18

112 6 0
                                    


Ruangan putih beraroma obat-obatan begitu melekat menelusup masuk ke panca indra, terlihat didalamnya Rheinallt yang sedang memainkan ponselnya. Dilengan Rheinallt terdapat infusan yang menusuk kulitnya, namun tidak dipedulikan olehnya.

Aletha duduk bangku samping ranjang milik Rheinallt, ia tersenyum canggung menatap lelaki yang disukainya.

"eumm... gue bawa bingkisan buat lo," ucap Aletha sambil memberikan parsel berupa buah-buahan yang sudah ditata rapih.

Diandra berdeham memandang keduanya, "ciee... Suapin dong buah-buahannya, kasihan tuh tangannya masjh diinfus," godanya sambil menaik turunkan alisnya.


Razelya dan Alexia mengompor-ngompori kedua sejoli, mau tak mau Aletha harus mengupas apelnya dan Rheinallt pun tidak menolak.

"Suapin! Suapin! Suapin!" ucap mereka bersamaan sambil bertepuk tangan.

Rheinallt dan Aletha menatap tajam kepada teman-temannya, "heh lu semua, pengen gue gorok tuh leher."

"yaelah, Rei lo gak usah malu-malu kali sama Aletha, ye gak, Zel?" celetuk Diandra sambil mengepalkan tangan kearah Razelya.

Razelya bertos ria bersama Diandra, "yoi."

"cocok tau gak kalian tuh, udah sana jadian!" Alexia menatap Diandra dan Razelya, kemudian beralih ke arah Aletha dan Rheinallt.

"dih ogah!" jawab mereka serentak


Aksara sedari tadi diam memperhatikan teman-temannya yang sedari tadi berisik, ia memutar kedua matanya malas. Ia memikirkan rencana untuk mengajak Alexia jalan-jalan setelah pulang dari rumah sakit, Aksara memainkan ponselnya untuk mencari referensi tempat kencan paling bagus.


"Alexia, gue anter lo pulang," ucap Aksara yang langsung diangguki oleh Alexia.

"yaudah kalian pergi pacaran aja sono," usir mereka yang jengah dengan kelakuan mesra Aksara dihadapan para jomblo.


Diandra yang kosong menatap kosong kepergian Alexia, ia tersenyum getir dan menahan segalanya demi Aksara.


"eh gue beliin minum dulu ya, Zel anterin gue ke supermarket bentaran!" ajak Aletha yang dituruti oleh Razelya.


Setelah mereka berdua pergi, ruangan mereka begitu hening. Rheinallt menatap Diandra, ia menyadari tingkah Diandra yang terlihat cemburu.

"Dra, lo suka sama Alexia ya?" tanya Rheinallt.

Diandra terdiam tatapannya begitu lirih, "emang kelihatan ya?"

"kelihatan banget, Di, tapi kayaknya Aksara gak sadar. Gue udah lama merhatiin lo dan gue sadar lo yang memperlambat kita untuk ketemu Alexia, lo emang niat ngebantuin kita tapi lo gak ingin Alexia terluka juga, kan?"

"gue bingung, Rei, disatu sisi gue harus ngebela Aksara tapi disisi lain gue juga ingin ngelindungin Alexia, tapi gue malah nyakitin Alexia dengan rencana itu. Padahal gue udah yakinin hati gue untuk selalu dukung Aksara, saat itu juga gue kasih tau kalian."

"kenapa lo gak nolak waktu kita bikin rencana itu?"

"gue disitu nyoba buat ngelepas dia, gue ingin memprioritaskan temen gue daripada cinta gue, Rei. Tapi sekarang gue malah gak suka dengan rencana yang gue buat sendiri, malah gue ingin dia jadi milik gue."

Rheinallt menepuk pundak Diandra, "lo gak salah, Dra. Gue juga gak suka rencana itu, Alexia gak salah apa-apa."

"jadi gimana?"

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang