11) Hadiah Istimewa

4.9K 432 3
                                    

Jungkook sedang makan siang bersama ibunya. Dia tidak memiliki banyak kedekatan setelah wanita itu meninggalkan rumah dan ayahnya menikah lagi. Beruntungnya saat itu dia sudah cukup besar, sehingga mampu mengerti atas masalah keluarga mereka dan membiarkan ibunya menjalani kehidupan lain. Ketika itu ayahnya menikah lagi selepas beberapa bulan orang tuanya bercerai. Pria itu menikah dengan wanita yang menjadi sekertarisnya dan kemudian ibu tirinya hamil sehingga jungkook bisa mempunyai adik seperti somi.

Wanita yang melahirkan jungkook itu tidak bahagia dalam kehidupan cintanya tetapi dia bahagia sekarang dengan kesuksesan yang diraih putranya.

Jungkook belum memberitahu tentang hal apapun tentang konferensi pers. Ibunya jelas melihat jungkook membela taehyung di depan media. Seluruh stasiun televisi gempar dengan keputusan pembalap muda berbakat seperti taehyung mengundurkan diri pada masa kejayaannya. Mereka menayangkannya sebagai berita terpanas dengan fakta jika taehyung adalah omega terlebih dia sedang hamil, sungguh sebuah serangan mendadak untuk para penggemar. Mereka mungkin berteriak histeris atau pingsan di tempat.

"Aku bahagia untukmu" Jungkook masih tidak menduga dan bertanya dengan penasaran.

"Tentang apa?"

"Kau pikir aku tidak tahu? Aku ini ibumu, tanpa berpikirpun aku jelas melihat sesuatu yang kau sembunyikan." Fakta bahwa cinta dalam kehidupan putranya sedang hamil, itu berarti satu hal bahwa dia akan mendapatkan cucu pertamanya.

"Jadi eomma tahu...? Yah, taehyung dan aku..." Jungkook terlihat gugup untuk mengoceh, dia pikir ibunya sedang menertawakan wajahnya yang  lucu.

"Tentu saja aku tahu, kau bersikap ceroboh dengannya di perlombaan dan itu tertangkap kamera. Siapapun berpikir kalian memiliki hubungan spesial." Karena jungkook masih muda, dia mengkhawatirkannya. Pemuda itu tidak pernah seperti remaja alpha lainnya, dia baik dan tidak pernah memperlakukan orang secara berbeda.

Sebagai ibunya, dia selalu khawatir dengan pekerjaan jungkook. Putranya itu memiliki banyak resiko dalam berkendara terlebih untuk memenangkan kejuaraan.

Dia juga tahu sejak awal jungkook hanya serius menjalani hubungan dengan taehyung. Tentang putusnya hubungan jungkook di Argentina wanita itu juga tahu, dia berpikir telah kehilangan taehyung sebelumnya. Tetapi sekarang ada harapan bahwa mereka akan bersama, bukan hanya karena bayinya tetapi juga karena mereka saling mencintai.

"Aku ingin memberinya sesuatu yang istimewa. Bisakah eomma membantuku?" Setelah melihat perkembangan bayi mereka, jungkook secara tidak sengaja menemukan ide untuk memberi sesuatu yang istimewa.

"Tentu saja sayang, apa yang kau butuhkan?" Ibunya bertanya kembali lantas meminum kopi yang ada dalam cangkir. Pesanan mereka baru saja tiba beberapa saat yang lalu.

"Aku butuh selimut bayi berwarna ungu dengan sulaman semut." Jungkook menjawab dengan sangat antusias, dia bisa merasakan kegembiraan taehyung nantinya begitu mendapatkan hadiah spesial.

Taehyung sedang menunggu, hari sudah gelap. Setelah mengantarnya pulang jungkook bilang dia pergi untuk menemui ibunya dikafe tetapi pemuda itu belum pulang hingga kini. Sehabis mandi dia mencoba menonton opera sabun yang ada di televisi.

Taehyung tidak suka sendirian, dia mengutuk yeonjun dan somi yang pergi makan malam. Padahal dia menelpon karena sangat membutuhkan seseorang untuk diajak bicara. Dia berharap jungkook segera pulang, taehyung rasa dia mulai terbiasa dengan kehidupan rumah tangga mereka. Terkadang mereka membicarakan hal-hal lucu yang membuat tertawa. Pada saat itu taehyung merasa seperti tidak memiliki beban apapun.

Karna terlalu bosan, saat itulah dia memutuskan untuk berbicara dengan anaknya yang belum lahir. Untuk kedua kalinya hari itu, dia meletakkan tangannya di atas perut kemudian merasakan bayi kecil itu bergerak di dalam dirinya. Taehyung tersenyum, akhirnya dia bisa merasakannya sentuhan bayinya secara tak langsung. Taehyung benar-benar tidak bisa menunggu bayi itu untuk menendang dan memilikinya dalam pelukan. Tetapi untuk sekarang dia masih harus menunggu.

"Kau tahu aku harap kau tidak seperti ayahmu, dia selalu terlambat. Tidak mungkin untuk menunggunya." 

Taehyung mulai mondar-mandir di ruang tamu, dia terlalu gelisah. Bahkan saat hamil dia memiliki banyak energi dan seperti biasa dia terangsang. Memakai baju milik jungkook yang sungguh beraroma alpha miliknya sama sekali tidak membantu taehyung tenang.

"Apa kau lapar? Apa kau berpikir kita harus meminta ayahmu membawakan kentang goreng?" Taehyung berpikir jika dia mengatakan pada jungkook, bayi mereka menginginkan kentang goreng, jungkook pasti akan membelikannya.

Tatapi dia memutuskan untuk tidak melakukannya. Taehyung memesan pizza secara online sampai menunggu pesanannya datang dia berbicara setiap saat dengan bayi itu sehingga tidak merasa sendirian.

Pesanannya datang dengan cepat. Setelah taehyung makan dan memastikan tidak akan muntah, tubuhnya menjadi sangat lelah sehingga pergi ke tempat tidur. Bukan tempat tidur mereka, tetapi dia pergi ke kamar tidur bayi. Di sana tersedia satu tempat tidur besar dan keranjang bayi, berpikir bahwa suatu hari nanti mereka akan memiliki bayi mungil dalam kamar tidur yang penuh dengan pakaian bayi, perabotan dan semua barang lucu lainnya.

Ketika sedang asik melamun dengan pikirannya, taehyung mendengar suara pintu terbuka.

Akhirnya...

"Tae?"

"Di sini" Taehyung bersuara dari dalam kamar. Dia melihat jungkook masuk melalui pintu sambil memegang sesuatu di belakang punggungnya.

"Bagaimana harimu?" Jungkook terkejut ketika mendapati taehyung beranjak dari atas ranjang hanya mengenakan kemeja putih miliknya yang terlihat kebesaran pada tubuhnya.

"Baik" Taehyung menjawab, teringat bagaimana anak-anak komunitasnya terkesan ketika taehyung menjelaskan mengenai sejarah lukisan kemudian mereka juga bertanya tentang siapa yang taehyung ingin lukis.

"Mereka sangat pintar, aku pikir mereka menikmatinya begitu juga aku." Taehyung tersenyum tipis ketika mendapati jungkook menatap ke dalam matanya.

"Aku punya sesuatu untukmu. Yah, ini bukan untukmu tapi kau yang harus mendapatkannya untuk saat ini."

"Apa itu?" Mata taehyung mengerjap, dia begitu penasaran dengan apa yang dibawa jungkook untuknya.

"Buka" Jungkook memberikan kotak hitam persegi yang cukup berat. Tuhan tahu bagaimana jungkook melarang taehyung membawa barang yang beratnya lebih dari selembar buku.

"Kau tidak bisa membawa barang yang berat, biar aku yang memegangnya." Jungkook mengatakannya saat taehyung ingin mengambil alih kotak darinya. Jadi taehyung membuka tutup kotak yang memperlihatkan selimut lembut berwarna ungu. Taehyung tersenyum tentu saja, ungu adalah warna kesukaannya. Warna istimewa yang dia suka dari warna pelangi.

Taehyung bisa merasakan air mata di pipinya. Hormon sialan. Dia tidak bisa menahan ketika melihat apa lagi yang ada di dalamnya. Sebuah peralatan sulam dengan bola wol berbagai warna.

"Apa kau tidak suka? Atau harusnya aku tidak membeli alatnya sekaligus?" Jungkook memeluk taehyung dan bertanya apakah dia melakukan sesuatu yang salah karna pria itu jelas khawatir.

"Tidak, Tidak... Ini sempurna. Hanya saja ... aku tidak menduga, itu saja ..." Taehyung menatap mata arang jungkook, berbisik kecil 'terima kasih' kemudian bersandar untuk ciuman. Jungkook meraih pinggangnya, mencium kembali bibir taehyung di sertai pangutan. Ketika itu berakhir taehyung merasa malu.

"Maaf, Itu... karena hormon." Taehyung berkata sambil tersipu.

"Apa kau ingin tidur?" Jungkook bertanya karena saat dia tiba taehyung sepertinya sedang bersiap untuk tidur.

"Ya, aku ingin." Kotak hadiah di letakkan di atas nakas oleh jungkook. Taehyung lebih dulu naik ke tempat tidur dengan nyaman. Detik berikutnya jungkook menyusul dengan membentangkan selimut rajut bayi mereka ke atas perut taehyung, kemudian dia menaruh tangan kekarnya dibawah selimut.

.


.


.

TBC

𝙿𝚑𝚎𝚛𝚘𝚖𝚘𝚗𝚎𝚜 ✓ (ʙʟ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang