☘️ Lima ☘️

21K 1.3K 120
                                    

"Pak tolong lah beri saya kesempatan, bukain gerbangnya, saya janji gak bakal telat lagi."

Tepat pukul 7.35 Vendo baru sampai di Sekolahnya, alhasil gerbang Sekolah sudah dikunci, dan ia tak diperbolehkan masuk kedalam.

"Halah kamu janji-janji! Janji palsu itu mah, saya gak percaya!" bantah Pak Supri atau satpam di Zevard High School.

"Pak Supri sering di PHP-in ya? Pantes gak percaya sama janji-janji."

"Iya saya di PHP-in sama Munaroh, dia bilang mau nikah sama saya eh malah nikah sama Jono."

"Anjrit sadboy."

"Sadboy apaan toh Ven?"

Vendo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Eng-enggak Pak. Bukain dong gerbangnya."

"Apa untungnya saya bukain kamu gerbang?"

"Dapat pahala."

"Tapi ntar saya sama dimarahin sama pihak Sekolah."

"Emm... diam-diam dong Pak, jangan sampai ada yang tau—"

"Mana sempat keburu telat."

Kedua bola mata Vendo membulat sempurna saat melihat guru BK datang menghampirinya, "Mampus dah gue," gumamnya.

"Heem mana sempat," sahut Pak Supri.

"Ayok Vendo ikut saya ke ruang BK," ucap Bu Ika selaku guru BK ZHS, ia tersenyum kearah Vendo.

Vendo tersenyum canggung, "Iya Bu, saya parkir mobil dulu."

"Ya, cepat, saya duluan dan saya tunggu kamu, awas aja kalau kamu kabur."

"Iya Bu Ika sayang."

***

"Hoamzzz..." Vendo menguap untuk kesekian kalinya. Ia menatap Bu Ika dengan tatapan malas, pasalnya, sedari tadi guru itu tak berhenti mengoceh, semakin dilawan semakin tak berhenti berbicara, jadi Vendo memutuskan untuk diam saja.

Kedua matanya terasa berat, ia mengantuk mendengar ocehan Bu Ika, ia berasa seperti mendengarkan dongeng.

"Vendo! Kamu dengerin saya atau tidak!"

"Jujur enggak Bu," sahut Vendo.

"Capek saya sama kamu!"

"Ya udah gak usah sama saya, saya juga gak mau sama Ibu."

Benar-benar tidak ada akhlak!

"Maksud saya, saya itu capek ngadepin kamu!" jelas Bu Ika.

Sebenarnya Vendo mengerti, hanya saja ia pura-pura tak mengerti, pura-pura bodoh lebih tepatnya, "Oh ya ya."

"Ini surat panggilan orang tua, jangan lupa besok suruh orang tua kamu datang." Bu Ika menyodorkan selembar kertas kepada Vendo.

Vendo mengambil kertas tersebut, "Oke Bu. Saya ke kelas dulu ya Bu, udah telat—"

"Memang kamu sudah telat dari tadi!"

"Iya memang saya telat dari tadi, ditambah dengerin ocehan Ibu saya menjadi semakin telat. Good morning and bye Bu Ika." Vendo berlenggang pergi keluar dari ruang BK.

Ia berjalan menelusuri koridor Sekolahnya yang bisa dikatakan cukup sepi, tidak ada murid-murid yang berkeliaran karena kegiatan belajar mengajar telah dimulai.

"Siapa tuh," gumam Vendo saat ia melihat seorang gadis dari kejauhan.

Ia berselisihan dengan gadis itu, pandangannya tak lepas dari wajah cantik gadis itu, wajahnya bersih, hidung mancung, bibir tipis, bulu mata yang lentik, dan jangan lupakan parfumenya yang sangat wangi.

Vendo for Via Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang