Satu minggu kemudian...
Sejak satu minggu yang lalu Jung il berhenti dari sekolah, appanya... baru saja bilang jika lebih menyenangkan belajar di rumah bersama eommanya sekaligus. Kali ini bocah kecil itu tengah berlajar menghitung bersama sang ayah sedangkan sang ibu memperhatikan asisten rumah tangga baru mereka, Kim Yeri. Gadis itu asik membolak-balik telur dalam wajan dan tidak memperhatikan bagaimana bentuk telur yang tersaji. Taehyung itu selalu memperhatikan dekorasi, dia suka sesuatu yang cantik dan rapih tetapi gadis itu membuat makan siang mereka berantakan.
"Kau harus membalik telurnya dengan perasaan sehingga hasilnya tidak hancur. Lihat dari tadi kau menggoreng telur dengan bentuk yang hancur." Yeri mendengus, telur hanya untuk di makan, mengapa harus sampai memperhatikan bentuk?
Yang penting kan kenyang, lagipun Jungkook bukanlah pria yang pemilih dalam hal makanan.
"Appa kenapa gusi Jung il selalu gatal? Jung il ingin mengigit sesuatu." Jungkook menoleh pada Jung il yang memperhatikan gusi merahnya. Gigi susunya masih ada tapi taring masih terus tumbuh tiap hari.
"Gigit ini, itu akan membuat gigimu lebih baik." Jungkook memberikan mainan gigi milik Jung il saat bocah itu berumur 2 tahun. Ia ingat membelikannya ketika Jung il mengalami pertumbuhan untuk gigi-giginya.
Mainan kecil itu hanya mampu bertahan dalam beberapa gigitan kemudian patah menjadi dua bagian.
Krek...
Jungkook menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia melihat taehyung berjalan ke arah mereka dengan dua gelas di atas nampan.
"Ada apa?" Taehyung menatap putranya yang mencebik.
"Jung il baru saja merusaknya" Bocah kecil itu menunjukkan mainan gigi yang terbelah menjadi dua bagian.
"Nanti appa akan belikan yang baru jadi tenang saja, benarkan sayang?" Jungkook yang tiba-tiba mendapat perhatian Taehyung hanya bisa mengangguk dengan patuh.
"Eomma, Apa Jung il ini monster? Kenapa Jung il selalu merusak barang-barang tanpa sadar" Itu benar, ketika dia terbangun barang-barang di dalam kamarnya sudah berantakan dan saat dia berada di sekolah waktu itu ketika tersadar semua meja dan kertas berserakan tak beraturan.
"Siapa yang bilang? Anak eomma ini superhero bukan monster"
"Tapi yeri nunna juga mengatakan hal yang sama" Serempak kedua orang dewasa tersebut menatap ke arah yeri yang terlihat sibuk menata makanan di atas meja makan.
"Aku tidak bermaksud begitu, Aku hanya refleks karena ketakutan saat itu. Kupikir dia akan menjauh ketika ku bilang monster." Gadis yang menjadi tersangka terlihat gelapan saat menjawab, dia menunduk dengan takut-takut jikalau Jungkook jadi membencinya. Tatapan mata Taehyung yang lebih tajam menjadikannya umpan hidup-hidup.
"Dia tidak salah tae, kau dengar kan dia hanya refleks." Jungkook segera ambil tindakan ketika Taehyung melangkah maju dengan marah ingin memukul yeri.
"Kau membelanya?" Taehyung terlihat marah, dia menepis tangan Jungkook darinya kemudian berlalu pergi ke dalam kamar di sertai bantingan pintu yang terdengar keras.
"Maafkan dia, taehyung memang begitu" Jungkook melihat Yeri yang masih menunduk merasa bersalah, gadis itu hanya mengangguk untuk menanggapi kemudian kembali meletakkan hidangan makan siang untuk keluarga itu.
.
.
.
Tok
Tok
Tok
"Tae sayang, buka pintunya" Setelah beberapa menit Taehyung tidak kunjung keluar dari kamar mereka, akhirnya Jungkook mengetuk pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙿𝚑𝚎𝚛𝚘𝚖𝚘𝚗𝚎𝚜 ✓ (ʙʟ)
FanfictionJeon Jungkook, pemuda berstatus Alpha yang merupakan seorang pembalap Internasional telah menjalin hubungan asmara dengan salah satu Omega dari pembalap Nasional bernama Kim Taehyung. Dengan hasrat yang menggebu-gebu mereka tanpa sadar telah melakuk...