Keesokan harinya, Via sudah siap berangkat Sekolah. Arga sudah duluan berangkat ke Sekolah, entah mengapa tiba-tiba lelaki itu mau berangkat ke Sekolah pagi-pagi.
Via melirik jam tangan berwarna pink pastel yang melingkar dipergelangan tangannya.
"Reno mana sih—"
Tok...tok...tok...
Via tersenyum kecil. "Itu pasti Reno." Cepat-cepat ia berjalan kearah pintu dan membuka pintu tersebut.
"Ren—"
"Hy Vi."
Senyuman Via perlahan memudar. "Adit," gumamnya pelan.
"Ke Sekolah bareng yuk Vi? Lo udah siap kan? Sekarang aja yuk?"
"Ta-tapi—"
"Via," panggil seorang lelaki yang datang menghampiri Via dan Adit.
Via tersenyum. "Ayok."
"Lo siapa sih? Baru datang udah langsung ngajak Via berangkat bareng ke Sekolah. Via bareng gue, gue yang duluan!" ujar Adit tak terima.
Reno menaikkan sebelah alisnya. "Gue udah janjian sama Via dari semalam," jawab Reno santai.
"Eh wait—" Reno menjeda perkataannya, ia memperhatikan wajah Adit secara detail. "Wajah lo kayak gak asing, kayak gue pernah liat lo, tapi dimana ya." Reno mencoba mengingat-ingat.
"Ck! Halu kali lo, gue aja gak pernah ngeliat lo," sahut Adit.
Reno mengangguk pelan. "Hmm, iya, mungkin muka lo emang pasaran."
Adit menatap tajam Reno, ia maju selangkah lebih dekat kearah Reno. "Maksud lo apa hah?!"
"Isss udah! Kapan berangkat Sekolahnya kalau kalian berantem?" Via menengahi.
"Sekarang gini aja, biarin Via yang milih dia mau berangkat Sekolah sama siapa," ucap Reno.
Adit terdiam sejenak, beberapa detik kemudian ia mengangguk setuju. "Oke."
Via menghela nafasnya. "Adit, maaf ya, Via berangkat Sekolahnya bareng Reno. Soalnya udah janji dari semalam, sekali lagi maaf ya Adit," ujar Via merasa tak enak dengan Adit.
Sebenarnya Adit sangat kesal karena Via menolak ajakannya, tapi ia tetap tersenyum kearah Via. "Ya udah gak papa, tapi pulangnya bisa bar—"
"Bareng gue juga," potong Reno cepat.
Adit memutar kedua bola matanya jengah. "Ya udah, next time aja Vi kita berangkat Sekolah bareng, gue duluan ya, sampai ketemu di sekolah."
Via tersenyum hangat kearah Adit, ia mengangguk pelan. "Iya Dit, hati-hati ya."
"Iya." Adit beralih menatap kearah Reno, ia menatap tajam sebentar lelaki itu, setelahnya ia langsung pergi.
"Itu yang nelpon lo semalam?" tanya Reno.
"Iya, itu Adit."
"Oh... kayaknya dia suka sama lo."
Kedua bola mata Via membulat sempurna, ia terkekeh pelan. "Ck! Reno bercanda? Udah ah, ayok berangkat Sekolah, ntar kita telat."
"Adik lo mana?" tanya Reno.
"Udah berangkat dari tadi, gak tau dia kesambet apaan mau berangkat pagi. Ayok Ren— eh bentar, Via kunci pintu dulu." Via menutup lalu mengunci pintu rumahnya, lalu ia dan Reno pun berangkat ke Sekolah, tentunya Reno mengantarkan Via terlebih dahulu, setelah itu barulah ia pergi ke Sekolahnya, untunglah jarak Zevard High School ke Tridarma High School tidak terlalu jauh, jadi Reno tidak terlambat sampai di Sekolahnya.
Via memutuskan untuk tidak langsung pergi ke kelas, melainkan ke Kantin, karena tadi kedua sahabatnya mengirimkan chat kepadanya, mereka menunggunya di Kantin.
"Sorry, Via lama ya?" Via duduk di kursi yang kosong yang ada disebelah Sandra.
"Tumbenan lama Vi, dandan dulu lo?" tanya Sandra langsung.
Via menggelengkan kepalanya. "Enggak kok, buat apa Via dandan."
"Biar terlihat cantik didepan Bebeb Adit lah," sahut Sandra sekaligus menggoda Via.
"Cieee salting cieee." Nindy ikut-ikutan menggoda Via.
Via tersenyum kearah kedua sahabatnya. "Siapa yang salting sih, gak jelas banget kalian."
"Tadi lo ke Sekolah sendiri?"
"Enggak, Via gak sendiri, tapi sama—"
"Udah pasti sama Adit! Iya kan? Gak mungkin banget kalau sama Kak Vendo!" tebak Sandra cepat, dan sayangnya tebakannya itu meleset.
"Sandra sok tau banget sih," jawab Via.
Sandra mengkerutkan keningnya. "Terus kalau bukan Adit siapa lagi? Gak mungkin kan kalau sama Kak Vendo?"
"Bukan sama Vendo juga."
"Vi, please, jangan buat gue mikir, gue capek mikir, cepetan bilang lo diantar sama siapa," ucap Nindy tak sabaran.
Baru saja Via hendak memberi tau siapa yang mengantarkannya ke Sekolah, bel sekolah berbunyi pertanda jam pelajaran pertama akan segera dimulai.
"Udah bel tuh, yuk ke kelas," ajak Via, ia pun berdiri, diikuti oleh kedua sahabatnya.
"Isss lo mah gitu Vi, udah terlanjur penasaran, malah digantungin."
"Tau nih Via, doyan banget gantungin anak orang."
Via menyengir. "Hehe, nanti aja Via kasih taunya, sekarang kita ke kelas, yuk."
***
"Ada yang bisa mengerjakan soal yang Ibu tulis di papan tulis?"
Via memperhatikan sejenak soal tersebut, ia tersenyum karena ia rasa ia bisa mengerjakan soal tersebut, langsung saja ia mengangkat tangannya.
"Via, Bu."
"Ya, Via silahkan."
Via pun maju dan mengerjakan soal tersebut, tak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya.
Bu Rima mengkoreksi jawaban Via. "Seperti biasa, jawaban kamu selalu benar."
Via tersenyum senang. "Makasih Bu."
"Kamu boleh kembali ke tempat dudukmu sekarang."
"Iya Bu."
"Nah, Ibu akan memberikan satu soal lagi, siapa lagi yang ingin mengerjakan soal yang Ibu kasih?"
Hening.
Tak ada yang merespon.
"Adit? Tidak berniat untuk mengerjakan soal didepan?" tanya Bu Rima tersebut kepada Adit.
Adit memperhatikan sebentar soal tersebut, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maaf Bu, saya kurang paham."
Bu Rima menggeleng-gelengkan kepalanya. "Akhir-akhir ini nilai kamu selalu menurun, kenapa Dit? Apakah sedang ada masalah?"
"Enggak kok Bu, gak ada masalah, saya cuman kurang mengerti aja."
"Dulu saat kelas sepuluh kamu selalu masuk peringkat tiga besar, tapi sekarang, untuk masuk lima besar saja sulit, kenapa? Tolong kamu tingkatkan ya prestasi kamu kalau tidak mau beasiswa kamu dicabut. Nilai kamu down banget semenjak kelas sebelas."
Adit menghela nafasnya, ia mengangguk pelan. "Iya Bu."
"Ya sudah, kita lanjutkan dipertemuan selanjutnya saja ya, soal yang Ibu tulis di papan tulis silahkan dikerjakan dirumah, pertemuan berikutnya kita bahas, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh."
Kalian mau cerita ini tamatnya kapan? Wkwk
•••TBC•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Vendo for Via
Teen Fiction• 𝘚𝘦𝘲𝘶𝘦𝘭 𝘰𝘧 𝘒𝘦𝘺𝘴𝘩𝘦𝘷𝘢 • [ᴛᴇʀꜱᴇᴅɪᴀ ᴠᴇʀꜱɪ ᴄᴇᴛᴀᴋ] "Vendo gak bakal tinggalin Via kan?" "Iya, Vendo gak bakal tinggalin Via." "Janji sama Via?" "Vendo janji." Itulah janji Alvendo Devian Adinata kepada Tyfani Flavia Mauren disaat mereka b...