3

302 20 0
                                    

Kita tidak akan tahu kapan semuanya berakhir, tak masalah jika berharap yang tidak pasti. Aku yakin akan menemukannya

---------------------------------------------------------

Gedung yang berisikan mafia sudah di penuhi lagi dengan orang orang yang berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing, seakan dukanya sudah sembuh ditelan waktu meskipun begitu sangat berbekas.

Tok tok tok

Seseorang mengetuk dari balik pintu, secara bersamaan Rheinallt dan Aksara mendongak melihat pelaku yang mengetuk pintu ruangannya.

Diandra masuk dengan sekantong cemilan yang memenuhi kreseknya, Rheinallt memijat dahinya melihat kelakuan temannya yang satu ini. Cemilan tersimpan dimeja komputer,

"lo telat, habis dari mana?" tanya Rheinallt mengintimidasi

Diandra nyengir menunjukkan deretan giginya yang rapi sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya, "dari supermarket yang didepan, enggak lama kok cuman telat 3 menitan doang"

Aksara memfokuskan dirinya menghadap layar komputer dan mengetikkan sesuatu, ia menepuk pundak Rheinallt dan mengambil cemilan yang dibelikan Diandra,

"Rei, masukkin sandinya dan lo Diandra masukkin ke dalam chip-nya, gue tunggu sampai nanti malem sekalian sama berkasnya"

"terus PR matematika gue gimana, gue belom ngerjain" keluh Diandra

"lo nyontek aja catatan gue" balas Aksara diikuti dengan senyuman Diandra yang mengembang sempurna

"nah gitu kan buat gue semangat."

Aksara meninggalkan kedua temannya yang sedang berkutat dengan, tinggal dirinya lah yang berfikir tentang rencana kedepannya.

Diruangannya Aksara bertopang dagu dan tangan sebelah kanannya ia menuliskan sebuah catatan, terkadang ia bulak balik ke ruangan ayahnya untuk mencari berkas-berkas sisa milik ayahnya.

Banyak sekali catatan penting yang tersimpan yang belum sempat diselesaikan,


Tok tok tok

"masuk!"

Sesosok pria datang dari balik pintu, Aksara berdiri menyapa pamannya yang selalu mendukungnya hingga kini. Chandra menyunggingkan bibirnya menyapa keponakannya yang paling disayangi,

"gimana perkembangannya?" tanya Chandra to the point

"kita masih mencari datanya, paman Chandra ada apa kesini?"

"ini chip yang kamu inginkan"

Chandra menyondorkan chip berukuran kecil ditangannya, tanpa  basa basi Aksara mengambilnya dan memasangnya di komputer.

File mulai bermunculan di layar komputernya, semua itu tentang kematian papanya. Waktu memang menyembuhkan luka tapi tidak dengan bekasnya, biar pun sekarang Aksara sudah tegar dan menerima kematian papanya tapi itu tidak menyurutkan dendamnya.

"setelah itu kamu pergilah temui mama kamu, Aksara dia masih membutuhkan kamu." Chandra membalikkan badannya dan pergi begitu saja.

Aksara meng-klik file rekaman cctv dan berkas file pentingnya, dilihatlah satu-satu dari kejadian kematian papanya.

Terlihat didalamnya seorang pria bersama papanya sedang meminum secangkir kopi yang disajikan, namun sepertinya terjadi perdebatan argumen. Papanya berdiri dan membalikkan badannya hendak pergi, tapi langkahnya terhenti ketika pria itu menodongkan pistol laras pendek dibelakang papanya, papanya tersenyum dan menghentikan anak buahnya untuk melakukan penyerangan.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang