40) Hari Menanti

3.4K 262 5
                                    


Taehyung mengelus perutnya yang sedikit mengecil namun masih terlihat besar baginya. Dia dan Jungkook memutuskan untuk pulang karna percuma saja mereka berada di rumah sakit ketika waktu kelahiran tertunda cukup lama. Beberapa saat yang lalu mereka sudah menghubungi kerabat dekat tentang kondisi Taehyung dan bayinya. Kedua orang tua Taehyung tidak bisa berkunjung secara langsung karena jarak menuju rumah mereka cukup jauh dan memakan waktu terlebih ini termasuk hari aktif, yang memungkinkan kemacetan akan terjadi. Baik Yeonjun ataupun Somi juga sama halnya, mereka tidak bisa datang. Mereka baru saja menjalankan program bayi dan sepertinya Somi belum membaik setelah malam pertama mereka yang panas.

Satu-satunya yang memiliki waktu luang untuk datang dan berkunjung hanyalah Nyonya Jeon. Wanita yang berstatus Janda namun masih memiliki iktikad seorang lajang. Pekerjaannya hanya sebagai penjual bunga dan dia juga jarang membuka tokonya karna dia melakukannya untuk bersenang-senang bukan hanya sekedar materi yang diinginkan.

Wanita itu selalu bebas pergi kemanapun walau terkadang dia harus meminta uang pada Jungkook. Dan yah, apa yang bisa diharapkan dari wanita tua sepertinya? Penghasilan sudah tidak menentu dan dia harus mendapatkan hidup dari kerja keras anaknya seperti itulah tapi kali ini dia akan membalas budi dengan uhm... sedikit bantuan dalam mengurus bayi kembar yang akan lahir.




Ting




Tong

Suara bel di penjuru rumah segera membuat Jungkook bergegas membuka pintu. Dia tahu itu pasti ibunya.

Ketika pintu baru saja dibuka, Jungkook menatap dari atas ke bawah. Ibunya berpakaian begitu rapih dengan kaca hitam yang tampak elegan, tangannya penuh dengan berbagai macam paper bag besar.

"Tolong bawakan ini" Wanita paru baya itu melemparkan setumpukan paper bag ke arah Jungkook. Dia segera melenggang masuk tanpa permisi kemudian mengecek ke arah dapur. Asap tebal ada dimana-mana termasuk di ruang istirahat. Dia juga melihat cucunya yang terbatuk-batuk karena menghirup asap masakan.

"Kau masak apa? Kenapa baunya sangat menyengat?" Nyonya Jeon bertanya sambil menutup hidung.

"Tteokbokki" Jungkook menjawab setelah dia meletakkan barang bawaan ibunya ke atas sofa.

"Uhukk... Appa asapnya tebal sekali, uhuk...uhk... tenggorokan Jung-il jadi gatal" Melihat cucu tersayangnya mengeluh, nenek muda itu pun menuangkan segelas air.

"Minumlah sayang, tenggorokanmu akan merasa lebih baik" Jung-il menerima segelas minum dari neneknya kemudian lekas meminum pemberiannya.

Klik...

Nyonya Jeon mematikan kompor dan menyiram masakan Jungkook dengan air minum hingga banjir.

"Eomma kenapa disiram? Padahal itu masih bisa dimakan" Sangat disayangkan bahwa masakan Jungkook selalu berakhir menjadi produk gagal.

"Beruntung Taehyung belum sempat memakannya, dia bisa sakit perut jika memakan masakanmu" Ibunya terus mengoceh ketika mengambil alih dapur. Dia menyalahkan Jungkook karna ketidak lengkapan bumbu dapur ataupun bahan masakan. Wanita itu mengatakan bahwa Taehyung begitu menyedihkan memiliki suami sepertinya yang tidak bisa melakukan tugas rumah dengan baik.



Ting




Tong

Suara bel rumah berbunyi lagi. Dan Jung-il berganti yang membukakan pintu.

"Jungkook siapa yang datang? Apa kau memesan makanan?" Nyonya Jeon bertanya sambil memutar lengannya untuk mengaduk Tteokbokki dalam wajan. Dia memutuskan membuat ulang menu gagal dari Jungkook.

"Oh, Dia guru privat Jung-il"

"Kenapa mempekerjakan guru privat? Bukankah kau sekarang tidak terlalu sibuk seharusnya kau bisa mengantar putramu ke sekolah" Nyonya Jeon terheran, Jungkook memang sempat bilang jika dia terlalu sibuk sampai tidak memiliki waktu untuk mengantar Jung-il tapi sekarang seharusnya sudah berbeda. Karna Jungkook tidak lagi bekerja sebagai pembalap, dia memiliki banyak waktu yang bisa dihabiskan di rumah setelah menjadi seorang bos.

"Itu karna alasan yang lain, aku akan menceritakannya nanti"

Seorang guru muda nan cantik bernama Seulgi menyapa tuan rumah terlebih dahulu. Dia tersenyum ramah ke arah Nyonya Jeon begitupun ke arah Jungkook.

"Eomma dia Seulgi, seorang guru privat" Jungkook memperkenalkannya.
Seulgi pun menunduk sebagai rasa hormat.

"Aku ibunya, dan dia cucuku" Nyonya Jeon menunjuk ke arah Jungkook dan Jung-il dengan dagunya sambil tersenyum kemudian melanjutkan masakannya.

Meskipun Seulgi sudah cukup lama menjadi guru privat Jung-il. Dia belum bisa mengenal lebih dekat tuannya. Dia hanya datang untuk mengajar kemudian pulang setelahnya. Waktu mengajar hanya berlangsung 1-2 jam dan di saat itupun dia tidak pernah mencoba mengobrol dengan tuan rumah. Dia hanya mengobrol dengan Jung-il dan terkadang anak itu dengan semangat menceritakan hal-hal luar biasa yang terjadi.

"Seulgi noona, Apa noona mau melihat adik Jung-il? Jung-il punya adik 3 tapi yang keluar baru satu. Apa noona mau lihat?" Anak kecil itu bersemangat dan menganggap seolah bahwa dirinya adalah teman sebaya. Seulgi tersenyum manis ketika anak kecil itu menarik tangannya dan membawanya menuju ke arah Jungkook.

"Appa, bisakah Seulgi noona melihat adik Jung-il?"

"Tentu, kau bisa antarakan sampai ke lantai atas" Jungkook menyahut. Dia tengah membantu ibunya mengiris beberapa sayuran seperti wortel maupun bayam. Membuat sup untuk makan siang adalah yang paling mudah menurutnya.

.

.

.

Kriett

Jung-il membuka pintu kamar orang tuanya. Dan seperti yang terdengar dari arah kamar mandi, bunyi gemericik air menandakan bahwa ibunya tengah membersihkan diri.

"Ayo sini noona" Begitu melihat keranjang bayi, dia segera menghampirinya. Adiknya sedang tertidur dengan pulas dalam balutan kain. Matanya belum terbuka karna baru berumur 2 hari, yang bisa dilakukan hanya menjulurkan lidah kecilnya ke udara.

"Sangat menggemaskan, noona ingin menggendongnya" Seulgi sedikit lebih berani dan mengangkat bayi itu dari tempat tidurnya. Dahi bayinya mengerut mungkin merasa terganggu karna diangkat tiba-tiba.

"Noona Jung-il ingin lihat dari dekat" Dengan itu Seulgi mendudukan diri di atas tepi ranjang sehingga Jung-il bisa menggapainya dari dekat.

"Hhuwe...hik...hik...glup huwa..." Seulgi gugup setengah mati ketika bayi itu menangis dalam gendongannya. Jujur dia takut disalahkan karna hal ini. Kalang kabut Seulgi mencoba menenangkannya dengan segala cara, dia menimang-nimangnya dengan pelan tapi bayi itu tetap saja menangis dan justru semakin keras tangisannya terdengar.

Taehyung keluar dari kamar mandi setelah mengikat tali bathrobenya. Dia tidak cukup terkejut mengetahui bayinya menangis karna digendong oleh orang asing.

"Biarkan aku menggendongnya"
Taehyung menggambil alih bayinya. Bayi itu menjadi lebih tenang oleh sentuhan Taehyung pada pipi merahnya. Bayi memang sensitif dengan sentuhan dan dia bisa membedakan mana sentuhan milik ibunya dengan orang lain.

"Taehyung-ssi chukkae..." Seulgi tersenyum ke arah Taehyung. Dan dia juga menyiapkan sesuatu di dalam tasnya.

"Ini...untukmu" Kotak berukuran sedang yang coba Seulgi berikan.

"Gomawo, aku akan menggunakannya" Taehyung menerimanya dengan senang hati. Orang pintar seperti Seulgi pasti tahu bagaimana cara memberi hadiah yang berguna.





.

.

.

TBC

𝙿𝚑𝚎𝚛𝚘𝚖𝚘𝚗𝚎𝚜 ✓ (ʙʟ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang