Mendung mulai terlihat, hujan kecil berjatuhan satu persatu membasahi mobil merah Aksara.
Suasana hening, tidak ada percakapan yang keluar dari mulut mereka.
Alexia di sibukkan dengan benda pipih yang ada di genggaman tangannya. Melihat ponselnya yang begitu berisik dengan suara notifikasi yang sangat ramai. Hingga Alexia tak sadar Aksa duduk di sampingnya.
Aksara geram melihat
Alexia yang sedari tadi hanya sibuk mengotak-atik ponselnya yang genggamnya.Aksara memberhentikan mobilnya dengan tiba-tiba, yang membuat benda yang ada di tangan Alexia pun terpental ke dashboard mobil.
"Astaga, Aksa. Kalo ngerem hati-hati, jadi loncat kan HP gua" pekik Alexia. Alexia segera mengambil ponselnya yang terpental lumayan keras.
"Duh hp gue" ujar Alexia. Alexia terus menerus mengelus ponselnya karena khawatir kalau ponsel nya tidak akan menyala lagi.
Tring
Suara ponsel Alexia masih berbunyi, untung saja ponselnya masih menyala.
"Hah untung masih nyala," ujar Alexia.
"Sini." Aksara langsung merebut benda yang ada di tangan Alexia, mengotak-atik nya dan melihat-lihat kontak siapa saja yang ada di HP Alexia.
"Aksa lo apa-apaan sih, cepet kembaliin." Alexia berusaha meraih ponselnya yang kini di ambil alih oleh Aksara.
"Ambil aja kalo bisa" sahut Aksa menahan tawa di hati nya.
"Aksa lo itu nggak di sekolah atau tempat lain pasti nyusahin aja, mau lo apa sih?" seru Alexia.
Tiba-tiba gemuruh petir bersuara. Membuat jarak Aksara dan Alexia tidak bisa terhitung sama sekali, Alexia memeluk Aksara tanpa sadar.
Deg
Jantung mereka berdegup kencang seakan maut sebentar lagi menghampiri mereka. Mata dan mata saling bertemu. Mereka hanya bisa diam membisu.
"cepet siniin, gue mau pake," pinta Alexia malu-malu. Alexia malu setengah mati. Dan tidak bisa melupakan kejadian yang pasti selalu menempel di pikiran nya.
"Nih" ucap Aksara memberi ponselnya kepada Alexia. Pipi merah Aksara mulai muncul dia tidak bisa berkata apa-apa lagi, hanya malu yang bisa ia tahan saat ini.
Tak memakan waktu cukup lama, Alexia sudah sampai di gerbang rumah nya.
"Makasih ya sa,"
"Bentar biar gua yang buka," potong Aksara.
Aksara segera mengambil jaket yang ada di belakang bagasi nya dan bergegas cepat membukakan pintu mobil untuk Alexia.
"Cepetan," panggil Aksara sambil meneduh di teduhan jaket nya.
Alexia menatap kagum, melamun terdiam, matanya berbinar cerah. Alexia merasa hati nya tenang, damai dan serasa hatinya ingin berteriak. Ia dapat merasakan wangi parfum yang digunakan Aksara, sangatlah wangi untuk ukuran lelaki sepertinya.
"Al, cepet!"
"Ah iya." Alexia bergegas ikut dalam keteduhan jaket Aksara. Sampai depan pintu rumah.
Ckit
Suara pintu rumah terbuka.
"Alexi?" siapa yang berdiri di depan pintu?,
Alexia dan Aksara menoleh ke arah pintu terbuka menampilkan pria paruh baya yang dikenalinya, senyum Alexia terukir.
"Ayah" ucap Alexia bahagia. Alexia memeluk papa nya dengan penuh rasa senang dan bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany
Teen FictionAksara, adalah sosok misterius yang sangat ditakuti dan disegani, sebut saja nama lengkapnya Aksara Austhin Aldebaran, mendengar namanya Aksa saja sudah membuat orang-orang takut padanya, apa lagi mendengar nama belakangnya Aldebaran. Siapa yang tid...