jeffrose_'s present
Hawa tidak mengenakan sudah Xiaojun rasakan bahkan dari berpuluh-puluh meter sebelum ia sampai di depan rumah besar itu. Tak ada rumah tetangga di kanan kirinya, hanya padang rerumputan ilalang yang tumbuh liar. Xiaojun hampir tak percaya masih ada daerah seperti ini di daerah perkotaan.
"Pasti rumah ini laris jika dijadikan properti film." Gumamnya sendiri.
Xiaojun berdiri di depan gerbang berkarat itu, ragu-ragu tangannya hendak membukanya.
"Ada apa?"
Pemuda Xiao itu terkejut bukan main. Segera ia menoleh ke sumber suara.
Nampak seorang lelaki yang sedikit lebih tinggi darinya. Rambutnya kusut dan berantakan. Mata bulatnya menatap lekat. Pakaian hitamnya terlihat lusuh, seperti lama tak diganti. Xiaojun seperti familiar dengan tatapan mata itu.
"I... itu..." Xiaojun mendadak gagap. Dirinya melihat lelaki itu berjalan makin mendekat ke arahnya. "Saya hanya ingin tahu, apa ini benar rumah keluarga Wong?"
Lelaki itu mengerutkan alisnya bingung. "Benar. Ada apa?"
"Maksud saya, Jonathan Wong?"
Mata lelaki itu membelalak. Tubuhnya refleks mundur beberapa senti. Ia mendadak mengeluarkan aura kurang bersahabat yang membuat Xiaojun merinding hanya karena berdiri didepannya.
"Bukan. Kau salah rumah. Pergi dari sini." Nada lelaki itu seperti suasana hutan dimalam hari. Tenang namun menakutkan.
"Baiklah, maaf mengganggu. Permisi." Pamit Xiaojun. Namun ia kembali membalikan tubuhnya setelah beberapa langkah menjauh. "Tapi Tuan, apakah sebelum ini kita pernah bertemu?"
Lelaki itu membuka gerbang rumahnya, menghasilkan bunyi berdecit yang memekakan telinga. "Aku pun merasa begitu."
Xiaojun meringis mendengar jawabannya. "Boleh saya tahu nama anda?" Tanyanya ragu.
Decitan itu berhenti berbunyi, lelaki tersebut seperti melamun sejenak saat pertanyaan tentang namanya dilontarkan.
"Hendery. Hendery Wong."
"Setahuku itu rumah dinas seorang politikus dulunya." Kata Kun sambil mengunyah makanannya. "Lalu politikus itu dipindahkan kerjanya sehingga rumah itu kosong."
"Lalu rumah itu dibeli oleh orang asing." Yangyang menambahkan. "Orang asing bermarga Wong. Sehingga sampai sekarang rumah itu beratas namakan keluarga Wong."
"Memang nama pemuda itu seperti nama asing, sih." Kata Xiaojun.
"Mungkin itu anaknya." Kata Kun. "Kau tak melihat siapa pun lagi disana?"
Xiaojun menggeleng. "Mereka tak memiliki tetangga. Bahkan rumah penduduk lain yang paling dekat jaraknya hampir 20 meter."
"Kau begitu pemberani, ge." Ujar Yangyang sambil merinding. "Kau bahkan tak memintaku menemanimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry That I Walked Away ● HenXiao ●
Fantasi[Completed] "Kengeriannya, ketakutannya, depresinya. Bahkan aku seolah-olah bisa mendengar pekikan ngilu kawanan mereka, begitu nyaring. Serta tusukan tombak perak yang menembus dada kiriku, memecahkan jantungku dan mematahkan seluruh tulang rusukku...