jeffrose_'s present
"Sampai jumpa. Dejun hati-hati~"
"Sampai jumpa juga Sicheng-ge~"
Hendery tersenyum sambil melihat Xiaojun. Yang dilihat pun merasa risih dan balas menatap tajam.
"Apa?" Tanyanya ketus.
"Hehe..." Hendery terkekeh. "Kau tidak merasa aku berbahaya?"
Xiaojun menarik bibirnya ke bawah. Memberi ekspresi jijik pada lelaki yang sedang berjalan di sebelahnya itu. "Kau bercanda? Sinyal waspadaku bahkan berbunyi lebih kencang daripada saat aku kehilangan dompet sekarang."
"Tidak ada yang ingin kau ketahui dariku?" Tanya Hendery sambil menaik turunkan alisnya.
"Untuk apa?" Xiaojun sedikit menjauhkan diri.
Hendery menghela nafas menyerah. "Yah, tidak penting, sih." Katanya dengan nada kecewa.
"Kenapa kau mendaftar kedokteran ketika akhirnya kau hanya bermain-main di sana dan berakhir dikeluarkan?" Xiaojun berbicara dengan begitu cepat. Untung saja Hendery tidak begitu bodoh sehingga masih bisa menangkap dan memahami pertanyaannya.
"Dahulu ada seorang tabib yang hebat." Hendery memulai ceritanya. "Ia mengembangkan sebuah ramuan terlarang pada masanya, penduduk menyebutnya 'air mati suri' atau yang kita ketahui sebagai obat bius pada jaman sekarang.
"Semua orang menganggap dia berbahaya. Ramuannya dijegal oleh kerajaan karena beberapa kasus pembiusan secara ilegal oleh orang-orang jahat yang mencuri ramuan itu, dan ia sendiri dikunci di ruang bawah tanah. Istri dan anaknya tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah dikucilkan oleh penduduk desa.
"Sampai suatu hari seorang prajurit kerajaan pulang dari perang dengan keadaan patah hidungnya. Karena keterbatasan teknolgi saat itu, semua orang menganggap bahwa hidup prajurit itu tidak akan bertahan lebih dari dua hari.
"Mendengarnya, sang tabib merasa tertantang. Ia mengirim surat permohonan mengobati prajurit itu pada kerajaan dengan taruhan nyawanya sendiri. Banyak sekali pendapat kontra dari tabib-tabib dan penasihat kerajaan. Meskipun begitu, sang Raja menerima permohonan itu, sekaligus sebagai pengujian bagi sang tabib.
"Lalu keesokan harinya adalah hari dimana sang tabib mengobati prajurit yang patah hidungnya. Prajurit tersebut berbaring dengan mulut menganga dan mata tertutup, dadanya terlihat naik turun dengan ritme tak teratur, tangannya mengepal dan berkeringat, ia sangat kesusahan untuk bernafas dan semangat hidupnya pun nol besar.
"Sang tabib mulai mengobati prajurit itu. Ia menahan keluarnya darah dan menjahit beberapa bagian. Ia berniat menyangga hidung prajurit itu dengan baja nirkarat, namun sebelum itu ia harus membiusnya. Tabib kerajaan yang mengawasinya mulanya ragu, tapi akhirnya ia menyerahkan juga air mati suri itu pada penciptanya.
"Tak perlu waktu lama untuk menyangga hidung ketika si pasien 'mati suri'. Akhirnya prajurit itu bangun dengan baja nirkarat dalam tubuhnya. Meskipun ia memiliki trauma untuk pergi ke medan perang, tapi setidaknya ia bisa menikmati kehidupan bahagianya selama satu setengah tahun." Hendery mengakhirinya dengan wajah bangga.
Bibir Xiaojun terangkat sebelah. "Ia meninggal karena baja nirkarat itu akhirnya berkarat. Apa aku benar?"
Hendery mengangguk. "Baja nirkarat saat itu bukanlah seperti yang kita tahu sekarang. Kandungan kromiumnya sangat sedikit dan besinya dibuat berkarat oleh darah dan cairan-cairan lain dalam hidungnya."
"Lalu apa tujuanmu masuk kedokteran?" Tanya Xiaojun lagi.
"Kau tidak menangkap maksudku?" Hendery menatap jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry That I Walked Away ● HenXiao ●
Fantasy[Completed] "Kengeriannya, ketakutannya, depresinya. Bahkan aku seolah-olah bisa mendengar pekikan ngilu kawanan mereka, begitu nyaring. Serta tusukan tombak perak yang menembus dada kiriku, memecahkan jantungku dan mematahkan seluruh tulang rusukku...