jeffrose_'s present
"Hendery memang haruslah mati, karena aku telah memutarbalikan sejarahnya."
"Hangus. Hangus semua."
Winwin tertawa pahit melihat bangunan tempatnya tinggal kini telah berupa reruntuhan penuh jelaga. Xiaojun menggandeng tangan gegenya itu. Ia memutuskan untuk pergi menemani Winwin, sementara Yangyang yang tadinya ngotot ingin ikut dilarang keras oleh Kun.
Winwin tersenyum. "Yah, siapa pula yang dapat disalahkan? Mari kita ke posko itu, siapa tahu jurnalku tentang anemia hemolitik masih tersisa."
Mereka pun mendatangi posko yang dimaksud. Disana menumpuk baju-baju dan hiasan-hiasan yang tak terlalu berguna. Winwin memandang tumpukan itu dengan putus asa. Ia tahu tak ada gunanya ia mencari jurnalnya yang mudah sekali terbakar. Jika ada pun, pasti kertasnya sudah rusak parah sekali.
Xiaojun ikut mencari jurnal itu disana. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh sedu sedan seorang anak laki-laki yang sedang duduk dengan memprihatinkan di samping tumpukan itu.
Kening Xiajun mengerut. Anak kecil itu sedang menduduki tumpukan kertas tebal yang disatukan oleh penjepit.
"Sicheng-ge, disini," ia memanggil Winwin.
Winwin menghampirinya. Hatinya berdenyut ketika melihat anak kecil yang terus menangis itu.
"Hai, siapa namamu?" tanyanya lembut.
Anak itu seketika berhenti menangis. Ia menatap Winwin dengan matanya yang lebar dan penuh kemurnian.
"Kemarilah," Winwin mengangkat tubuh anak itu hati-hati. Anak itu memosisikan tubuhnya dengan nyaman di gendongan Winwin.
"Lihat, ge. Ini jurnalmu," seru Xiaojun girang. Ia lalu mengambil jurnal yang tadi diduduki oleh anak itu dan menunjukkannya pada Winwin.
Winwin tersenyum. "Syukurlah."
Ia kembali mengalihkan perhatiannya pada anak itu. "Siapa namamu, hm? Dimana orangtuamu?"
Anak itu hanya menatap Winwin tanpa bersuara. Sorot matanya penuh pertanyaan. Winwin menyadari itu, keningnya lalu mengernyit.
"Jaemin!"
Seorang laki-laki muda berlari dengan panik menuju mereka. Rambutnya dicat putih dan alis kirinyanya dicukur sedikit sehingga menyerupai garis yang melintang dari atas ke bawah. Pakaiannya sangat bergaya dan mecolok dengan jaket kulit hitam dan celana panjang yang memiliki rantai di sakunya. Sepatu merah yang ia gunakan adalah sangat kontras dengan keseluruhan penampilannya.
"Jaemin, syukurlah kau selamat!" ujarnya dengan suara bergetar ketika sudah dekat.
"Anda siapa?" tanya Winwin ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry That I Walked Away ● HenXiao ●
Fantasy[Completed] "Kengeriannya, ketakutannya, depresinya. Bahkan aku seolah-olah bisa mendengar pekikan ngilu kawanan mereka, begitu nyaring. Serta tusukan tombak perak yang menembus dada kiriku, memecahkan jantungku dan mematahkan seluruh tulang rusukku...