Makan Malam

1.5K 144 114
                                    

“Kak, Raga makin hari makin aktif ya. Makin gemes dan ganteng banget lagi.” Zia terus saja tersenyum, dia mencium pipi gembil milik Raga.

Caca yang tengah memasak Mpasi milik Raga mematikan kompor. Lalu memindahkan makanan buatannya ke dalam mangkok khusus. Setelah siap, Caca langsung menghampiri Zia.

“Iya, sekarang Raga jadi makin aktif, Kakak kadang suka kewalahan kalo lagi sendirian.” Caca curhat, dia mulai menyuapi Raga yang sudah duduk dengan tenang di pangkuang Zia. Seolah mengerti, saat Caca memberikan se sendok makanan Raga langsung saja membuka mulut. Dia makan dengan sangat lahap, dan terlihat semakin menggemaskan.

“Pasti sih kak, mba Shanum juga gitu kok, apalagi kan anak pertamanya kembar jadi Zia selalu bantuin.”

“Enak ya Shanum punya Zia yang bisa bantuin, kalo kakak cuma punya Rega. Mana kadang kalo bener-bener lagi sibuk, Rega jarang banget di rumah.” Raut wajah Caca sedikit berubah sedih. Jujur, dia kadang merasa kesepian. Apalagi di rumah sebesar ini. Semenjak Caca melahirkan Rega memutuskan untuk membawa Caca dan Raga tinggal di rumah baru mereka. Jadi saat ini Caca dan Rega sudah tidak tinggal di apartemen.

Zia mengusap pundak Caca. “Sabar ya kakak cans, kalo bisa, Zia pasti bakalan sering-sering main kesini.”

Caca tersenyum hangat pada Zia.

“Kak, boleh gak suapan terakhirnya aku aja yang kasih ke Raga?” Zia menatap Caca, meminta izin untuk memberikan Raga makanan.

“Boleh dong, ini.” Caca memberikan mangkok makan Raga pada Zia. Zia mengambil alih dengan cepat, lalu dengan gerakan perlahan Zia mulai menyuapi Raga.

“Nah udah abis, si ganteng pinter banget makannya,” seru Zia senang. Raga ikut tertawa dia menepuk kedua tangannya sambil tersenyum menggemaskan.

“Ya ampun, liat deh kak Raga lucu banget.” Zia menatap Caca, Caca langsung mengangguk sambil tersenyum melihat Raga yang bergerak gelisah.

“Eh, kayaknya Raga mau Pup deh. Sini, biar kakak ganti dulu ya.” Caca mengambil alih Raga dari Zia. Zia memberikan Raga dengan hati-hati, setelah Raga berada di tangannya Caca berniat untuk pergi ke kamar mandi, namun dengan cepat Zia menahan dirinya.

“Kak, Zia sekalian pamit deh. Oh, ya nanti malem bunda ngundang kakak sama bang ganteng buat makan malem bareng. Tolong dateng ya kak, bunda udah siapin banyak makanan soalnya.” Zia memberitahu amanat dari sang bunda.

“Iya, insyaAllah kita berdua bakalan dateng. Kamu hati-hati Zi.”

“Iya kak, Assalammualaikum.”

Wa’alaikumussalam.”

Setelah kepergian Zia, Caca kembali melanjutkan tugasnya sebagai seorang ibu yang baik.

***

Caca dan Rega baru saja tiba di sebuah rumah bercat putih. Rumah mewah ini terlihat begitu asri nan indah. Caca yakin, bundanya Zia dan Dimas pasti adalah orang yang cinta akan kebersihan dan keindahan. Itu semua terbukti dari suasana rumah yang langsung memberikan kesan damai.

Sebelum datang kemari, sebenarnya Caca sempat lupa akan undangan yang Zia sampaikan. Namun saat Rega datang, suaminya ini langsung memberi tahu tentang undangan bundanya Dimas. Untung saja Dimas juga memberitahu Rega. Jika tidak, Caca pasti akan merasa bersalah karena tidak hadir untuk memenuhi undangan dari keluarga Zia dan Dimas.

“Cin, biar aku aja yang gendong Raga ya. Kamu pasti capek.” Rega menahan Caca yang baru akan melangkah. Dia meminta Raga untuk berada dalam gendongannya.

Caca tersenyum. Rega itu walaupun sibuk dia tetap berusaha menjadi suami dan ayah yang baik. “Yaudah, Raga sayang sama papa ya.” Caca memberikan Raga pada Rega. dengan mengukir senyuman Rega menerima Raga yang langsung tertawa saat melihat wajah sang ayah.

Caca tersenyum. Pemandangan kebersamaan dua lelaki yang menjadi cinta dan kebanggaannya ini selalu saja bisa membuat hatinya menghangat.

Setelah Rega berhasil menggendong Raga dengan bener. Mereka langsung berjalan guna memasuki rumah keluarga Zia dan Dimas.

***

Caca terus saja mengukir senyuman. Raga malam ini terlihat sangat senang, dia bahkan tidak menangis saat bertemu banyak orang asing.

“Kak, mau salad buah?” Zia menawarkan sambil memberikan piring kecil yang berisikan salad buah.

Acara makan malam dua keluarga tadi sudah selesai. Namun mereka semua masih duduk di meja makan seraya memakan hidangan penutup.

“boleh deh, makasih ya Zi.” Caca tersenyum hangat.

“Sama – sama.”

“Caca, Raga ini sudah umur berapa? Dia aktif sekali ya.” Ashanti bertanya dia masih betah bermain bersama Raga.

Caca menjawab dengan cepat. “Udah enam bulan tan, eh bun, Raga emang anaknya aktif banget, belum lagi dia tau tuh kalo yang gendong cantik pasti langsung mau.”

Semuanya tertawa.

“Persis banget kayak Rega, bening dikit melek,” celetukan Dimas semakin membuat riuh tawa terdengar bersautan.

Rega yang di jadikan bahan pembicaraan tersenyum malu. Dia berusaha keras untuk tetap terlihat cool.

Ashanti kembali menatap Caca. “Ca, Zia bilang kamu itu sahabat baiknya Zia dan Dimas waktu sekolah. Kok baru dateng sekarang.”

Perkataan Ashanti membuat Shanum dan Rega serempak melihat Caca, Zia dan Dimas. Caca tersenyum kaku, dia menggigit bibir bawahnya pelan. Aduh kenapa bunda malah nanya ini sih, padahal kan tadinya ini semua bakalan tetep jadi rahasia. Kalo udah gini gue mau jawab apaan.

“Bun, dulu kak Caca rumahnya di luar kota. Dia baru tinggal disini setelah nikah sama bang ganteng, lagian Zia sama kak Caca sempet lost contact dan baru ketemu beberapa bulan yang lalu.” Zia yang mengerti situasi mencoba menjawab. Zia begitu merasa gugup, dia meremas ujung hijab yang dia kenakan.

“Oh gitu ya, yaudah gak papa, sekarang kalian kan sahabatannya makin enak. Dimas sama Rega itu sahabat baik loh, Ca. Jadi bunda harap kamu juga bisa sahabatan sama Shanum.” Ashanti tersenyum seraya menatap Caca dan Shanum bergantian.

Caca menatap Shanum dia menunjukkan senyum terbaiknya. “Semoga kita bisa jadi sahabat deket ya Sha.”

Shanum mengangguk.

Rega sedari tadi masih diam. Caca tau betul diamnya Rega berarti suaminya ini sedang merasa kesal. Caca memgembuskan napas lega, akhirnya semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Caca melirik Rega. Rega balas melirik Caca, lalu dengan cepat berbisik. “Kamu hutang penjelasan sama aku loh.”

“Iya, nanti aku jelasin semua, asal kamu jangan marah,” balas Caca sambil berbisik. Rega tidak merespon apapun, dia memilih mendekati Raga dan bermain bersama Raga.

Caca menghela napas. Kenapa malah jadi ruwet gini, sih.

***

Selamat pagi.
Baru ini aku up pagi,  sengaja biar keliatan rajin wkwkkw. 😄

Eh mau tau dong,  kalian kalo lagi sedih biasanya ngapain?




Suddenly Married [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang