Rega baru saja kembali dari rumah Seila dan Dodi. Niat awalnya pergi kesana adalah untuk menjenguk Seila. Tapi sesampainya Rega disana, Rega disambut oleh ke enam sahabatnya ditambah dengan seorang gadis yang entah mereka dapatkan dari mana.
Sial. Alan sama Ara bener-bener nyariin gue jodoh. Mereka lebih cepet gerak di banding gue.
Rega tak henti-hentinya mengumpat. Dia begitu merasa kesal, karena sedari tadi mereka berenam sengaja membiarkan Rega bersama dengan cewek aneh itu. Rega sendiri tidak mengerti mengapa sekarang dia begitu risih berdekatan dengan gadis selain Caca, Ara, Aletta dan Seila.
Apalagi gadis aneh itu terlihat begitu centil membuat Rega semakin muak. Hingga pada akhirnya, Rega dengan cepat beralibi agar dia bisa secepatnya pulang. Sekarang, Rega begitu membutuhkan Caca. Hanya Caca yang bisa menghapus rasa kesal Rega kali ini.
"Ca," panggil Rega pelan.
Rega mengeryit. Dia sedikit kebingungan karena tidak menemukan Caca di apartemennya.
"Caca kemana dah? Tumben dia pergi gak bilang gue dulu."
Rega mengembuskan napas berat. Dia memutuskan untuk duduk disofa. Rega memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa sangat pusing. Dia tidak pernah menyangka semua akan menjadi serumit ini.
"Rega."
Rega menoleh kemudian berteriak dengan kencang.
"Huaaaa ... Hantu belum keramas."
Setelah berteriak, Rega bersembunyi dibalik sofa. Tubuhnya bergetar hebat, mulutnya tak henti merapalkan do'a agar hantu putih itu cepat pergi dari apartemen miliknya.
Caca yang tengah memakai masker bengkoang diwajahnya berusaha menahan tawa. Dia berjalan pelan, berniat untuk kembali mengerjai Rega. "Regaaaa." Caca bersuara, dia menggerakkan tangan seolah akan memakan Rega.
Merasa ada yang aneh. Rega memberanikan diri melihat sosok yang dia sebut sebagai hantu. Rega mengembuskan napas lega. "Caca! ya ampun. Lo hampir aja bikin gue gak bisa napas tau."
"Hahaha, maap. Abisnya lo lucu sih, ternyata lo itu penakut ya." Caca tertawa singkat, membuat masker yang dia pakai hancur.
Rega hanya diam. Niatnya bertemu Caca agar rasa kesalnya hilang malah menjadi sebaliknya. Rega memilih duduk kembali, lelaki itu menyandarkan kepalanya pada bantal sofa lalu berusaha terpejam.
Caca yang peka akan keadaan Rega mendekat. Dia memeluk lengan Rega lalu menyandarkan kepalanya pada bahu kokoh milik Rega. "Rega, lo lagi ada sedikit trouble ya? Maap ya, gue malah bikin lo tambah kesel."
Rega membuka matanya. Kemudian menatap Caca yang merasa bersalah. Rega tersenyum hangat. "Enggak kok. Lo gak salah, gue nya aja yang baperan."
"Jadi lo gak marah?"
"Enggak."
Caca tersenyum lebar membuat maskernya semakin rusak. Seketika ide briliant muncul didalam kepalanya. "Ga, biar lo gak kesel. Mending kita maskeran aja. Nanti gue juga pijitin lo biar lo relaks."
"Lo yakin?"
"Yakinlah, lo cuci muka dulu, terus ganti baju pake kaos. Biar santai kaya gue."
Rega menatap Caca dari atas hingga bawah. Caca memang berpenampilan sangat simple, gadis itu hanya memakai kaos pendek berwarna putih, lalu wajah yang beroleskan masker yang sudah tak tau bentuknya ditambah lagi dengan rambut yang di roll.
"Oyy! Rega. Kok malah bengong, sih."
Rega tersadar dari lamunannya. Lelaki itu berdiri kemudian melangkahkan kaki menuju kamarnya untuk melakukan apa yang Caca perintahkan. Caca sendiri sudah pergi ke dapur untuk kembali membuat masker dan menyiapkan hal yang perlu dia siapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Married [END]
RomantikDisaat cinta itu datang, kenapa cinta masa lalu ikut datang? Dilema itu tengah dirasakan oleh dokter ganteng, Regantara Putra Maheswara. Rega menghadapi sebuah dilema saat seseorang di masalalu nya kembali datang untuk menagih sebuah janji. Akankah...