jeffrose_'s present
'Reinkarnasi (dari bahasa Latin untuk "lahir kembali" atau "kelahiran semula") atau t(um)itis, merujuk kepada kepercayaan bahwa seseorang itu akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain.'
Sumber; Wikipedia
Layar laptop menjadi satu-satunya cahaya yang menyala di kamar Xiaojun. Pemuda itu berkali-kali menggosok matanya yang lelah. Sudah hampir larut malam dan ia sama sekali tidak bisa tertidur. Suara-suara di kepalanya berdenging bising menyuruhnya tetap terjaga dan memikirkan percakapannya dengan Hendery tadi siang.
Reinkarnasi?
Begitu banyak bukti yang terlalu nyata untuk dianggap lelucon. Xiaojun bukanlah tipe orang yang mempercayai hal seperti itu. Lebih tepatnya, ia masih mempertimbangkannya. Reinkarnasi masih menjadi perdebatan di dunia sains sampai sekarang, meski begitu beberapa filsuf seperti Plato dan Giordano Brulo membenarkannya.
"Jiwa hidup dengan berpindah dari satu tubuh ke tubuh yang lain." Xiaojun bergumam. "Dan tubuhku yang sebelumnya merupakan tubuh vampir, begitu?" Ia bertanya pada dirinya sendiri.
Xiaojun membenarkan posisi duduknya. Ia kembali membuka buku hitam itu. Halaman 59 merupakan halaman yang paling membuat pemuda itu bingung.
"Tombak dan panah perak mulai berterbangan di langit. Lengkingan kesakitan menjadi alunan melodi yang membersihkan hutan dari sunyi. Satu persatu makhluk itu mati. Logam mewah itu menghancurkan jantung mereka. Jasadnya terinjak-injak dan melebur dalam tanah hutan dan ruh mereka dipaksa untuk melayang meninggalkan perang."
Xiaojun memegang dada kirinya yang tiba-tiba berdenyut kencang. "Apa aku mati beberapa saat ketika perang dimulai? Aku sudah lemah dari dulu ternyata." Ujarnya sambil tertawa.
"Sedang apa sayang?."
Xiaojun refleks menutup dan memeluk buku hitamnya karena terkejut. Cahaya lampu yang tiba-tiba menyala membuatnya menutup matanya karena pusing. Nyonya Xiao menghampirinya dan duduk di sisi ranjang.
"Belajar, Bu." Kata Xiaojun yang pusingnya sudah agak membaik.
Nyonya Xiao melihat curiga pada buku hitam didekapan anaknya. "Buku apa itu?"
"Eum? Ini buku sejarah." Xiaojun meletakan buku itu di meja belajarnya.
Nyonya Xiao tersenyum lembut. "Ibu rasa kau akan menikah dengan sejarah di masa depan."
"Seandainya sejarah mempunyai nyawa, mungkin iya." Xiaojun tertawa.
"Putraku memiliki kelainan ternyata."
Mereka berdua terbahak. Nyonya Xiao menghela nafas pelan.
"Apa yang membuatmu membatalkan perjodohan ini, nak?" Tanyanya lembut.
Xiaojun terdiam. "Daniella... gadis yang cantik, dan dia membutuhkan ruang untuk melebarkan sayapnya." Ia menunduk. "Dan aku bukanlah pria yang dapat menyediakan ruang itu."
"Ibu mengerti." Nyonya Xiao mengangguk paham. "Lalu seperti apa gadis yang kau inginkan?"
Xiaojun kembali termenung. Ia sama sekali tak berani menatap wajah Ibunya. "Aku tidak tahu." Kualitas suaranya menurun. "Aku belum bisa memikirkannya."
"Kau tidak akan benar-benar menikah dengan sejarah kan?" Nada Nyonya Xiao berubah menjadi benar-benar cemas .
Xiaojun terkekeh. "Tenang, Bu. Aku tidak segila itu." Ia menarik nafas. "Suatu saat aku yakin ada seseorang yang cocok denganku dan aku cocok dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry That I Walked Away ● HenXiao ●
Fantasy[Completed] "Kengeriannya, ketakutannya, depresinya. Bahkan aku seolah-olah bisa mendengar pekikan ngilu kawanan mereka, begitu nyaring. Serta tusukan tombak perak yang menembus dada kiriku, memecahkan jantungku dan mematahkan seluruh tulang rusukku...