☘️ Empat Puluh Enam ☘️

21.4K 1.4K 642
                                    

Didalam kamarnya, Via tak berhenti menangis, ia masih tak percaya bahwa Nindy yang melakukannya. Dan sedari tadi pula, handphonenya tak berhenti bergetar, ya, Nindy terus-terusan menelponnya.

Drrrttt...drrrttt...

"Nindy kok gak berenti-berenti sih nelponnya," ucap Via kesal, ia mengambil handphonenya dan menatap layar handphone tersebut.

Bukan tertera nama Nindy disana, melainkan Adit.

"Hallo Adit."

"Vi? Gimana kalau kerja kelompoknya malam ini aja? Biar gak kepikiran lagi."

"Emm... boleh deh, dimana?"

"Lo maunya dimana?"

"Dimana ya, terserah Adit aja."

"Di Cafe? Atau dirumah gue?"

"Males ah Cafe mulu. Dirumah Adit aja, gimana?"

"Boleh aja sih, tapi rumah gue gak segede rumah lo, panas juga gak ada AC, gak papa?"

"Gak papa kok, sharelock ya, jam tujuh Via kesana."

"Sip. Gue tunggu, bye Vi."

"Bye."

Tut.

Via memutar kedua bola matanya jengah saat melihat ada beratus notifikasi chat dari Nindy, ia tak berniat untuk membalasnya, bahkan membacanya pun malas jadi ia biarkan saja.

"Mandi dulu ah." Via pun masuk kedalam kamar mandi dan melakukan ritual mandi sorenya.

***

07.00

Cling...

"Siapa lagi sih yang chat." Dengan gerak malas, Via mengambil handphonenya yang berada diatas nakas.

Via mengkerutkan keningnya saat melihat siapa yang mengirimkan sebuah chat kepadanya "Reno," gumamnya.

Reno
Gue tadi abis dari Supermarket, dan gue inget lo suka beng-beng, gue udah beliin, gue juga beliin cemilan lainnya, nanti gue antar kerumah lo ya?

Via
Duh, tapi Via mau jalan nih

Reno
Yah...
Kalau gue tetep antar kerumah lo gak papa kan? Gue titipin aja ke siapa gitu, ke ortu atau adik lo

Via
Gak papa sih, tapi Via gak bisa nemuin Reno, gak papa?

Reno
Gak papa, kan bisa lain kali

Via
Oke

Drrrttt...drrttt...

"Aisss kenapa Vendo nelpon lagi sih." Sudah ketiga kalinya Vendo menghubunginya hari ini, karena ia tak enak, akhirnya ia mengangkat telepon tersebut.

"Vi, kenapa tadi di Sekolah lo selalu ngehindar? Obrolan kita yang malam kemarin itu kan belum selesai."

"Menurut Via udah selesai, intinya Vendo gak bisa ngebalas perasaan Via kan? Ya udah, clear."

"Tapi—"

Tut.

Via memutuskan sambungan telepon tersebut secara sepihak. Via menatap kearah jam dinding yang ada dikamarnya.

"Udah jam tujuh lewat, tadi kan janjinya Via jam tujuh otw, kebiasaan banget ngaret." Via memasukan sebuah buku serta alat tulisnya kedalam totebag, lalu membawanya keluar dari kamar.

Vendo for Via Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang