jeffrose_'s present
Di atap terbuka rumah sakit, Xiaojun menerawang jauh ke langit malam. Musim gugur, musim gugurnya yang cantik, akan berakhir. Digantikan oleh musim dingin yang beku dan kejam. Di akhir tahun yang menyenangkan sekaligus menyedihkan, angin musim gugurnya yang terakhir terbang mengangkasa.
"Bawalah, bawalah semua kesialan kami," gumamnya berdoa.
Mendadak tubuhnya terasa hangat. Dua buah lengan merengkuhnya dari belakang. Wajah si pemeluknya itu ditenggelamkan di ceruk leher Xiaojun. Membuatnya geli akan hembusan nafas teratur yang hangat itu.
"Hendery?" panggil Xiaojun lembut.
Hendery, si pemeluknya itu, mengangkat kepalanya. Hidungnya ia gosokkan pada daun telinga Xiaojun, seperti kucing kepada majikannya. "Apa kabarmu?"
"Kau sendiri? Bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik," Hendery berkata ragu. "Hanya sedikit merindukanmu."
"Aku bersamamu tadi pagi."
"Kau pikir itu cukup menggantikan tahun-tahunku tanpamu sebelum ini?"
Xiaojun mendengus. "Kau bersikap berlebihan."
"Menurutmu itu berlebihan?" Hendery membalikkan tubuh Xiaojun sehingga mereka berdua berdiri berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. "Tapi itu adalah fakta."
Xiaojun menyunggingkan senyumnya. Tangannya ia kalungkan pada leher Hendery dan kening mereka beradu. Nafas mereka seolah bertautan, kedua mata mereka terpejam. Membagi kehangatan dalam dinginnya angin musim gugur terakhir ini.
"Adakah yang ingin kau bicarakan?" tanya Xiaojun.
"Mmm," Hendery bergumam. "Tidak ada."
"Aku bisa mencium kebohongan disini," ujar Xiaojun setengah tertawa.
"Aku mencintaimu," Hendery mendengus. "Hanya itu."
"Benarkah?" tanya Xiaojun retorik. "Apa yang kau bicarakan tadi dengan Kun-ge?"
Hendery menarik wajahnya. Kedua mata mereka berdua kini terbuka dan menatap penuh tuntutan pada satu sama lain.
"Aku mohon," ujar Hendery ambigu tanpa berniat meneruskan.
Xiaojun menatap iris kelamnya yang setenang malam. Ia lalu tersenyum. "Baiklah, kita bicarakan ini nanti saja."
Hendery membalas senyumannya. Direngkuhnya tubuh Xiaojun lebih rapat. Wajahnya kembali ia tenggelamkan di leher Xiaojun. Menghirup dalam-dalam aroma alami pemuda itu. Sedangkan Xiaojun sendiri memain-mainkan anakan rambut Hendery.
Terbawa sudah mereka dalam suasana sehingga tak menyadari kedatangan Winwin di sana.
Pemuda berkacamata itu pun berdeham. Xiaojun yang terkejut tanpa sengaja mendorong tubuh Hendery dengan kasar. Ia lalu tersenyum canggung pada Winwin, sementara Hendery menatapnya dengan kesal dan jengkel.
"Ada apa?"
Winwin mendekati mereka berdua. "Tidak ada. Hanya saja di kamar pun aku menjadi nyamuk antara Kun dan Yangyang."
Hendery terbahak tak terkendali.
"Dejun, seleramu tentang pasangan ternyata buruk sekali," sindir Winwin pada Hendery.
Xiaojun tertawa pelan. Ia kembali menatap ke langit. "Gege, apa yang akan kau lakukan selama liburan ini?"
Winwin menatapnya agak kaget. "Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang hal seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry That I Walked Away ● HenXiao ●
Fantasy[Completed] "Kengeriannya, ketakutannya, depresinya. Bahkan aku seolah-olah bisa mendengar pekikan ngilu kawanan mereka, begitu nyaring. Serta tusukan tombak perak yang menembus dada kiriku, memecahkan jantungku dan mematahkan seluruh tulang rusukku...