Disaat cinta itu datang, kenapa cinta masa lalu ikut datang?
Dilema itu tengah dirasakan oleh dokter ganteng, Regantara Putra Maheswara. Rega menghadapi sebuah dilema saat seseorang di masalalu nya kembali datang untuk menagih sebuah janji.
Akankah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebelum ngurus Rega junior, belajar ngurus kucing dulu ah.
. . . .
Regantara PM yang mau jadi calon suami siaga kayak Alan.
***
Sudah dua bulan Caca menjadi seorang ibu rumah tangga. Pekerjaannya hanya berkutat dengan apartemen, bertemu Ara, Aletta, dan Seila kalau sempat, begitu terus hingga membuat Caca sangat jenuh.
Caca yang tengah rebahan tiba-tiba saja mengubah posisinya menjadi duduk. Dia melirik Rega yang masih saja membaca hasil laporan pasien. Suaminya itu masih saja sibuk, padahal tubuhnya sedang berada di apartemen.
“Cinta,” panggil Caca pelan.
“Hmm.” Rega menjawab tanpa mengalihkan pandangannya pada Caca. Wajahnya terlihat begitu serius, sepertinya Rega tengah tidak bisa diganggu.
Caca memilih diam. Dia kembali merebahkan tubuhnya. Memejamkan mata. Caca mencoba untuk tidur namun tubuhnya menolak, dia bahkan bergerak gelisah.
Rega terusik. Dia menandai laporan yang telah dia pelajari kemudian meletakkannya di atas meja. Rega berjalan mendekati Caca. Dia menyentuh pundak Caca. “Lo kenapa?”
Caca menoleh. “Enggak papa kok. Maap, lo keganggu ya.”
Rega menggeleng. “Cerita, lo kenapa? Sakit?” Rega menyentuh kening Caca. “Tapi badan lo gak panas.”
Caca kembali duduk. Dengan takut-takut dia menatap Rega. “Cin, gue mau ke pasar malem. Pengin makan arum manis.”
Rega melirik jam tangan yang melingkar dengan indah ditangannya. “Sekarang? ini udah cukup malem loh.”
“Iya, mau sekarang. Tapi kalau lo gak mau gak papa kok. Gue tidur aja.” Caca kembali merebahkan tubuhnya.
Rega melihat punggung Caca. Entah mengapa akhir-akhir ini tingkah Caca begitu aneh. Caca bertingkah sangat manja, dia selalu ingin Rega berada di dekatnya, belum lagi Caca menjadi sangat sensitif.
Rega mempersempit jarak mereka. Dia berbisik pelan ditelinga Caca. “Kita pergi sekarang.” bisikan pelan itu berhasil menerbitkan senyuman indah diwajah cantik Caca.
***
“Abis ini kita naik biang lala dulu ya, plis.”
Caca terus saja memohon. Dia sedari tadi merengek, meminta Rega menemaninya untuk menaiki salah satu wahana di pasar malam ini. Rega yang takut ketinggian tapi gengsi untuk jujur, mencoba berbagai macam alasan. Namun, semua alasan itu tidak membuat rengekan Caca berhenti.
Cewek cantik itu malah semakin merengek, hingga menangis seperti saat ini.
“Cin, jangan nangis gini dong. Oke, oke, kita bakalan naik biang lala. Tapi janji gak nangis lagi.” Rega menatap Caca, dia menggunakan ibu jarinya untuk menghapus air mata Caca. Caca mengangguk, dia tersenyum manis karena keinginannya akan Rega turuti.