20

140 6 2
                                    

Tangan Alexia yang hendak mengambil teh hangat gemetar dan dingin rasanya.

"Ma- makasih bi," ucap Alexia dalam tangis. Alexia sebenarnya masih tidak menyangka Aksara yang selama ini selalu membuat nya bahagia menyimpan rasa dendam pada ayah nya.

"Bi... Aku mau tidur, kepala Lexi pusing," ucap membaringkan tubuhnya yang sudah lemas dan tak berdaya.

Bi Ika pun langsung meninggalkan nona mudanya itu dengan rasa khawatir dan takut, pintu kamar Alexia perlahan ditutup agar tidak mengganggu.

Tubuh Alexia mulai panas, kepalanya ikut berdenyut memberikan rasa sakit.

'Pusing...' mata Alexia memburam seakan berada di padang pasir yang tandus.





Kret




Suara pintu menandakan seseorang masuk ke kamarnya, Alexia tidak dapat melihat siapa yang membukakan pintunya karena lemas.

Mata Alexia yang tengah lemah ikut terkejut dengan seorang lelaki yang dikenalnya, ia menyukai sentuhan yang diberikannya, sangat hangat.

Tubuh Alexia terasa di bawa oleh angin dirinya merasa tenang dan nyaman entah siapa yang membawanya tubuhnya merasa hangat.



"Al ini gue, Al!" ucap Aksara dengan lirih.

'Aksa...'

Aksara segera keluar dari mobil nya dan berlari membopong Alexia yang tengah tak sadarkan diri. Ia langsung

"Sus, tolong periksa dia!! Kalau bisa bawa dia ke UGD sekarang juga!!" bentak Aksara yang terlalu panik melihat Alexia yan tidak sadarkan diri.

Mau tak mau para staf rumah sakit menuruti perintah Aksara karena mereka tahu Aksara adalah pewaris diperusahaan besar yang ikut mendonasikan rumah sakit tersebut.

Tak lama Alexia membuka matanya, terkejut apa yang membawa nya sampai ke sini.


"Pasiennya sudah siuman," ucap sang dokter yang baru saja keluar dari ruangan tempat Alexia dirawat.

"Makasih dok."

Alexia langsung menengok siapa yang berbicara di depan pintu ruang inapnya.

"Al," Aksara langsung menghampiri Alexia dan memeluknya erat.

"Uhuk...uhuk... udah sa, sesek," keluh Alexia. Aksara tidak melepaskannya Aksara masih memeluk erat Alexia.

"Sa, lepasin." Alexia yang sudah tak tahan dan sesak, ia memukul lengan Aksara.


Bukan hanya sesak karena pelukannya begitu erat, tapi juga karena sakit yang dirasakan hatinya yang berusaha menjauh dari ikatan sang Aksara.


"Sa, Le...pa...sin" Alexia langsung mendorong kuat kuat Aksara.

Aksara terkejut dan langsung bangkit menghadap Alexia.

"kamu kenapa sih?" Aksara kebingungan dengan tingkah laku Alexia yang sedari kemarin menjauhinya.

"Gue gak apa-apa, Gue harus pulang ayah gue mau pulang, " ucap Alexia. Ia langsung meninggalkan Aksara.

"Tunggu." Aksara menahan tangan Alexia yang ingin pergi.

"Jangan peduliin ayah lo-"



Plak!



Alexia menepis gangan Aksara yang mencoba menyentuhnya, ucapan Aksara memang sudah kurang ajar hingga membuat diri nya hilang kesabaran.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang