihat kearahnya. Dengan menirukan gaya Rega Caca mulai berbicara. “Menurut saya, saya tidak pantas menerima julukan sebagai dokter penyelamat berhati malaikat. Karena sejatinya semua dokter memiliki tugas untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Belum lagi masih banyak dokter senior yang sudah berhasil menyelamatkan banyak nyawa. Hanya saja mereka tidak terlihat di depan kamera. Jadi, masyarakat tidak perlu lagi membangga-banggakan apa yang saya lakukan. Karena tindakan saya kemarin adalah bentuk dari tugas dan tanggung jawab saya sebagai dokter.”
Semua orang menatap Caca takjub kecuali Alan dan Ara. Mereka tidak menyangka Caca bisa menghapal dan mengikuti gaya bicara Rega saat di wawancarai oleh wartawan beberapa waktu lalu.
“Wah, gimana bisa lo niruin Rega sampe se detail itu Ca?” tanya Aletta dengan begitu antusias.
“Karena Caca yang nulis teksnya terus dia juga yang ngajarin Rega,” jawaban itu bukan berasal dari mulut Caca. tapi berasal dari mulut dua orang yang selalu bisa jadi cenayang.
“Lo berdua tau dari mana?!” Rega histeris, dia menatap Alan dan Ara secara bergantian.
Alan yang sudah duduk di samping Ara hanya melirik Rega dengan malas, dia lebih memilih tidur dengan bersandar pada pundak Ara. Alan terlihat sangat mengantuk. Ara mengusap pelan wajah Alan, dia berusaha membuat Alan nyaman. Setelah memastikan Alan sudah tertidur dengan nyaman. Ara beralih menatap para sahabatnya. “Kayaknya gue gak perlu jawab pertanyaan lo deh, Ga.”
“Iya juga sih, kalian kan emang udah dibuat kek cenayang.” Rega menggaruk tengkuknya yang tak gatal, matanya kembali melihat Alan. “Be-te-we, Alan abis operasi bedah saraf lagi ya? Dia keliatan ngantuk banget.”
“Iya, gue juga ikut bantuin Alan sama dokter Radit tapi cuma sebentar gak sampe dua belas jam kayak Alan.” Alex yang menjawab pertanyaan Rega juga terlihat sedikit menguap.
Melihat Alex yang juga mengantuk. Rega dan yang lain sangat paham kenapa Alan sedari tadi hanya diam dan memilih menulikan telinga untuk mencuri waktu agar bisa tidur. Pasalnya malam nanti dia harus terbang ke luar kota dan meninggalkan Ara selama satu bulan.
“Ra, Alan jadi keluar kota?” Seila yang semula duduk di dekat Ara sudah beralih duduk dekat dengan Dodi, dia menatap Ara sambil memakan cupcake berlapis cokelat.
“Iya Sei, jadi, nanti malem Alan berangkat.” Tatapan Ara berubah sendu, dia menunduk dalam.
“Ra, jangan sedih gitu dong. Lo kan gak sendiri, masih ada kita.” Caca menyentuh tangan Ara, dia tersenyum hangat.
Ara ikut tersenyum. “Iya, enggak sedih kok. Cuma gak rela aja Alan ninggalin gue selama sebulan. Itu pasti lama banget.”
“Aduh bumil, dulu jauhan selama enam tahun kuat. Sekarang di tinggal sebulan aja masa gak kuat sih.” Dodi mengejek Ara seraya tersenyum jahil.
“Ya kan beda, sekarang mah udah ada babytwins. Ara pasti selalu butuh Alan,” jawab Seila, dia beralih menatap Ara. “Iya kan Ra?”
Ara mengangguk.
“Oh ya be-te-we Ra, lo sama siapa di rumah? Kalo sendiri, mending kita temenin deh. Kita bisa gantian nginep di rumah lo kok, iya kan guys?” Aletta kembali bertanya setelah dia menghabiskan cupcake berlapiskan strawbery miliknya. Dia juga menatap satu persatu wajah sahabatnya guna meminta persetujuan.
“Iya bener banget Ra,” jawab Alex, Dodi, Rega, Caca dan Seila serempak.
“Gak perlu kok. Gue gak sendiri, soalnya orang tua gue bakalan nginep di rumah selama Alan pergi. Tapi kalo kalian mau pada nginep boleh kok.”
Jawaban Ara membuat Caca terpaku. Lipatan di dahinya kian banyak, sepertinya Caca baru saja mengingat sesuatu.
“Oh, ya ampun! Gue lupa! orang tuanya Rega kan mau dateng hari ini. Mana gue belom ngapa-ngapain lagi,” pekikan kaget Caca berhasil membuat semuanya menatap Caca bahkan Alan sampai terbangun dari tidurnya.
“Ca, teriakan lo bikin kuping gue soak tau! Bar-bar banget sih sekarang!”Alan menggerutu seraya mengusap kupingnya.
“Maap ya Lan, gue bikin lo bangun.” Caca tersenyum polos.
“Gue sama Rega pulang duluan ya. Mau siap-siap dulu nih, biar di cap sebagai menantu idaman soalnya,”lanjut Caca kemudian.
Setelah berpamitan dan diangguki oleh sahabatnya. Caca langsung menarik Rega. Lalu berjalan dengan cepat.
Ini pertama kalinya hidup seatap sama mertua, semoga gue gak di cap sebagai menantu kurang ajar deh.
***
Happy Satnight 😉Seneng bgt rasanya bisa update SM sekalian Refresh otak setelah bikin laporan keuangan yg bikin gumoh 😭
Semoga suka ya
Eh jgn lupa share biar semua orang pada tau ehe. 😆😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Married [END]
RomanceDisaat cinta itu datang, kenapa cinta masa lalu ikut datang? Dilema itu tengah dirasakan oleh dokter ganteng, Regantara Putra Maheswara. Rega menghadapi sebuah dilema saat seseorang di masalalu nya kembali datang untuk menagih sebuah janji. Akankah...