"Hanya padamulah aku tersenyum, aneh bukan?"
.
.
.
Pernah mendengar jika pria sejati tidak akan pernah menarik perkataannya? ya, hal itu benar adanya. Buktinya, Kageyama benar-benar menjemput Hinata dan menyuruh Tsukishima untuk membawa Yamaguchi. Mereka berdua sudah seperti tawanan yang dijemput oleh para algojo untuk dieksekusi. Mau tidak mau mereka harus menuruti kemauan para algojo bukan? atau siksaan yang tidak kasat mata akan menanti mereka. Sesampainya di rumah Nishinoya, Hinata dan Yamaguchi membelalakkan mata dan terkejut dengan apa yang mereka saksikan. Nishinnoya Yuu ternyata seorang yang kaya raya. Walau ia sendiri mengatakan jika dari segi kekayaan dia kalah telak dari si empat pangeran kampus. Namun, Nishinoya juga sangat kaya. Rumahnya juga sangat luas, walau isinya hanya dirinya dan kakeknya saja. Para pelayan juga bisa dihitung dengan jari. Hinata yakin jika Nishinoya sangat kesepian.
Sudah seperti raja, mereka dilayani dengan sangat baik oleh kakek Nishinoya. Nishinoya menuntun mereka menuju ruang volly yang sangat besar. Mirip ruang olahraga yang ada di kampusnya. Disana sudah ada Asahi yang berlatih dengan lompatan serve nya. Cita-cita Hinata adalah memiliki kekuatan yang sepadan dengan Asahi.
"Oh! kalian sudah sampai!"
"Yosh~"
Mereka mulai latihan dan mengasah senjata-senjata baru mereka. Walau awalnya mereka tidak kompak sama sekali. Tapi makin lama mereka semakin mengikuti irama. Hinata mulai dapat membaca arah bola dan Kageyama berusaha membuat umpan lambung yang diinginkan Hinata. Kageyama akan melakukan apapun demi membuat si kecil kesayangannya yang selalu merengek minta toss senang. Disisi lain Yamaguchi juga sedang melatih jump float nya yang mematikan bersama Asahi dan Nishinoya. Mereka berlatih dan mengasah kemampuan hingga titik darah penghabisan.
"Ohoho~ aku suka semangat anak muda!" terdengar teriakkan pujian yang dilemparkan kakek Nishinoya. Ia terlihat membawa minuman dan onigiri buatan Miya Osamu yang terkenal akan kelezatannya. Walau kembar, Atsumu dan Osamu memiliki sifat yang berbeda. Osamu lebih mandiri dan bersikap dewasa, sedangkan Atsumu lebih kekanak-kanakkan.
"Kulihat kalian sedang mengasah senjata baru ya hum~"
"I iya kek! sebelum kami pergi mendatangi training camp bersama dengan kampus-kampus bergengsi lainnya." jawab Hinata dengan api yang menggebu-gebu.
"Bodoh, jika receive mu saja masih sangat payah begitu mana mungkin menang melawan Shiratorizawa."
"Hah?!"
Lalu pertengkaran tidak berguna itu terjadi. Sudah bukan hal yang menghebohkan dikala Hinata dan Kageyama bertengkar.
"Maka dari itulah aku mengundang kalian kemari dengan tujuan memperkuat Receive milik Hinata dan Yamaguchi."
"UWOOOO~ Nishinoya senpai!"
"E--heh?! j jangan gitu ah~ hehe" dalam diam, kakek Nisinoya memandang bangga anak-anak yang berada dihadapannya.
"Semoga berhasil." katanya entah pada siapa. Yang pasti, segala ucapan positif yang di katakan tulus, pasti akan menjadi perwujudan nyata. Berkali-kali Hinata harus menghadapi 2 tipe serve yang berbeda. Serve apung, serve kill ace, dump, feint, dan ia juga harus bisa menyelamatkan bola yang terkena one touch. Itu... sangat tidak gampang. Yamaguchi bahkan hingga percobaan ke lima baru bisa melakukan receive dengan sempurna. Memang benar apa yang dikatakan orang, tidak mungkin kesuksesan diraih hanya dengan waktu semalam saja.
Waktu menunjukkan pukul 8 malam, sudah saatnya mereka pulang dan beristirahat. Setidaknya, latihan besok bersama Ukai sensei tidak memalukan bagi Hinata dan Yamaguchi. Mereka sangat berterimakasih dengan Nishinoya senpai yang sangat baik hati menawarkan ruangan olahraganya untuk dipinjamkan pada mereka semua. Sebelum pulang, kakek Nishinoya berpesan agar mereka jangan pulang dahulu karena ia membeli sebuah camilan untuk mereka bawa.
"Eh? kemana perginya Noya senpai dan Asahi senpai?" tanya Hinata pada Kageyama. Sedangkan yang ditanya hanya diam dan mengedikkan bahu. Karena sakit perut, Hinata ijin untuk pergi kekamar mandi dan mendapati hal yang sangat mengejutkan. Didepan matanya, Asahi dan Noya senpai sedang berciuman denga mesra. Mereka memeluk satu sama lain dan memandang dengan penuh kasih. Untaian saliva terpancar terang bulan dan membias. Asahi tersenyum dan kemudian mengecup sayang dahi Noya. Hinata bahkan melupakan rasa sakit pada perutnya dan malah tercengang melihat adegan romantis yang ditampilkan para senpainya. Semakin lama wajah Hinata semakin panas, lebih baik ia segera pergi dari pada ia dianggap tidak sopan dan malah membuat Noya senpai kecewa.
