911 ?

3.1K 610 79
                                    



jeffrose_'s present



Hendery memeluk lututnya. Lelaki yang memakai mantel hitam itu berjongkok di depan pintu rumah Xiaojun, menunggu kepulangan pemilik rumahnya. Ia bersiul kecil untuk mengusir rasa bosan, namun seekor merpati abu-abu hinggap di depannya, seolah terpanggil.

"Ah, aku tak memanggilmu kawan kecil." Ujarnya bersalah.

Merpati itu tak kunjung pergi. Paruhnya yang berwarna hitam kusam mematuki aspal dan tubuhnya sendiri. Hendery melihatnya sembari kebingungan sebelum akhirnya ia berseru mengerti.

"Tunggu sebentar." Lelaki itu merogoh saku kanannya dan mengeluarkan sepotong roti yang dibungkus tas kertas.

Hendery mencubit rotinya dan meletakannya tepat di hadapan merpati itu. Ia tersenyum sumringah kala rotinya dimakan. Ia menaburkan lebih banyak remahan roti bagi si merpati.

"Bisa-bisa nanti depan rumahku jadi sarang merpati gara-gara kau."

Hendery terperanjat dan terjatuh. Ia mendongak dan mendapati Xiaojun berdiri sembari melipat tangan di depan dada. Hendery menyeringai lebar.

"Bagaimana harimu?" Tanyanya ceria.

"Kau benar-benar ingin ku laporkan pada polisi sebagai penguntit ya?" Xiaojun berdecak kesal.

"Aku takut sendirian di rumah." Kata Hendery. Xiaojun mengerutkan alisnya.

"Bukankah kau memang tinggal sendiri?" Tanyanya heran.

"Hari ini aku merasa takut." Hendery bangkit dan berjalan mendekati Xiaojun. "Ada banyak hal yang membuatku cemas hari ini."

Xiaojun tak bergeming. Lalu ia berjalan melewati Hendery. "Dasar aneh." Ia membuka kunci pintu rumahnya dan menghela nafas berat. "Mau minum kopi?"

"Apa kau tahu rasa kopi seperti apa?" Hendery mengangkat cangkirnya tinggi-ringgi untuk meneliti coraknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apa kau tahu rasa kopi seperti apa?" Hendery mengangkat cangkirnya tinggi-ringgi untuk meneliti coraknya.

"Tahu," Xiaojun membalik halaman bukunya. "Pahit."

"Pahit itu kata yang kau dengar," Hendery menyesap kopinya. "Bukan kopi yang kau rasakan."

Xiaojun melirik sebentar Hendery yang duduk di sofa seberangnya, lalu memilih tak acuh dan kembali membaca. Hendery yang melihatnya tersenyum.

"Apa kau pernah memeriksakan kondisimu?" Hendery meletakan cangkirnya ke tatakan di meja.

"Mereka bilang tidak ada yang salah, lalu menganggapku berdusta." Xiaojun menjawab sambil tak melirik sama sekali.

"Apa menurutmu mereka bodoh?" Tanya Hendery.

Xiaojun mengangkat bahunya. "Mereka hidup dan belajar lebih lama dariku, jadi mau tak mau aku harus menganggap mereka pintar."

Sorry That I Walked Away ● HenXiao ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang