28) Meminta Maaf

3.6K 342 13
                                    

Jungkook menghela nafas cukup panjang sambil menatap sosok gadis di depannya yang terlihat masih kesal dengannya.

"Bisakah kita permudah saja, aku minta maaf karna putraku sudah melukaimu." Pinta Jungkook

Gadis di depannya dengan asik menikmati secangkir kopi yang mereka pesan.

"Aku sudah memaafkan putramu tapi aku belum memaafkanmu." Yeri menyeletuk. Dia begitu kesal setiap kali melihat wajah Jungkook di manapun semenjak dirinya di usir keluar dari tim mereka.

"Terserah jika kau tidak memaafkanku karna aku tidak lagi menggunakan jasa umbrella girl manapun." Semenjak yeri di keluarkan dari tim dan taehyung menjadi pengganti, Jungkook memang tidak lagi memakai jasa umbrella girl. Dia hanya membiarkan Taehyung yang melakukannya ataupun beberapa dari anggota kru yang bersedia.

"Kau benar-benar menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Apa itu karena Kim Taehyung huh? Dia mengendalikanmu begitu banyak." Yeri metelakkan kedua tangan di bawah meja, dia meremat tangannya satu sama lain.

"Dia Jeon Taehyung sekarang, tidak ada alasan lain yang merubahku selain dia." Jungkook mengakui dengan begitu jujur tanpa tahu bahwa yeri meredam amarahnya di balik meja. Gadis itu mengigit bagian dalam bibirnya, sisa kopi yang terasa di lidah begitu pahit.

"Karna kau mengeluarkanku waktu itu sekarang aku hanya jadi guru honorer. Tidak bisakah kau memberiku pekerjaan lagi, mengajar anak-anak sangat sulit mereka terkadang susah di atur." Yeri tersenyum setelah mengulum bibirnya.

"Aku punya satu pekerjaan tapi aku tidak yakin taehyung mau menerimamu." Bukan pekerjaan yang sulit tetapi mungkin menimbulkan suasana canggung di antara yeri dan taehyung jika bertemu. Mereka tidak pernah mengenal dalam kategori dekat tetapi telah membenci satu sama lain.

"Kalo begitu biarkan aku yang berbicara langsung dengannya, dia pasti mau menerimaku. Aku bersedia melakukan pekerjaan apapun darimu."

.

.

.

Jungkook memasuki rumahnya dengan Jung il yang sedang di gendong. Di belakangnya yeri berjalan pelan mengikuti langkah Jungkook membawanya.

"Kau tunggu di sini, aku akan memanggilkan Taehyung." Yeri mengangguk dan menundukkan pantatnya pada sofa.

Terdengar sepatu pantofel Jungkook yang menaiki tangga. Gadis itu hanya duduk dan sesekali menatap foto-foto pernikahan Jungkook bersama Taehyung yang terpajang di sekitar ruang tamu. Mata yeri memanas, dia mengalihkan fokus pada lantai sambil meremat kembali tangannya.

Cukup lama dia menunggu sampai akhirnya suara Taehyung menyadarkan lamunannya.

"Maaf kau pasti menunggu cukup lama. Aku mau membuatkanmu sesuatu, seperti teh atau kopi?"

"Air putih saja" Yeri menelan ludahnya, dia menunggu hampir setengah jam tenggorokannya sudah dipastikan kering. Taehyung ini memang sialan, dia ingin segera bicara, mendapatkan pekerjaan kemudian pulang ke rumah.

Taehyung meletakkan dua gelas air putih dan sebuah teko di nampan.

"Jungkook sudah mengatakan padaku dan aku kira ini juga salahku sehingga kau di keluarkan dari tim. Tapi aku tidak berniat seperti itu, dan dia juga bilang kau terampil dalam hal apapun. Kebetulan sekali aku membutuhkan bantuan untuk mengurus rumah. Jadi, aku bisa menerimamu jika kau mau." Yeri terkejut, dia kira taehyung tidak akan sedikitpun mendengarkan pendapatnya. Tetapi Jungkook justru telah meyakinkannya lebih dulu, itu sempurna karna dia tidak perlu memohon hanya demi pekerjaan.

"Ya aku bisa melakukan segala hal terutama merawat rumah tangga orang lain" Taehyung mengernyitkan dahi lantas tertawa. Perkataan yeri benar-benar terdengar sebagai ancaman. Tapi dia tidak ingin berpikiran buruk terhadap orang yang baru dia temui hari ini.

"Aku percaya padamu. Jadi, kau bisa pindah ke sini besok pagi."

.

.

.



"Taringnya tumbuh dengan cepat, aku khawatir..." Taehyung mengintip dari balik pintu bersama dengan Jungkook di belakang tubuhnya. Mereka mendengar suara barang-barang yang dibanting dengan keras dari kamar putranya. Dan sesuatu yang terjadi di sekolah kembali terulang di rumah.

"Kau kembali ke kamar, biar aku yang mengurusnya." Jungkook mengecup dahi Taehyung dan mendorongnya menjauh dari pintu. Dia masuk ke dalam kamar Jung il kemudian mengunci pintunya dari dalam. Setidaknya Taehyung tidak harus menyaksikan Jung il yang berubah karna itu akan membuatnya sedih.

"Argh....eghrrr..." Air liur terus menetes tanpa henti ke permukaan lantai. Terlihat banyaknya bekas goresan kuku pada dinding yang tidak terhitung. Di balik penerangan rembulan Jungkook bisa melihat putranya tengah mengigit tirai jendela dan merobek bagian yang lain dengan kukunya yang tajam.

"Jeon Jung-il..." Punggung kecil itu bergetar sebelum berbalik menatap sang ayah.

"Letakkan kain itu... dan kemarilah." Perlahan Jungkook mendekat, dia tidak ingin mengejutkan putranya yang masih merasa bahwa setiap hal selalu mengintimidasinya. Dia merentangkan tangannya yang besar agar Jung il bersedia untuk memeluknya. Namun, bocah kecil itu menggeleng dan naik ke atas kasur kemudian merobek bantal dan seprei hingga bulu angsa berterbangan di dalam ruangan.

Jungkook membanting tubuh Jung il di atas kasur. Dia menahan kedua tangan kecilnya di kedua sisi. Bau feromon miliknya yang mendominasi keluar dan membuat obsidian biru di mata Jung il benar-benar menghilang dalam sekejap.

"Appa..."


.

.

.

TBC

Maaf banget baru bisa update :v
Aku lagi sibuk ngerjain tugas yang menumpuk 😩

𝙿𝚑𝚎𝚛𝚘𝚖𝚘𝚗𝚎𝚜 ✓ (ʙʟ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang