Bertemu Santi

2.6K 234 242
                                    

Pesona pelakor biasanya lebih menggoda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesona pelakor biasanya lebih menggoda.

Santiara Chaniago
.
.
.
.

***

Beberapa hari yang lalu Caca bertemu dengan Ara, Aletta dan Seila. Caca bercerita perihal Santi yang tiba-tiba datang kembali ke hidup Rega. Ketiga sahabatnya itu serempak tidak suka dengan adanya pelakor. Mereka bertiga bahkan sudah memberi tahu apa saja yang harus Caca lakukan. Mulai dari mencari semua informasi mengenai Santi, hingga mengatur acara pertemuan antar Caca dengan Santi.

Sebelum pertemuan itu dilaksanakan. Ara sudah lebih dulu membekali Caca dengan sedikit ilmu bela diri, Aletta mengatur strategi yang akan Caca lakukan, sedangkan Seila mengajari Caca cara membunuh tanpa menyentuh. Bukan lewat dukun pastinya.

Dan disinilah Caca sekarang, menunggu kedatangan Santi di kafe milik Seila dan Dodi. Caca melirik Ara, Aletta dan Seila yang mengawasinya dari meja no 8. Mereka bertiga serempak menyemangati Caca. Sepertinya ketiganya tau bahwa Caca tengah gugup.

Caca berulang kali mengembuskan napas berat. Dia sedikit merasa takut. Jujur, ini pertama kalinya Caca akan melabrak seseorang. Semasa sekolah dan kuliah dulu, Caca tidak pernah berurusan dengan siapun. Dia gadis baik, tidak suka keributan. Tapi tentu demi Rega, Caca harus bersikap tegas.

Ting

Suara bel pertanda ada pengunjung Kafe yang datang berbunyi.

Caca langsung menatap kearah pintu. Terlihat seorang gadis cantik dengan rambut pendek, berjalan dengan begitu tenang.

Dia berhenti di meja no 6, meja yang Caca tempati. "Lo pasti Caca?" tanpa basa-basi, Santi langsung duduk dihadapan Caca.

"Iya," jawab Caca dengan tenang.

Untuk beberapa saat mereka berdua saling tatap, dengan tatapan tidak suka pastinya.

Santi tersenyum remeh. "Jadi, istri nya Putra itu cewek kayak lo."

"Kenapa? Lo kaget?" Caca menjawab dengan tenang.

"Pasti, gue kaget banget. Bisa-bisanya Putra nikah sama cewek cupu kayak lo." Santi berucap sinis, dia menampilkan senyuman miring.

Lo gak tau aja kalo gue lagi nyamar. Lagian, gue sama lo jauh cantik gue kemana-mana lah.

"Oh." Caca kembali menjawab dengan singkat. Sekarang Caca sibuk memesan makanan dan minuman. Dia menghiraukan Santi yang bersiap untuk mencelanya lagi.

"Tadi lo ngomong apa?" Caca bertanya dengan santai. Dia bisa melihat dengan jelas bahwa Santi tengah menahan amarah.

"To the point aja deh, maksud lo ngundang gue kesini buat apa?!" Santi menatap Caca hingga bola matanya itu seperti akan keluar.

Dih, lo pikir dipelototin gitu gue bakalan takut. Ya enggak lah, gila aja.

"Ya harusnya sih lo ngerti. Katanya lo pinter, tapi ternyata, gak sepinter yang gue kira." Caca mengakhiri ucapannya dengan menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga.

"Pasti, Putra muji gue di depan lo 'kan? Harusnya lo sadar, itu berarti Putra udah ngusir lo secara halus. Dan kalo gue yang jadi lo, gue pasti pergi ninggalin Putra. Karena asal lo tau aja, lo itu gak pantes buat Putra." Santi kembali tersenyum remeh, gadis itu mendongak angkuh seolah dirinya lebih baik dari Caca.

"Terus lo pikir orang kayak lo pantes buat Rega?"

"Ya jelas lah. Gue itu cantik, pinter, semua orang selalu tergila-gila sama gue. Begitu juga dengan Putra, dia itu cinta mati sama gue."

"Susah ya ngomong sama orang sombong." Caca tersenyum sinis. selanjutnya dia tersenyum ramah pada pelayan yang mengantarkan makanan untuk mereka.

Caca menyesap minumannya dengan santai. Setelahnya ia kembali menatap Santi. "Mbaknya yang katanya Cantik parah, harusnya lo itu sadar, cewek yang ninggalin orang yang dia sayang gitu aja, itu gak lebih dari seorang pecundang."

"Lo... Jaga ya mulut lo!" Santi menunjuk wajah Caca kasar.

"Loh, harusnya gue yang marah dong. Disini yang pencuri itu kan lo."

"Gue bakalan bilang ke Putra kalo istrinya udah gak sopan!"

Caca memasukan makanan kedalam mulutnya. "Bilang aja, lo pikir gue takut."

"Liat aja, gue pastiin lo bakalan nangis darah karena gue berhasil ambil Putra dari lo." Santi menjeda sesaat, dia mengambil beberapa lembar foto lalu meletakkannya di atas meja. "Lo liat, ini bukti kalo Putra cinta banget sama gue."

Caca melihat foto kebersamaan Santi dan Rega semasa SMA, mereka terlihat begitu bahagia. Enggak Ca, lo gak boleh lemah. Lo harus kuat, foto begitu doang gak boleh bikin lo nangis di depan sadako macam dia.

"Cuma cium kening? Gitu doang mah gue juga sering. Lagian gue sama Rega udah ngelakuin hal yang lebih dari itu. Jadi simpen aja ya, kenangan masa lalu lo ini, kasian 'kan kalo ilang gak bisa lo ulang lagi." Caca tersenyum miring, dia menyodorkan kembali foto-foto itu pada Santi.

Anjir, cewe cupu ini berani-beraninya ngatain gue. okey kita liat siapa yang bakalan menang.

Santi mengambil foto itu lalu memasukan kembali kedalam tasnya. Dia kembali menatap Caca sinis. "Asal lo tau ya cewek cupu. Kenangan masa SMA itu gak akan pernah bisa dilupain. Gue sebagai mantan terindahnya Putra bakalan balikin lagi kenangan indah kita berdua."

"Mantan terindah? Kalo lo se indah itu, lo gak akan mungkin jadi mantan." Caca tersenyum meremehkan. Dia kembali berbicara. "Lagian gue gak takut tuh. Karena setiap lo mau bangkitin kenangan usang itu, gue bakalan lebih dulu ngukir kenangan baru yang lebih indah bareng Rega."

"Dan satu hal lagi. Seindah apapun masa lalu, dia akan tetap jadi masa lalu, yang usang, kotor, berdebu dan lebih pantes buat di masukin kekotak kenangan."

Santi semakin menatap Caca penuh amarah. Gadis itu meremas kedua tangannya kuat-kuat. Ingin sekali rasanya menampar Caca dan mempermalukan gadis yang Santi anggap cupu itu sekarang juga.

Caca kembali merapikan rambutnya. Dia mengambil tasnya, bersiap untuk meninggalkan Kafe. "Okey, gue sebagai istinya dokter Rega harus pergi dulu. Tenang, semua udah gue bayarin. Dan satu hal lagi, gue juga udah pesenin es batu yang banyak buat hati lo yang ambyar itu." Caca tersenyum penuh kemenangan, dia melenggang pergi seraya mengedipkan sebelah matanya pada Ara cs yang tengah ber tos ria.

"Arghhhh!!"

Santi berteriak dengan kencang seraya manghancurkan makanan yang tersedia di atas meja.

Lo pikir lo udah menang. Ini bahkan belum dimulai, tunggu aja pembalasan gue, cewek cupu sialan.

***

Ada yang bakalan berantem nih.
Kira kira yang menang istri sah atau malah pesona pelakor?

Tunggu terus kelanjutan kisah Recanya. Jangan lupa tinggalkan jejak.

See you 😊❤😄


Suddenly Married [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang