23

116 7 0
                                    

Aksara memandang rumah seorang wanita yang akhir-akhir ini selalu memporak-porandakan hatinya. Aksara mulai melangkahkan kakinya setelah menguatkan dirinya kalau ini adalah jalan yang terbaik. Meskipun dia harus bisa melepaskan rencana pembalasan dendam ayahnya.

'Pa maafin Aksa yaah... karna gak bisa hukum orang yang udah bikin Papa sampe kek gini, maafin Aksa juga gak bisa hukum orang itu  karna udh buat Mama sedih lewat kematian Papa'

Aksara menelan salivanya kasar sangat berat baginya.

Siapa bilang dirinya kuat?

Siapa bilang dirinya dapat diandalkan?

Siapa bilang dirinya jenius?

Siapa bilang dirinya tak tersentuh?

Ck. semua itu hanya omong kosong belaka buktinya, hanya karna seorang wanita semua itu hilang dalam sekejap dari dirinya.

Yang ada sekarang hanya Aksara payah, pengecut, bajingan.

Yaah... sekiranya itu yang cocok untuk dirinya.

Aksara menekan bel rumah milik Alexia. Tidak mendapat jawaban dari dalam Aksara kembali menekan bel berulang-ulang membuat orang yang berada didalam rumah itu berdecak kesal.

"Ck. siapa sih yang datang! dah tau orang lagi gak mood argh... " kesal Alexia sambil membanting ponselnya secara kasar di ranjang.

Alexia beranjak dari kamarnya dengan perasaan yang sangat kesal.

"Diam napa siih berisik banget!" omel Alexia lagi dengan kesal bahkan dia membanting pintu kamarnya.

"Siapa coba yang datang malem-malem gini, mana Bi Ika pulang kerumah anaknyaa lagi!" Alexia mengehentakkan kakinya setiap perjalanannya menuruni anak tangga. Tapi tanpa diduga wajahnya langsung merekah.

"Eehh... mana tau Papa lagi yang pulang, udah lama banget Papa gak pulang" gumamnya.

Alexia langsung bersemangat, bahkan dia sampai berlari menuju pintu. Aah... dia akan sangat bahagia jika papanya yang pulang, sebab Papanya berjanji akan pulang minggu ini. Tapi sekarang sudah hampir 2 minggu... tapi Papanya belum kembali.


Ceklek


"Pa-

elo!"


Brak

Kejadiannya begitu cepat sangat cepat bahkan membuat orang yang berada diluar tadi tergelonjak kaget.

Setelah Alexia membuka pintu dengan wajah sumringahnya seketika dirinya menjadi sangat kesal, marah, benci jadi satu saat melihat sosok pria yang sangat ingin ia jauhi bahkan ingin ia lenyapkan dari hidupnya, mekipun mustahil.

"Al, dengerin gue dulu!! please, buka Al!" teriak Aksara dari luar pintu bahkan mengedor-ngedor pintu tersebut.

"Pergi!!, pergi lo dari rumah gue!!" sentak Alexia dengan raut marah di wajahnya meski tidak dapat dilihat oleh Aksara.

Di kuncinya pintu rumahnya secepat kilat. Baru saja ingin beranjak pergi tiba-tiba tubuhnya terdiam.

"Al, please... g-gue g-gue maaf. G-gue memang cuma jadiin lo boneka disini, g-gue ngaku gue salah. Maaf" lirih Aksara setengah teriak.

Dapat kita ketahui saat ini Aksara sangat merasa sesak, dia sangat merasa sakit.

Tapi, rasa sakit itu tidak sebanding dengan seorang perempuan yang tengah memegang hatinya yang berdenyut nyeri, dia tidak kuat mendengar ungkapan pria itu, dia belum sanggup mendengar kebenarannya.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang