19

116 6 0
                                    


Bel istirahat berbunyi, semua siswa-siswi saling mendahului menuju kantin, termasuk Alexia dan kedua temannya.

Dilorong sekolah tangan Alexia dicekal olah seseorang, ia pun langsung mendongak melihat pelakunya. Alexia melihat Diandra dengan tampang seriusnya,


"ada apa, Ndra?" tanya Alexia sambil mengulas senyumnya.

"ada yang mau gue omongin sama lo." Diandra menarik tangan Alexia sampai di UKS yang tampak sepi, sehingga Diandra leluarsa mengutarakan semuanya.


Alexia duduk di ranjang berhadapan dengan Diandra, ia bingung dengan tingkah Diandra yang tidak seperti biasanya. Alexia merasa ada yang tidak beres dengannya,


"Maafin gue, Al," ucap Diandra, ia memegang tangan Alexia.

Alexia menaikkan sebelah alisnya, "lah minta maaf buat apa?"

"semua ini rencana gue, maaf. Gue gak tahan lo dimanfaatin terus untuk rencana ini, gue gak suka lihat lo sama Aksa, gue gak suka lo bahagia disandiwara ini, gue gak suka lihat lo terluka. Al, gue harap lo jauhin Aksara, please... Jauhin dia," jelas Diandra dengan lirih.



Alexia diam, ia tidak mengerti maksud Diandra. Dia tahu Diandra sedang tidak berbohong kepadanya, hanya saja dia tidak mengerti kenapa dia harus menjauhi Aksara.


"gue gak paham maksud lo," ucap Alexia.

"lo dalam bahaya, Al. Lo udah terjebak dalam balas dendam Aksara, kalau bisa lo pergi jangan sampai Aksara nemuin lo lagi."

"balas dendam untuk apa?"

"untuk kematian ayahnya yang dibunuh, dan pelakunya ayah lo sendiri."


Deg



Alexia tidak mempercayai lagi perkataan Diandra, ia langsung menepis kasar tangan Diandra yang berani memfitnah kedua orang yang paling istimewa di kehidupannya. Tidak mungkin ayahnya membunuh seseorang, tidak mungkin Aksara berpura pura dihadapannya.

Ingatan Alexia kembali diputar, ingatannya memperlihatkan tentang kedekatan diri Alexia bersama dengan Aksara. Kalau dipikir-pikir Aksara terlihat sangat aneh dengan perubahan sikapnya, yang awalnya dingin, tapi sehari kemudian Aksara begitu hangat.



"gak usah ngawur deh," ucap Alexia.

"gue gak lagi bercanda, Al. Lo sadarkan gimana Aksara tiba-tiba ngedeketin lo?" Diandra berdiri,

"itu terserah lo kalau gak percaya, gue gak maksa buat lo percaya sama gue, gue cuman gak mau lo disakitin. Mau bagaimana pun lo adalah orang yang gue suka dan gue gak mau liat lo terluka," lanjut Diandra sambil meninggalkan Alexia yang masih diam diranjang UKS.

Tangan Alexia mencekal baju seragam Diandra, "jangan bercanda, Di."


Diandra menatap Alexia lirih, ia pun mendekapnya hangat. Diandra tahu Alexia masih syok dengan kebenaran yang diucapkannya, dan yang lebih menyakitkan bagi Diandra adalah Alexia yang sudah terpikat oleh Aksara.

Air mata Alexia meluncur dari pelupuk matanya, dadanya terasa sesak. Inikah rasanya dipermainkan seperti boneka tanpa hati,

"hiks... Di, gue harus gimana? Gue udah terlanjur suka, hiks..." Alexia menutupi wajahnya di dada bidang milik Diandra.



Punggung Alexia ditepuk-tepuk oleh Diandra untuk memberikannya ketenangan. Diandra juga bingung harus berkata apa, dia juga merasa sesak ketika Alexia mengucapkan rasa suka itu terhadap Aksara.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang