T U J U H

872 68 0
                                    

"Hai iqbaal" sapa Putri.

"Aduh te, jalannya buru-buru banget sih. Capek gua ngikutin lo jalan" (namakamu) yang baru sampai disamping Putri, ia langsung melemparkan omelan-omelannya kepada Putri. (Namakamu) belum melihat siapa orang yang Putri hampiri.

"Heh, kalem dikit napa di depan cogan" Putri menyikut lengan (namakamu), memberi peringatan. Peringatan? Menurut Putri sih itu sebuah peringatan.

"Cogan apaan sih? Cogan siap--" (namakamu) mematung ketika melihat siapa cogan yang dimaksud Putri.

"H-hai baal. Hehe" (namakamu) bukan tipe perempuan yang mudah dikendalikan suasana atau keadaan. Walaupun beberapa detik setelah kejadian ia sedikit terpengaruh dengan keadaan, tapi beberapa detik kemudia ia langsung tersadar. Ia langsung berusaha bersikap normal.

"Hai" balas iqbaal sambil tersenyum.

"Ke sini sama siapa baal? Sendiri?" Tanya Putri tiba-tiba.

"Sama teteh, nih." Iqbaal tidak terlihat kebingungan dengan datangnya (namakamu) dan Putri yang secara tiba-tiba, karena iqbaal sedikit mengingat wajah (namakamu).

(Namakamu) hanya tersenyum tipis. Sedangkan Putri, dia mengangguk-anggukkan kepala sambil membulatkan bibir tanda 'oh'.

"Kalian berdua aja?" Tanya iqbaal. Putri tidak menyangka kalau iqbaal akan bertanya seperti itu. Ya walaupun pertanyaan basa-basi, Putri sudah bahagia. Jelas, karena saat ini Putri terus saja tersenyum.

"Iya baal. Bosen di rumah diem aja. Jadi kita putusin buat hangout deh." Jawab (namakamu). Terlihat sekali bahwa (namakamu) tidak merasa canggung sama sekali.

"Oh gitu. Kalian kelas berapa?" Tanya Iqbaal. Ntah kenapa, pertanyaan itu meluncur begitu mulus keluar dari bibir Iqbaal.

"Kelas 12". Kali ini yang menjawab Putri. Rupanya dia sudah bisa mengendalikan diri ketika berhadapan dengan Iqbaal.

"Wah sama. Sebentar lagi ujian, sukses ya". Sungguh, Iqbaal sangatlah terlihat manis ketika sedang tersenyum seperti itu. Memang semua comate akan melting ketika Iqbaal sudah tersenyum seperti itu.

"Hm.. Gua ke toilet sebentar ya, Put, baal." (Namakamu) izin ke toilet karena ponselnya berbunyi. Ada seseorang yang menghubunginya.

"Gua tinggal bentar ya Put, jangan senyum-senyum terus. Ntar si Iqbaal malah infeel sama lo. Haha" bisik (namakamu) kepada Putri.

*****

"Apaan sih. Gua bosen bahas masalah ini terus." Ucap (namakamu) kesal.

'Gua bingung, kenapa lo sebegitu benci sama kami. Sampe-sampe lo gak mau nyelesaiin masalah ini. Seakan-akan lo bahagia dengan gak adanya kami di sisi lo.'

"Lo pikir aja sendiri." (Namakamu) sudah kelewat kesal. Ia bosan. Setiap kali kakaknya menghubunginya, pasti dia membahas masalah yang sama.

'Tau ah. Capek gua ngebujuk lo terus. Terserah lo mau gimana.' Terdengar ketus. Kakaknya sudah pusing membujuk (namakamu) yang berujung terciptanya pertengkaran diantara mereka.

"Hm." (Namakamu) hanya berdehem. Sudah malas menyahutinya.

'Gua tutup telponnya. Assalamualaikum.' Sambungan itu langsung diputus sepihak oleh kakaknya.

"Waalaikumsalam." Jawab (namakamu) dingin.

*****

"Sorry lama." (Namakamu) meminta maaf kepada Putri dan Iqbaal ketika ia sampai di tempat tadi. Teh ody juga ada disana. Sepertinya Iqbaal memang sengaja menunggu (namakamu) kembali agar Putri tidak sendirian seperti anak hilang.

"Hai teh ody." Sapa (namakamu) dengan ramah.

"Hai juga. (Namakamu) ya?" Teh ody membalas sapaan (namakamu) dengan sangat ramah.

"Iya teh, hehe" jawab (namakamu) sekenanya.

"Yaudah, mau gabung apa gimana?" Tanya Iqbaal akhirnya.

"Hm.. Kayaknya gua sama Putri langsung balik aja deh. Udah lumayan malem juga. Rumah gua sama Putri jauh juga." Memang saat ini jam menunjukkan pukul 20.36. Itu sudah malam bagi (namakamu). Karena (namakamu) bukan tipe perempuan yang senang keluar malam.

"Kalo gitu, kita pulang juga deh teh. Udah malem, haha." Iqbaal mengajak teh Ody pulang juga setelah ia melihat jam.

"Kalian mau bareng kita gak pulangnya?" Tawar teh Ody kepada (namakamu) dan Putri.

"Gak usah repot-repit teh, kita naik taksi online aja." Tolak Putri halus.

"Lagian, rumah kita di Tangerang selatan. Nanti kalian jadi muter-muter." Tambah (namakamu).

"Beneran? Udah malem loh. Bahaya perempuan di jalan sendiri." Ntah maksud Iqbaal menakut-nakuti (namakamu) dan Putri, atau apa.

"Kita kan berdua. Hehe." (Namakamu) nyengir. Menang benar, mereka tidak sendiri. Kan mereka berdua.

"Eh. Gak gitu. Maksudnya itu, bahaya kalo.. Eh, ya gitu deh" gak jelas apa yang Iqbaal katakan.

"Beneran, kita naik taksi aja. Kita pamit ya. Yuk Put. Assalamualaikum." (Namakamu) sedikit menarik Putri.

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya." Ucap Iqbaal dan teh Ody bersamaan.

****

"(Nam), gua itu mati-matian nahan senyum pas lo ke toilet. Kaki gua gemeteran. Telapak tangan gua keringet dingin. Mau pingsan rasanya. Lo tega ninggalin gua sama Iqbaal berduaan." Curhat Putri panjang lebar. Memang, diantara (namakamu) dan Putri, Putri lah yang paling fanatik dengan Iqbaal.

"Lebay lo. Biasa aja dong. Haha" (namakamu) menanggapi curhatan Putri dengan sangat santai. Sedangkan Putri? Ia tadi sudah mati-matian menahan diri agar tidak teriak.

*****

Sedikit ada peningkatan.

Kemaren cuma 519 words kan?
Sekarang 731 words. Hehe.

Lumayan lah, walaupun nambah sedikit doang.

Maafkan typo dimana-mana.

Buat kalian yang bingung, kenapa tiba-tiba ada cerita 'wound' di library kalian. Kalian bisa cek post-an aku sebelum yang ini.

(28-04-2017)

Wound X IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang