L I M A

1K 70 2
                                    

Hari demi hari telah (namakamu) lalui tanpa kendala sedikit pun.  Ntah mengapa, Iqbaal selalu menjadi mood booster bagi dirinya. Walaupun hanya dapat melihat Iqbaal melalui sosial medianya.

Tling!

Tertera nama 'ayah' disana.

untuk apa dia menghubungiku lagi? masih peduli dia? batin (namakamu).

Ayah: Please (nam), balas pesan ayah kali ini 

[read]

Ayah: ayah kangen sama kamu. kenapa kamu gak pernah kasih kabar ke ayah? 

[read]

shit! kenapa tuhan gak pernah membiarakan gue hidup tenang? selalu aja ada yang mengusik hidup gue disaat gue lagi baik-baik aja. batin (namakamu).

Seharusnya (namakamu) tidak bersikap seperti itu kepada ayahnya. Walau bagaimana pun, disini (namakamu) berstatus 'anak'nya. Seperti apapun sikapnya di masa lalu, ayah tetaplah ayah.

ah, persetan dengan hubungan ayah dengan anak. Gue benci dunia. Dunia gak pernah berlaku adil sama gue. Seandainya dulu gue bisa nolak untuk dilahirkan, mungkin gue bakalan bahagia di surga. Bukan menderita seperti ini di bumi. batin (namakamu) kalap. Ntah makhluk seperti apa yang merasuki pikiran dan hati (namakamu) sehingga ia begitu membenci keluarganya. 

Tiba-tiba saja, terdengar lagu 'Asal Kau Bahagia' dari ponsel (namakamu). Segera saja (namakamu) melirik ponselnya. Dan tanpa pikir panjang, ia langsung mereject panggilan itu. Tidak penting menurutnya. Tetapi, seperti tidak mau menyerah, si penelpon tadi terus menerus menghubungi (namakamu) tanpa henti, walaupun selalu (namakmau) reject.

"apaan sih, ganggu aja. Apa gue ganti nomor aja ya?" pikir (namakmau).

But...

"enggak enggak, alay banget sampe harus ganti nomor telpon segala, ck."

Tling!

Putri mate: Jalan yuk (nam). Bosen gue di rumah.

(namakamu): Siap-siap dulu gue.

Emang cuma lo yang bisa ngertiin gue te. (namakamu) tersenyum setelah membalas pesan dari Putri.

Segera saja (namakamu) siap-siap untuk pergi bersama Putri. Simple, (namakamu) hanya mengenakan kaus lengan pendek dan menggunakan celana jeans. Rambutnya hanya ia gerai, tidak ia catok atau sebagainya. 

(namakamu): Gue on the way te. Tempat biasa ya.

Kali ini (namakamu) tidak mengendarai sepeda motornya sendiri, melainkan dia memesan ojek online karena jarak dari apartment (namakamu) ke tempat biasa (namakamu) dan Putri hangout hanya membutuhkan waktu sekirat 15 sampai 20 menit. 

****

"aduh maaf dek, saya gak sengaja". Suara ini. Suara ini tidak asing di telinga (namakamu).

"(namakamu). Akh-". Setelah mengetahui siapa yang menabraknya tadi, tanpa pikir panjang (namakamu) langsung berlari sambil menarik Putri untuk meninggalkan orang itu.

"(namakamu)! Jangan lari. Ayah mau ngomong sama kamu.". Yap, ia adalah ayah (namakamu). Seharusnya (namakamu) tidak perlu menghindar dari keluarganya seperti ini. Tapi ntah kenapa, hati (namakamu) berkata bahwa ia harus menghindari mereka, ntah hanya untuk sesaat atau selamanya. 

"please (namakamu), ayah mohon. Sekali aja kamu dengerin ayah ngomong dulu." Adira Prasaja atau yang kalian kenal sebagai ayah (namakamu) berhasil menggapai lengan (namakamu).

"ayah, lepasin atau aku akan teriak kalau ayah itu adalah orang yang berniat jahat sama aku?" jawab (namakamu) dengan ekspresi wajah yang sangat sangat datar. 

"please (namakamu), sekali ini aja. setelah itu, ayah pasrah kamu mau bagaimana." (namakamu) berusaha mencari kebohongan dimata ayahnya. Tapi hasilnya nihil. Ayah nya bersunggung-sungguh kali ini. Tapi (namakamu) tidak mau sakit untuk yang kedua kalinya. Rasanya lebih sakit jika keluarga kita sendiri yang memaki kita daripada orang lain. Sungguh. Kalian tidak akan pernah tau seperti apa rasanya. 