Hinata kembali dengan keadaan wajah yang memerah dan jantung yang berdegup kencang. Rasa sakit pada perutnya berganti dengan rasa canggung yang hinggap diwajahnya. Ia tidak menyangka jika senpainya memiliki hubungan yang spesial. Ia pikir perlakuan tegas Noya terhadap Asahi san hanyalah tindakkan karena sikap pengecutnya. Ternyata, itu adalah bukti kasih sayang Noya terhadap Asahi.
"Kenapa?" pertanyaan dari Kageyama membuat batin Hinata tersentak. Ia hanya menggeleng dan masih tetap diam termenung melihat adegan romantis yang dilakukan para senpainya. Bhakan sampai didalam mobil Kageyama ia tetap diam dan menikmati suasana yang tenang. Kageyama juga tidak memiliki niatan untuk mengacaukan suasana yang tenang dan sangat jarang Hinata sekalem ini. Wajahnya yang secerah mentari kini terbias cahaya bulan dan bibirnya yang mungil sedikit tertarik. Tanpa sadar tangan Kageyama terjulur dan mengusap pipi Hinata yang gempal. Wajah imut Hinata berubah menjadi wajah terkejut yang imut dan menggemaskan. Matanya yang bulat melebar dan pipinya yang gempal memerah.
"Jangan macam-macam." Kageyama hanya tersenyum dan mendengus kecil mendapati reaksi yang sungguh menggemaskan dari pujaan hatinya. Sesampainya ia dirumah Yamaguchi, Hinata langsung turun dan mengucapkan terimakasih pada Kageyama. Sepertinya Yamaguchi dan Tsukishima belum sampai.
"Hei,"
"Apa!"
"Jangan galak-galak pada pacarmu sendiri."
"Hah?! pacar! lebih baik aku mencari kodok di semak-semak dan menciumnya. Siapa tahu berubah menjadi pangeran tampan."
"Ya, terserah kau saja. Jangan bergadang dan bergosip sampai tengah malam." setelah mengucap itu mobil Kageyama melaju dan membelah sunyinya malam. Hinata menyentuh pipinya yang beberapa waktu lalu disentuh oleh Kageyama.
"Dih, siapa juga yang mau jadi pacarnya."
Tidak lama kemudian mobil ferrari merah Tsukishima datang dan dari dalamnya keluar Yamaguchi yang menenteng makanan. Dugaan Hinata sangat tepat sasaran. Yamaguchi pergi membeli makan bersama dengan Tsukishima.
"Apakah kau menunggu lama?"
"Ah, tidak. Aku juga baru sampai.''
Tanpa mengucapkan sepatah kata, Tsukishima melajukan mobilnya dan meninggalkan Yamaguhi dan Hinata.
"Ayo masuk."
.
.
.
Tidak terasa sudah saatnya mereka menghadapi training camp bersama banyaknya universitas bergengsi. Diantaranya ada Nekoma, Fukurodani, dan Sinzen. Hinata sendiri tidak sabar untuk bertemu dengan teman berkepala pudingnya itu. Perjalanan menuju Tokyo sangatlah menyenangkan. Walau ia dipaksa duduk dengan Kageyama, tapi dia masih bisa bersenda gurau dengan Tanaka dan Nishinoya. Dan sudah pasti diakhiri dengan teriakkan maut dari Daichi dan nasehat dari Sugawara san yang entah kenapa menjadi akrab dengan sang kapten. Sesampainya mereka di universitas Nekoma, sudah ada tim dari univ Nekoma menyambut tim Karasuno.
"Ah! Kenma!" mendengar Hinata berteriak membuat seisi tim Karasuno berjenggit dan menatap Kageyama yang sudah mengeluarkan aura gelap. Ia bingung dari mana bisa Hinata mengenal Kenma si kucing saingannya? Tsukishima menertawakan dalam diam dan dengan penuh keyakinan ia percaya.
'Sesuatu yang menarik akan terjadi sebentar lagi.'
.
.
.
HOLA~ AUTHOR BALEKKKKKK MUACH MUACH... OH IYA... MAU KASIH WARNING BUAT MINGGU DEPAN KARENA ADA 18+ OKE~ AKHIR KATA SELAMAT MENIKMATI, KALO SUKA DI LIKE YAW~ SEMANGAT SEMUA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear Not Fear (Kagehina)
No FicciónINGATTTT INI CERITA YAOI BERUNSUR DEWASA. BAGI YANG DIBAWAH UMUR SADAR DIRI YAWWW WARNING 21+ (GORE) Hinata Shouyou dengan segala kesialannya yang bertemu dengan F4. takut? mungkin iya.... mungkin juga tidak. Sang raja dan Sang matahari. Raja yang m...