10

163 8 0
                                    

Alexia sedari tadi tidak berhenti memegang jantungnya yang sudah menggila. Perasaan ini sungguh sangat asing baginya, apalagi saat Aksara berbisik tepat di telinganya membuat tubuhnya seperti tersentrum oleh sesuatu, dan rasa geli yang menjalar ditubuhnya dan kenyamanan saat tubuhnya direngkuh oleh laki-laki itu.

Astagaa... kenapa dia berpikiran seperti itu, apalagi perasaan ini sangat aneh, asing, tapi menyenangkan.

"Woi Al, ngapain lo senyam-senyum gitu? Kerasukan lo," ujar Aletha sambil bergedik ngeri melihat Alexia yg tersenyum tidak jelas sambil memegang jantungnya.

Alexia memutar bola matanya malas "Apaan sih kalian, gak jelas banget." Alexia lantas pergi meninggalkan teman-temannya yang melongo melihat tingkah lakunya.

"Yang gak jelas siapa, yang nanya siapa," sindir Razelya sambil berjalan mendekati Aletha, Aletha mengguk setuju mendengarnya. Sedangkan Alexia memandang mereka dengan sinis, dan melanjutkan acara makannya.




💫💫💫


Sedangkan di pojok sebelah kiri terdapat 3 orang laki-laki yang sedang bermain game, bercanda dan berbicara hal yang random.

"Eeh sa," panggil reinallth setelah selesai bermain game yang ada di ponselnya. Sedangkan Aksara hanya berdehem dan tatapannya fokus kearah ponselnya.

"Btw gimana?"tanya Reinallath tanoa arah pembicaraan membuat Diandra dan Aksara menyeringit bingung.

"Apasih Rei, gaje banget"sinis Diandra dan hanya dibalas nyengiran oleh reinallth.

"Ehehehe, maksud gue lo sama Alexia, berjalan lancar?" tanya Rheinallt membuat Aksara langsung mengadahkan kepalanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

Aksara menganggukkan kepalanya "Yaah, lancar kok. Sesuai dengan rencana." jawab Aksara dengan biasanya. Jawabannya yang seperti itu hanya membuat Rheinallt menganggukkan kepalanya dan tangannya yg bermain di dagu. Selintas sebuah pertanyaan muncul di benaknya.

"Sa, hati-hati yaah... jangan sampe baper lo," saran Reinallth tapi malah seperti sindiran. Sedangkan Aksara menyunggingkan senyumnya, tidak-tidak bukan senyum melainkan seringaian. Yah, lebih tepatnya seringai.

"Gak mungkin lah, dia cuma bagian dari rencanya," jawab Aksara dengan seringainya yang masih namoak jelas di wajahnya.

"Oke, syukurlah... jangan sampe lo lupa dengan tujuan lo," tutur Rheinallt sambil menepuk bahunya.

"Tapi yaah, gue kasian sih sama dia. Gimana kalo dia beneran suka sama lo sa," Diandra yang sedari tadi hanya diam menyimak membuka suaranya, pertanyaannya itu mampu mengubah mimik wajah Aksara, bukan hanya Aksara, Rheinallt pun juga begitu.

Rheinallt dan Diandra memandang Aksara menunggu jawaban dari Aksara, tetapi jawaban dari Aksara mampu membuat mereka terkejut.

"Serah, gue gak peduli. Siapa suruh jadi anak pria itu," jawab Aksara sekenanya tanpa rasa ada beban dalam tubuhnya.

"Lagian kita lakukan yang terbaik. Mereka asik kita santai, mereka usik kita bantai" sambung Aksara.

Memang kata-kata itulah yang dicamkan oleh ayah Aksara kepada mereka semua baik Aksara ataupun Zeus. Mereka tidak akan pernah menyenggol orang lain jika bukan orang itu yang terlebih dahulu memulainya, mereka tidak akan membunuh dan menyakiti seseorang tanpa alasan, sama seperti namanya ZEUS yang berarti sosok dewa Zeus yang sesungguhnya.

Mereka membasmi semua kejahatan yang ada didunia ini, siapapun akan mereka layani, mereka ibaratkan dewa dibumi ini, mereka akan memberi hukuman yang sepadan atas apa yang mereka lakukan, seperti Koruptor, serangga negara, pembunuh, psikopat pun mereka layani.


EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang