jeffrose_'s present
"Jadi sejak kapan kau dan Hendery Wong itu? Dia bilang dia mengagumimu lebih lama daripada yang bisa aku duga. Memang aku menduga apa? Aku sama sekali tak menduga apa-apa."
"Ya, karena dia tahu kau bodoh jadi dia berkata seperti itu."
Yangyang berdecih melihat Xiaojun yang sedang duduk dengan tenang di meja belajarnya. Mereka memiliki tes siang ini, jadi Yangyang pergi ke rumah Xiaojun untuk belajar, meskipun daritadi ia hanya mengoceh dan menceritakan macam-macam.
"Tapi ada sesuatu yang sepertinya aku lupakan," ujar Yangyang. "Aku lupa bertanya apa hubungan Hendery Wong itu dengan Jonathan Wong. Sekarang kau pasti sudah mengetahuinya bukan?"
Xiaojun sedikit tersentak. Ia sama sekali tak memikirkan jawaban dari pertanyaan ini. Lalu ia terbatuk dan menjawab, "mereka satu garis keturunan."
"Ah, aku mengerti." Yangyang mengangguk-angguk. "Tapi bukankah itu luar biasa? Ah, tidak. Takdir memang selalu luar biasa. Kau yang merasa aneh dengan isi sebuah buku hendak bertanya pada penulisnya. Lalu kau mendatangi rumah keluarga penulis itu dan menemui salah seorang cucunya. Ini saja sudah aneh, siapa yang tahu kalau cucu seorang penulis besar dari Inggris ada di daratan China. Terlebih lagi kalian lalu jatuh cinta! Ini menakjubkan!"
"Kau benar." Xiaojun menutup bukunya. "Kenyataan bahwa aku menemukan Hendery Wong di sini benar-benar aneh, dia pasti punya alasan."
"Mungkin saja ketika hubungan bisnis China dan Inggris sedang baik, Jonathan Wong pergi kesini dan hilang hayat di sini. Bukannya dia menghilang ketika Perang Dunia II? Mungkin dia menghilang karena gugur perang di sini," Yangyang berpendapat.
"Itu masuk akal," Xiaojun setuju. Sembari menopang dagunya ia lalu berpikir, 'tapi bukan Jonathan Wong yang pergi kesini. Dan menurut waktunya, pasti Hendery masih ada di Inggris ketika Perang Dunia II hampir berakhir. Jadi kenapa?'
Matahari sudah berada di pucuk kepala. Tes mahasiswa kedokteran baru saja usai. Winwin tidak ingin langsung pulang, ia ingin mampir ke perpustakaan terlebih dahulu. Perpustakaan pada siang hari lebih ramai. Apalagi di hari tes seperti sekarang orang-orang banyak datang untuk belajar.
Winwin berdecih. Papan bertuliskan 'Dilarang Berisik' terpampang jelas di dinding perpustakaan, tapi tak ada seorang pun yang tidak mengacuhkannya. Para gadis sibuk bergosip dan kelompok pemuda berusaha mencari perhatian. Karena inilah ia hanya menyukai perpustakaan di pagi hari.
Seperti biasa, Winwin langsung saja menuju rak tempat buku-buku medis disimpan. Dirabanya satu persatu buku-buku itu dengan jemarinya. Lalu tangannya berhenti pada satu buku.
'Bakteriologi,' batinnya membaca judul buku tersebut.
Sejenak ia memandang buku itu ragu-ragu sebelum kemudian menariknya. Dibolak-baliknya buku itu. Tidak cukup berat, tak seperti buku-buku medis lainnya. Mungkin buku itu untuk pemula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry That I Walked Away ● HenXiao ●
Viễn tưởng[Completed] "Kengeriannya, ketakutannya, depresinya. Bahkan aku seolah-olah bisa mendengar pekikan ngilu kawanan mereka, begitu nyaring. Serta tusukan tombak perak yang menembus dada kiriku, memecahkan jantungku dan mematahkan seluruh tulang rusukku...