"hm". (namakamu) hanya berdehem untuk meng-iya-kan permintaan ayahnya.

Hati ini. Hati ini yang meminta untuk memberikan kesempatan kepada ayahnya. Hati ini sungguh aneh. Sudah sangat dalam luka yang dibuat oleh ayahnya, tapi mengapa hati ini tetap saja masih ingin mendengarkan ucapan ayahnya. 

"sebelumnya, ayah mewakili bunda dan kakak kamu untuk minta maaf. Kami sama sekali gak berniat untuk menyalahkan kamu seperti dulu. Kami benar-benar kehilangan kontrol. Waktu itu kami sedang bersedih. Kami shock. Kami tidak percaya. Bagaimana bisa Dara secepat itu ninggalin kita. Kamu perlu tau, saat kejadian itu, bang Satrio mau ngejar kamu, tapi ayah tahan. Kamu boleh maki-maki ayah sekarang, kamu boleh benci ayah sekarang, tapi ayah mohon kamu balik ke rumah lagi. Kumpul sama kami lagi. Ayah nyesel. Ayah nyesel kenapa dulu ayah bisa lepas kontrol begitu. Ayah merasa gagal menjadi pemimpin dikeluarga ini." Tanpa diduga, setetes air mengalir keluar dari mata Adi -ayah (namakamu)-. (namakamu) terkejut. Ia tidak membayangkan sebelumnya bahwa ayahnya akan menangis seperti ini. Tapi (namakamu) sebisa mungkin bersikap tidak peduli. 

"udah kan? sekarang gantian aku yang ngomong. pertama, buat apa kalian minta maaf sekarang? kenapa gak dari dulu? dulu kalian kemana aja? lupa kalau ternyata kalian masih punya satu anak perempuan  yang kalian telantari? kedua, kenapa pada saat itu kalian harus maki-maki aku? Kenapa gak abang Satrio aja? Terus, kalian sedih? Kalian shock? Kalian gak percaya? Sama. Aku juga. Kalian fikir waktu itu aku gak sedih? Aku gak shock? Aku percaya? Enggak. Aku sama seperti kalian. Aku sedih, aku shock, aku gak percaya. Aku merasa orang yang aku sayang dan yang sayang sama aku berkurang satu. Dan saat itu juga aku berharap kalau setelah itu gak ada lagi orang yang aku sayang ninggalin aku, Pergi satu per satu ninggalin aku sendirian. Tapi nyatanya? Memang tidak satu per satu yang ninggalin aku, tapi justru sekaligus kalian ninggalin aku. 

Ayah mempersilahkan aku untuk benci sama ayah? maki-maki ayah? Tapi aku gak bisa. Aku emang sakit hati sama ayah, tapi bukan karena itu aku juga bakalan benci dan maki-maki ayah. Bagaimana pun, ayah itu ayah aku. sejahat apapun ayah, ayah tetap ayah aku. Tapi bukan karena aku gak bisa benci ayah tandanya aku udah maafin ayah. Belum. Aku sama sekali belum maafin ayah maupun bunda dan abang. Aku udah terlanjur sakit hati, yah. Dan untuk aku kembali ke rumah, sepertinya aku gak bisa, yah. Maaf, untuk saat ini ayah ataupun yang lain jangan pernah hubungi aku dulu. Aku mau sendiri. Aku mau menciptakan kebahagiaan aku sendiri tanpa kalian untuk saat ini. Assalamualaikum ayah." (namakamu) langsung pergi meninggalkan ayah dan Putri. Ia sudah tidak bisa lagi membendung air matanya. 

"permisi om, Assalamualaikum." pamit Putri. Lalu ia mengejar (namakamu).

-----------

'maafin ayah. Seharusnya, disaat keadaan kamu seperti ini, ayah ada disamping kamu, ayah yang peluk kamu, ayah yang nenangin kamu. Tapi justru malah ayah yang menyebabkan kamu berada dalam posisi seperti ini. Tanpa ayah, tanpa bunda, dan tanpa abang.' -Adira Prasaja-

********

994 words.

gaje ga sih? kok aku merasa cerita ini gajelas yaaaa:(

aku ga pinter bikin konflik, jadi maaf yaa kalo gajelas atau ga greget gitu.

(08-04-2017)





Wound X IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang