4 Hari kemudian...Taehyung menyulam baju untuk bayinya menggunakan benang wol berwarna putih. Dia belajar dari situs internet yang mengajarkan cara menyulam.
Jungkook pergi sejak pagi setelah mereka selesai sarapan dan belum kembali hingga sekarang. Katanya dia sedang melakukan diskusi penting dengan anggota tim. Kurang lebihnya itu membuat taehyung kesepian, biasanya akan ada yeonjun atau somi yang berkunjung jika bukan mereka taehyung mungkin akan mengunjungi kediaman orang tuanya agar tidak kesepian.
Dengan raut wajah kesal dia mengunting hasil jahitannya. Baju bayi ini sudah dia sulam sejak jauh hari saat mereka menghabiskan cuti pernikahan. Dan taehyung juga sudah menyelesaikan beberapa baju bayi dengan warna yang berbeda. Dia hanya membuatnya serupa sweater yang hangat.
Hari ini adalah hari terakhir mereka berada di Kanada berikutnya mereka akan menaiki penerbangan menuju Meksiko. Beberapa koper milik mereka sudah di kemas karena jadwal penerbangannya ditujukan untuk hari ini pada pukul 1 siang hari.
Sekarang sudah pukul 12 tetapi jungkook belum pulang dan tak memberi kabar apapun padanya. Taehyung jadi cemas, berharap tidak ada sesuatu yang buruk.
Karena terlalu lama menunggu akhirnya taehyung lebih dulu pergi mandi.
.
.
.
Jungkook membuka pintu hotel mereka, dia sama sekali tidak mendengar apapun kecuali suara air yang gemericik. Jungkook meletakkan jaketnya di atas sofa. Dia melihat baju rajut bayi yang tergeletak di atas ranjang. Tentu saja dia berpikir itu taehyung yang membuatnya.
Mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi senyumnya jadi mengembang.
"Astaga!" Taehyung segera berberbalik begitu terkejut ketika tangan besar memeluk tubuhnya dari belakang. Ternyata itu jungkook, sejak kapan terakhir kali dia melihat tubuh telanjang suaminya benar-benar membuat taehyung terangsang.
Bulir-bulir air mengalir sepanjang garis wajah jungkook. Tubuh mereka di satukan seperti sebuah puzzel. Taehyung mengalungkan tangannya pada leher jungkook ketika tubuhnya yang berisi diangkat. Wajah mereka tidak bisa saling mengapai satu sama lain karna ada bayi mereka yang sedang tertidur.
"Aku membuatmu terkejut eoh?" Jungkook membawa tubuh mereka ke dalam bak mandi.
"Apa mereka menahanmu di sana? Kenapa kau baru pulang" Tidak ada yang bisa taehyung salahkan dari keterlambatan jungkook. Dia mulai terbiasa dengan nama tengah dari alphanya. Beribu kali dia mengoceh pemuda itu tetap tidak akan datang lebih awal. Entah jungkook yang tidak ingat waktu atau dia memang sengaja terlambat.
"Ya, untuk bertanya beberapa hal tentangmu" Jungkook mencium dahinya.
"Apa yang mereka tanyakan?" Semakin penasaran taehyung tidak bisa hanya diam. Dia menatap wajah jungkook yang siap menjawab.
"Mereka bertanya apa kau mengalami kontraksi? Usianya hampir 9 bulan, aku cemas karna kita akan melakukan penerbangan." Dahi taehyung mengernyit, dia juga tidak ingat pernah mengalami yang namanya kontraksi. Selama ini dia baik-baik saja hanya terkadang bayinya sangat agresif bergerak dalam dirinya. Dokter memperkirakan kelahirannya lebih awal dari usia 9 bulan karna saat USG terakhir kali, kepala bayinya sudah terbalik menjadi posisi siap untuk melahirkan.
Mereka hanya di suruh untuk berhati-hati dan selalu waspada, tidak tahu kapan taehyung akan melahirkan yang jelas jungkook sebagai pendampingnya harus selalu siap.
"Belum, aku memperkirakan saat kita sampai di seoul bayinya akan lahir. Itu berarti hanya menunggu beberapa hari lagi hingga balapanmu selesai." Taehyung tersenyum, dia sudah tidak sabar menantikan bayi mereka lahir ke dunia. Mereka akan jadi orang tua hanya dalam beberapa hari, mungkin. Dan jungkook masih cemas, dia yang paling cemas setiap saat untuk menunggu kelahiran bayi mereka.
"Baiklah, jika kau merasakan sesuatu segera bilang padaku"
.
.
.
Mereka sudah berada di pesawat yang terbang melintasi laut. Taehyung mengenggam tangan jungkook yang ada di sampingnya.
"Ada apa?" Taehyung menggeleng, dia tidak bisa berkata apapun. Jungkook menaikkan baju yang taehyung kenakan. Meletakkan tangannya di perut Taehyung hanya untuk merasakan bayi mereka yang gelisah.
"Perutku sakit" Taehyung hampir menangis.
Apa taehyung akan melahirkan?
Jungkook harus tetap tenang tidak ada gunanya panik ataupun menyalahkan dirinya sendiri karena menempatkan taehyung dalam situasi sekarang.
"Tunggu di sini, aku akan memanggilkan seseorang untuk membantu" Taehyung menggeleng, dia tidak ingin ditinggal sendiri. Perutnya benar-benar sakit dan itu membuatnya harus mencengkram kemeja jungkook hingga tak berbentuk.
"Namjoon hyung! Tolong panggilkan seseorang yang bisa membantu sepertinya taehyung akan melahirkan" Jungkook berteriak dari kursinya, dia bisa melihat namjoon datang dengan rekan anggota timnya untuk melihat apa yang terjadi. Seluruh anggota tim jungkook berada dalam satu kabin dan itu sangat bagus karna dia dapat meminta bantuan pada mereka.
"Biar aku bantu" Jaehyun membantu melepas celana dan celana dalam taehyung. Dia tidak berpikir saat itu juga tangannya merasakan air ketuban yang pecah. Pesawat masih memiliki enam jam untuk mendarat. Jungkook mencoba menyanyikan lagu untuk membuat taehyung tenang tetapi dia payah, setidaknya dia melihat taehyung yang tertawa sedikit.
Taehyung mulai menangis lagi beberapa detik setelah dia berhasil membuatnya tertawa. Jungkook mencium dahinya, dia berharap bisa menghilangkan rasa sakit yang saat ini taehyung rasakan.
Beberapa pramugari datang untuk membantu.
"Apa ketubannya sudah pecah?" Pramugari bertanya agar mereka bisa memastikan perlu membawa taehyung untuk berpindah tempat atau tidak. Jungkook terlihat bingung, tetapi sesaat kemudian jaehyun menjawab.
"Aku tidak tahu, tapi tadi taehyung mengeluarkan air selaput yang sudah pecah." Tanpa bertanya lebih lanjut, para pramugari di sana menyiapkan sebaskom besar air, selembar kain dan handuk putih.
"Anda bisa memindahkannya ke lantai agar lebih mudah" Jungkook mengerti dia segera mengangkat tubuh taehyung dan meletakkannya dilantai pesawat. Beruntung pesawat saat itu berjalan dengan stabil sehingga mempermudahkan proses persalinan.
"Hiks... Aku tidak tahan... jungkook" Taehyung menangis yang paling menyakitkan hal itu membuat hancur hati jungkook.
"Anda harus tenang, tarik nafas kemudian buang terus lakukan sembari mengejan." Menarik udara secara perlahan taehyung mengikuti setiap intruksi yang diberikan pramugari padanya. Dia juga mengejan dengan wajah yang banjir air mata.
Jungkook menompang tubuh taehyung yang bersandar, padanya. Mencoba mengosok perut taehyung saat tangannya digenggam dengan erat. Taehyung menutup matanya dan hanya mencoba untuk fokus pada suara intruksi. Setidaknya dia senang melahirkan disekitar orang-orang yang mendukung mereka.
Setelah hampir setengah jam kontraksi tiba-tiba meningkat. Itu membuat rasa sakit berlipat ganda hingga taehyung harus mencengkram kedua tangan jungkook untuk menahannya.
Kontraksi berikutnya datang 3 menit kemudian yang bahkan lebih hebat.
"Dorong lebih keras... biarkan tenaga anda keluar semuanya" Ini buruk karna bayinya berhenti bergerak dan dorongan taehyung tidak cukup kuat membuat bayi mereka yang besar keluar. Tidak ada alat bantu yang bisa memudahkan mereka ketika berada di atas langit. Sialnya waktu seakan berjalan lambat sehingga mereka tidak bisa menunggu taehyung melahirkan setelah mendarat karna air ketubannya telah pecah.
"Sakith... Aku tidak bisa." Nafas taehyung terdengar putus-putus, dia berhenti mendorong bayinya. Tetapi kontraksi terjadi lagi, taehyung mulai bernafas panjang.
"Ugh... Akh...." Taehyung memberikan dorongannya kali ini wajahnya menjadi merah karena mengejan. Di belakang tubuhnya jungkook mengecup wajahnya tanpa henti. Dia merelakan tangannya mengusap dahi basah taehyung.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙿𝚑𝚎𝚛𝚘𝚖𝚘𝚗𝚎𝚜 ✓ (ʙʟ)
FanfictionJeon Jungkook, pemuda berstatus Alpha yang merupakan seorang pembalap Internasional telah menjalin hubungan asmara dengan salah satu Omega dari pembalap Nasional bernama Kim Taehyung. Dengan hasrat yang menggebu-gebu mereka tanpa sadar telah melakuk...