Sesampainya didalam Dinda tak mendapati tawanannya terlihat mata gadis itu nyalang tapi sedetik kemudian dia tersenyum karena menyadari mainannya masih ada disini.
"Kayira keluar dong. Gue lagi malas nih main petak umpet," jelas Dinda sambil memainkan pisau yang ada ditangannya.
"Cih... baiklah kalau gitu gue bakal cari loh. Tapi janji ya setelah gue nemuin loh,loh harus siap-siap mati ditangan gue," gertak Dinda. Kayira semakin membekap mulutnya sungguh badannya terasa sangat gemetaran.
"KAYIRA KELUAR!" Teriak Dinda kesal.
"Ah loh mau main-main sama gue? Baiklah kayaknya ini akan semakin seru," ucapnya membanting semua kardus yang ada di ruangan itu.
Kayira mengintip lewat celah-celah kardus dan saat Dinda lengah barulah dia lari keluar dari persembunyiannya menuju luar. Dinda menyadari hal itu segera menembak kaki Kayira dari arah yang jauh karena posisi mereka berjauhan. Ternyata selain pisau Dinda juga mempunyai senjata. Kayira yang baru saja terkena timah panas merintih kesakitan. Tapi lagi-lagi dia berusaha bangkit dan tetap berlari dengan Dinda mengejarnya dari belakang.
☆☆☆☆☆
"Kayira!"
"Kayira!"
"Kayira!"
Itulah teriakan orang-orang yang sedang mencarinya. Suasana hampir subuh tapi tak ada tanda-tanda Kayira akan di temukan.
"Kemana lagi kita harus nyari Kayira?" tanya Rio frustasi.
"Entahlah. Dinda benar-benar biadab." Geram Deren.
"Peta," pinta Arsen.
"Buat apa?" tanya Bima heran.
"Ada?" tanya Arsen lagi.
"Nih gue bawa," ucap Bima menyodorkan sedangkan Rio dan Deren hanya diam menyaksikan.
Arsen membuka peta tersebut dan melihatnya dengan teliti sampai seketika air mukanya berubah menjadi hangat.
"Gue tau dimana Kayira berada," ujar Arsen menatapa ketiga temannya.
"Dimana?" tanya Deren antusias.
"Disini." Menujukkan titik kepada ketiga temannya.
"Loh yakin?" tanya Rio memastikan.
"Gue yakin. Gak mungkin Dinda bawah Kayira ke perkotaan karena kalian tau kan jalan disini sedikit terjal. Dan satu hal lagi jika Dinda bawa Kayira ke kota otomatis dia akan ketahuan sama polisi jadi menurut gue Dinda cari tempat aman untuk nyekap Kayira dan gue yakin dia gak sendiri pasti ada yang bantuin dia untuk nyulik Kayira," jelas Arsen panjang membuat ketiga temannya menganga tak percaya. Baru kali ini Arsen mengeluarkan kata yang banyak.
"Fenomena sangat langkat," ujar Rio memberikan aplos.
"Yang ngomong tadi benaran loh kan Sen?" tanya Bima memastikan.
"Setan," jawabnya kesal.
"Tolong cubit gue,kalau ini gak mimpi," ujar Deren.
Arsen menatap teman-temannya dengan raut wajah datar.
Setelah lama terdiam Bima membuka kembali percakapan. "Terus rencana loh berikutnya apa?"
Arsen menatap Bima. "Kesana."
Rio langsung berdiri. "Ayoo kita pergi."
Mereka berempat menghampiri pak Jufri dan pak Burhan yang lagi istirahat dan menjelaskan rencana mereka. Pak Burhan setuju begitu juga dengan pak Jufri. Tanpa membuang-buang waktu mereka pergi ketempat dimaksud Arsen tadi.
Sementara dilain tempat Nanda dan Stevi terlihat tak tenang apalagi ditambah dengan nyinyiran Anisa.
"Minggir-minggir gue mau tidur malas liat drama kayak gini," ucap Anisa menaikan oktaf suaranya agar kedengaran oleh Stevi dan Nanda.
Stevi benar-benar sudah geram dengan Anisa beranjak menghampirinya langsung mendorongnya hingga terjungkal kebelakang.
"Loh emang pengen bangat nyari gara-gara?" tanya Stevi marah. Buk Risma mengahmpiri mereka.
"Stevi apa-apaan kamu?" tanya buk Risma.
"Tanya aja buk sama dia,kalau bukan dia yang mulai pasti Stevi akan diam," jawab Nanda.
"Benar itu Anisa?" tanya buk Risma.
"Gak buk. Mereka bohong," ujarnya pura-pura sedih.
"Cih ngatain orang lain drama malah dia sendiri yang banyak dramanya," cibir Stevi lalu pergi.
Memang makin hari sikap asli Anisa mulai nampak dulunya dia adalah orangnya pendiam tapi sekarang semenjak Dinda di penjara seluruh fans fanatik Arsen mulai berani termasuk bicth satu ini.
"Nan gue khawatir sama Kayira," ujar Stevi. Matanya mulai berair.
"Sama Stev. Kita doain aja semoga mereka bisa nemuin Kayira," ujar Nanda.
Kedua sahabat itu pun berpelukan saling menguatkan. Mereka benar-benar merasa seperti orang tak berguna,karena tak bisa menjaga Kayira dengan baik padahal gadis itu bisa menjaga mereka berdua sekaligus.
♧♧♧
Kayira mati-matian menahan isak tangisnya dikarenakan langkan kaki Dinda semakin lama semakin dekat dengannya. Kayira sudah benar-benar pasrah jika memang akan berakhir ditangan Dinda ditambah lagi lukanya sangat perih seperti ditusuk-tusuk.
"Sialan kemana dia pergi!" Umpat Dinda berhenti di dekat pohon tempat ia bersembunyi. "Kayaknya tuh anak udah lari kesana deh," ujar Dinda lalu pergi menuju tempat lain. Kayira menghela nafsanya legah ia memutuskan untuk mencari jalan menuju tempat camping.
Gadis itu berjalan dengan tertatih tatih menuju hutan sesekali ia terjatuh namun bangkit lagi. Dia sudah benar-benar tak kuat hingga memutuskan duduk dibawah pohon dengan was-was takut jika Dinda menemukannya. Ia memegang wajahnya yang perih akibat goresan silet cukup dalam.
Bersambung....Mohon maaf kalau banyak typo
Jangan lupa vote dan komennya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos Coll Vs Cewek Tomboy (End)
Ficção AdolescenteWarning!! Banyak typo bertebaran dan alur acak-acakan jika anda ingin lanjut silakan yang terpenting saya sudah mengingatkan. Dia adalah cowo yang paling nyebelin yang pernah gue temuin,bukan cuman itu dia juga cowo yang sok coll dan parahnya lagi d...