silent and speak

1.7K 140 9
                                    

WARNINGGGGGG PERHATIAAAANNNN WARNINGGGGG 21+

.

.

.

"Mana ada yang mengetahui isi hati jika kau selalu menguburnya?"

.

.

.

HINATA

Sungguh, aku tidak tahu apapun yang di pikirkan oleh bakageyama itu. Sudah marah-marah sendiri, sekarang dia malah menciumku. Apa yang sebenarnya terjadi sih? aku benar-benar bingung dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Kageyama. Aku memutuskan untuk mandi dan makan malam. Saat aku bercermin, baru kusadari jika ada luka di pinggir bibirku. Ini pasti akibat digigit Kageyama tadi. Pelatihan berikutnya aku dan Kageyama hanya diam-diam saja. Bahkan sampai kami kembali, kami tetap diam dan tidak bertegur sapa sama sekali. Aku juga duduk di kursi yang berbeda dengan Kageyama. Keesokkan harinya, aku diajak pelatih Ukai untuk mengunjungi kakeknya sang mantan pelatih Karasuno yang dulu. 

Seminggu, Dua minggu, Tiga minggu... kami masih tetap diam dan tidak bertegur sapa. Kami berlatih dan hanya berlatih. Sialnya aku masih belum bisa memukul Toss dari Kageyama. Aku sangat frustasi dan otakku hampir saja menyerah dengan situasi. Pertandingan melawan Nekoma menjadi sangat sulit karena aku yang belum bisa memukul bola dari Kegeyama. Hingga akhirnya kami mendapatkan penalty lagi untuk yang kesekian kalinya. Aku kabur setelah melakukan penalty dan lebih memilih untuk mendinginkan kepala. Kusiram kepalaku agar lebih dingin dan aku dapat berpikir lebih jernih.

"Hei," aku mendengar sebuah suara yang jantan yang memanggilku. Kulihat siapa yang sedang memanggil namaku. Wajahku termenung setelah melihat seorang pemuda tampan dengan harta melimpah dan wajah yang minim dengan ekspresi. Dia adalah Kageyama. Orang yang sudah 3 minggu ini tidak pernah berbicara padaku barang sekalipun. Sejujurnya... aku meridukan makiannya dan tindakkannya.

"Kau mau apa." jawabku ketus. Aku sedang emosi dengan dirinya sekarang. Entah mengapa aku seperti gadis remaja yang sedang memasuki datang bulan pertamanya. Bawaannya emosian terus menerus. Aku melanjutkan acara mencuci mukaku. 

"Woi!" ketika aku sedang mencuci muka, tetiba Kageyama memelukku dari belakang dan mendekapku erat seolah ia tak ingin kehilangan diriku. Jantungku berdegup dengan kencang. Wajahku memerah antara malu dan marah... atau jangan-jangan aku ada perasaan yang lebih dari sekadar malu dan marah? entahlah. Perasaanku sangat becampuraduk sekarang ini.

"Shouyou...."

DEG!

Sesaat aku merasa jika jantungku berhenti beberapa detik. Untuk pertamakalinya aku mendengar Kageyama memanggil nama kecilku. Lengan Kageyama yang besar dan kokoh mengukusku dan memelukku. Rasa ini baru pertamakali kurasakan. Tingkah Kageyama sangatlah manis hari ini. Baru kusadari jika tatapannya sangat lembut hari ini. Apakah moodnya sedang bagus?

"Kau... kenapa?"

"....aku, tidak tahu." Kageyama masih memelukku dengan mesra dan aku menikmati aroma tubuhnya.  Sepertinya ia sedang dilanda dilema yang membuatnya jinak seperti ini. Kusentuh tangannya lembut dan aku membalas pelukkannya.

"Maaf."

"...untuk?"

"Untuk diriku yang bersikap seperti anak kecil dan sangat egois."

"Kau itu kenapa sih? melihat mu yang mengkahwatirkan orang lain malah membuatku merin--ding."Kageyama mengangkat daguku dan menatapku penuh kasih.

"Bolehkah aku menciummu?"

Fear Not Fear (Kagehina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang