"kamu udah yakin (nam)?" tanya Iqbaal meyakinkan.
(namakamu) mengangguk mantap, "harus siap" ia tersenyum.
Iqbaal mengacak-acak rambut (namakamu) sambil tersenyum bangga. Ia senang, gadisnya sudah mau berusaha berdamai dengan keluarganya.
"yaudah ayo kita masuk" ucap Iqbaal sembari menggenggam tangan (namakamu).
Mereka berdua segera memasuki halaman rumah (namakamu). Sesuai janji, hari sabtu ini (namakamu) akan berkunjung ke rumah keluarganya ditemani oleh Iqbaal.
(namakamu) membawa tas sekolahnya yang berisi beberapa pasang pakaian, untuk jaga-jaga kalau saja ia harus menginap di rumahnya.
Iqbaal mengetuk pintu rumah (namakamu). Dan tidak lama muncul sosok wanita paruh baya dengan baju santainya. Wanita tersebut sangat terkejut. Ia tidak percaya dengan apa yang berada di hadapannya saat ini.
Anak bungsunya tiba-tiba datang dan itu membuat ia bahagia. Tapi sebenarnya ia juga heran dan sedikit takut. Heran mengapa tiba-tiba (namakamu) mau mengunjungi rumah ini tanpa diminta, dan ia takut jika apa yang ada dalam pikirannya tidak sesuai dengan kenyataan yang akan ia hadapi setelah ini.
"Assalamualaikum tante" Iqbaal menyalimi tangan bunda Maya.
Bunda Maya sedikit tersentak, "eh iya, Waalaikumsalam Baal"
(namakamu) dengan sedikit gugup pun mengikuti Iqbaal menyalimi tangan bundanya, "assalamualaikum bun"
Bunda maya tersenyum haru, "waalaikumsalam (nam)"
"ayo masuk, tumben banget kalian dateng ke sini. Ada apa?" Bunda Maya mempersilahkan Iqbaal dan (namakamu) untuk masuk.
Sebenarnya, tanpa Bunda Maya suruh pun seharusnya (namakamu) bisa masuk ke dalam rumahnya. Hanya saja, keadaan saat ini yang membuat (namakamu) sedikit merasa canggung untuk memasuki rumahnya sendiri tanpa disuruh.
"kita lagi mau main aja tante. (namakamu) juga katanya kangen sama tante." ucap Iqbaal tidak sepenuhnya berbohong.
Mereka ke sana memang ingin main, dan soal (namakamu) yang katanya kangen dengan Bunda Maya pun mungkin bisa dikatakan tidak salah. Karena dalam lubuk hatinya yang paling dalam, (namakamu) memang merindukan keluarganya namun egonya selama ini menguasai dirinya.
Bunda Maya yang mendengar ucapan Iqbaal pun terharu. Tidak menyangka (namakamu) merindukan dirinya. Ia kira, anak perempuannya yang satu ini sudah membenci diri keluarganya.
"Sebentar ya, tante siapin minum dulu."
Sebelum Bunda Maya berbalik menuju dapur, (namakamu) menahan pergelangan tangan Bunda Maya, "gak usah Bun, ntar aku sama Iqbaal bisa ambil sendiri." (namakamu) tersenyum tipis.
Hari ini terlalu banyak kejutan bagi Bunda Maya. Berawal putrinya yang sudah lama tidak mau berkunjuk ke rumahnya, mengetahui fakta bahwa (namakamu) ke sini karena ia merindukan Bundanya, dan sekarang (namakamu) menahan pergelangan tangannya. Sungguh, rasanya Bunda maya tidak ingin cepat-cepat mengakhiri salah satu hari bahagia dalam hidupnya.
Bunda Maya berdehem untuk menetralkan rasa gugupnya. Entah mengapa, setelah sekian lama ia tidak memiliki perbincangan yang santai seperti ini dengan putrinya, ia jadi merasa gugup. Takut nanti ucapannya membuat putrinya jadi semakin membencinya.
"(namakamu), Bunda bener-bener seneng banget kamu mau main ke rumah ini lagi." ucap Bunda Maya dengan suara yang bergetar, ia tidak sanggup menahan rasa yang campur aduk di hatinya. Antara senang, sedih, menyesal, dan terharu, semua bercampur menjadi satu.
"Maafin Bunda ya kalo selama ini udah jahat sama kamu. Maafin Ayah dan Abang kamu juga."
(namakamu) menarik nafasnya perlahan. Hatinya pun sama sesaknya dengan Bunda. Ia sangat merindukan kehangatan keluarganya. Ia sadar, selama ini ia telah salah mengambil tindakan. Sikapnya selama ini ke keluarganya benar-benar sangat keterlaluan. Ia merasa sangat berdosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wound X IDR
FanfictionRank #47 iqbaalcjr (04/06/18) Rank #8 iqbaalcjr (08/07/18) Rank #4 iqnk (08/05/19) Tuhan punya cerita terbaik untuk hidup kita. Cerita hidupku memang buruk, tapi mungkin memang itu yang terbaik menurut Tuhan. Aku terkurung dalam ego dan rasa kecewak...