[Completed]
"Kengeriannya, ketakutannya, depresinya. Bahkan aku seolah-olah bisa mendengar pekikan ngilu kawanan mereka, begitu nyaring. Serta tusukan tombak perak yang menembus dada kiriku, memecahkan jantungku dan mematahkan seluruh tulang rusukku...
Winwin menjumpai Yuta di bawah dengan terengah-engah. Ia kaget sekali saat laki-laki itu berkata bahwa mereka, ia beserta Jaemin, akan datang berkunjung.
Dan di ruang tamu rumah susun yang kumuh dan sempit itu, seorang artis besar berdiri sambil menggendong anaknya. Dengan sumringah ia berkata,
"Selamat siang, Paman Dong!"
Winwin masih memproses semua kejadian yang ia alami. "A-ah, selamat siang."
Yuta menurunkan Jaemin ke bawah dan berjongkok di sampingnya. "Jaemin rindu sekali pada Paman Dong."
Benar saja, Jaemin dengan perlahan tapi pasti berjalan sampai ia mencapai kaki Winwin. Winwin kemudian ikut berlutut untuk menyetarakan tingginya.
"Tapi Paman Dong baru saja pindah dan belum sempat bersih-bersih," katanya dengan nada menyesal.
Yuta nampaknya sedikit terkejut. "Ah, maaf. Apa kami menganggu?"
"Tidak!" potong Winwin cepat. "Tentu saja tidak. Kemari Jaemin sayang, kita ke tempat yang lebih hangat, ya."
Winwin menggendong Jaemin yang memang sudah terlihat nyaman. Yuta pun mengikutinya ke atas.
"Maafkan aku, ini berantakan sekali," ujar Winwin setelah mereka sampai di kamar.
Yuta bertolak pinggang sambil melihat-lihat keadaan kamar Winwin. Dalam hati, Winwin merasa malu. Ingin rasanya mengajak mereka berjalan-jalan keluar saja. Tapi sepertinya udaranya terlalu dingin untuk Jaemin.
"Ini, sih, gampang," Yuta menjentikkan jarinya. "Jaemin baru saja mendekorasi ulang kamarnya. Benar, kan, sayang?"
Jaemin tidak menjawab. Sebaliknya, ia malah sibuk membenahi kertas dinding yang baru saja Winwin beli.
Yuta tersenyum bangga. "Lihat, kan?"
Winwin memandangi Jaemin yang sedang sibuk itu dengan seksama. Anak itu sepertinya sangat serius memilih-milih kertas dinding. Ia kemudian menarik sebuah kertas dinding berwarna jingga yang hangat dan berlari menuju Winwin.
"Jadi bagaimana?" tanya Yuta. "Apakah boleh kami membantu?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yangyang berlari dengan kencang ketika mendengar suara pintu depan terbuka. Kun-ge-nya datang! Kun-ge-nya datang!
Langkahnya terhenti di ujung tangga. Dari sana, ia dapat melihat Kun meletakan dua buah kantung plastik di kabinet dapur.
"Gege!"
Kun tersenyum lebar saat Yangyang berjalan mendekatinya. "Astaga, senang sekali rupanya melihatku datang."
Yangyang mengintip isi kantung-kantung plastik itu. "Jadi kau benar-benar berbelanja?"