1 minggu kemudian...
Seminggu berlalu, dan selama seminggu itu pula Via selalu diterror, Via merasa hidupnya sangat tidak tenang, ia bingung harus berbuat apa agar orang itu berhenti menerrornya.
Pagi-pagi sekali, Via sudah berangkat menuju ke sekolah, tentunya sekolah masih teramat sepi dikarenakan ini masih pagi, jarang ada murid yang mau pergi ke sekolah terlalu pagi.
Via menginjakkan kakinya kedalam ruang kelasnya. Hanya ada seseorang, dan seseorang itu adalah Nindy, gadis itu tampak sangat sibuk memainkan handphonenya.
"Nindy, tumben cepet banget." Via duduk di kursinya.
Nindy tersenyum kecil kearah Via. "Tadi gue berangkat sekolah bareng Papa, dan kebetulan Papa gue ada meeting pagi jadinya kepagian gini deh berangkatnya."
"Oh gitu." Via mengangguk pelan. Ia menunduk dan melihat kearah lokernya. "Gak ada apa-apa," gumamnya pelan.
"Kenapa Vi?" tanya Nindy saat melihat Via seperti orang kebingungan.
"Hah? Eng-enggak gak papa, dari tadi cuman Nindy doang disini?"
Nindy mengangguk pelan. "Iya Vi, gue doang, kenapa?"
"Oh... gak papa, Via nanya aja hehe."
Seorang lelaki masuk kedalam ruang kelas 11 IPA 1. Ia terhenti, menatap kearah Via dan Nindy secara bergantian.
"Eh kebetulan lo udah dateng Vi, gue mau nanya PR Matematika dong." Lelaki itu adalah Adit, ia menghampiri Via.
Kening Via mengkerut. PR? Seingatnya tidak ada PR hari ini.
"PR?"
"Iya, yang dikasi minggu kemarin, hari ini dikumpul."
Via mencoba mengingat-ingat, beberapa detik kemudian ia baru mengingat ternyata hari ini ada PR Matematika. Tumben sekali ia lupa.
"Astaga!" Via menepuk jidatnya. "Via belum!"
"Tumben banget Vi, gue udah nih sisa nomor tujuh, mau liat gak?"
"Gak usah deh, Via kerjain sendiri dulu, ntar kalau ada yang Via gak bisa kerjain, baru deh Via nanya Adit," tolak Via halus.
Adit mengangguk pelan, ia tersenyum kecil kearah Via. "Sip." Ia berjalan kearah kursinya dan duduk disana.
"Nindy udah?" Via bertanya kearah Nindy.
Nindy mengangguk pelan. "Sudah, tadi malam gue kerjain, dibantu sama kakak sepupu gue," sahutnya.
Beberapa menit kemudian, murid-murid mulai berdatangan, akhirnya Via menyelesaikan tugasnya.
Ia menghela nafasnya lega sembari menatap hasil pekerjaannya. "Huh, akhirnya selesai," ucapnya pelan.
"Adit..."
Adit menoleh kearah Via. "Ya?"
"Jadi gak nanyanya?"
"Gak jadi Vi, gue liat Nindy tadi hehe."
Via terkekeh pelan lalu ia mengangguk. "Oke."
Via melirik kearah jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kanannya, jam pelajaran pertama sebentar lagi akan dimulai, tapi kenapa Sandra belum datang.
Akhirnya Via memutuskan untuk mengirimkan chat kepada Sandra, ia mengambil handphonenya yang berada didalam tas.
Via
Gak sekolah?"Gak dibales." Via memanyunkan bibirnya, kesal karena Sandra tak kunjung membalas chatnya.
"Nindy..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vendo for Via
Fiksi Remaja• 𝘚𝘦𝘲𝘶𝘦𝘭 𝘰𝘧 𝘒𝘦𝘺𝘴𝘩𝘦𝘷𝘢 • [ᴛᴇʀꜱᴇᴅɪᴀ ᴠᴇʀꜱɪ ᴄᴇᴛᴀᴋ] "Vendo gak bakal tinggalin Via kan?" "Iya, Vendo gak bakal tinggalin Via." "Janji sama Via?" "Vendo janji." Itulah janji Alvendo Devian Adinata kepada Tyfani Flavia Mauren disaat mereka b...