12

672 51 0
                                    

Berapa bulan ini gak lanjut? Adakah yang masih inget??????😂

-----

Huft

(Namakamu) menghembuskan nafas nya berat. Ia kesal, sedih, marah. Perasaannya saat ini campur aduk.

(Namakamu) menyenderkan punggungnya di pembatas jembatan. Ia mendengakkan kepalanya, berharap air matanya tidak turun membasahi pipi.

Ini gak adil, tuhan. Batin (namakamu) menjerit.

Semakin keras (namakamu) menahan tangisannya, semakin sakit pula hatinya. Hati (namakamu) hancur. Mengapa hidupnya seburuk ini? Mengapa hidupnya tidak seindah teman-teman seumurannya? Mengapa ia harus berada di dunia ini kalau itu hanya akan menyakiti (namakamu)? Mengapa tuhan sejahat ini kepada (namakamu)?

Mengapa tidak kak Dara saja yang bernasib seperti ini? Mengapa tidak bang Satrio saja yang berada di posisi (namakamu)? Mengapa tidak orang lain saja yang merasakan ini? Mengapa harus aku, tuhan? Mengapa harus aku? Batin (namakamu)

(Namakamu) tidak kuat menahan tangisannya. (Namakamu) menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Ia menangis dalam diam.

Tling!

Putri mate: lo dimana? Gue di apart lo nih
Putri mate: p
Putri mate: p
Putri mate: p
Putri mate: p
Putri mate: WOY!
Putri mate: ini pemiliknya udah mati ya,-

(Namakamu): kenapa?

*Pute is calling*

"Ehm" (namakamu) berdehem untuk menetralkan suaranya.

'Buruan pulang, gua di depan apart lu nih. Lumutan gua nunggunya'

"Iya bentar" (namakamu) menghapus air mata yang mengalir di pipinya.

'Lima belas menit gua tunggu.'

(Namakamu) hanya menghela nafas beratnya, lalu mematikan sambungan telfon secara sepihak.

(Namakamu) menaiki motornya. Lalu melajukannya dengan kecepatan sedang.

Hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk mencapai apartemen (namakamu). Karena memang jarak dari jembatan ke apartemen tidak terlalu jauh.

"Lama banget sih, lo abis dari mana emang?" tanya Putri ketika (namakamu) menghampirinya.

(Namakamu) yang ditanya seperti itu hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Ehh bentar. Lo abis nangis? Kenapa?" Putri menyadari raut wajah sedih (namakamu).

"Yuk masuk dulu. Ya kali ngobrol depan pintu begini." (namakamu) berusaha mengalihkan pembicaraan.

Dengan segera, (namakamu) memasukkan password apartemennya. Lalu masuk dengan diikuti Putri di belakangnya.

(Namakamu) menaruh tasnya di atas sofa. Lalu berjalan kearah dapur.

"Mau minum apa Put?" (Namakamu) bertanya dari dapur.

"Apa aja terserah lo." sahut Putri dari ruang tamu.

Setelah menyiapkan minuman untuk Putri dan dirinya, tidak lupa juga dengan beberapa camilan yang ada, (namakamu) kembali ke ruang tamu.

"Diminum Put." ucap (namakamu) sembari menaruh nampan diatas meja.

"Thanks. Tau aja gua lagi pengen yang seger-seger." jawab Putri sambil menunjukkan gigi-giginya.

(Namakamu) hanya berdehem untuk menanggapi ucapan Putri barusan. Ia masih memikirkan bundanya.

"Lo tuh kenapa sih? Udah aslinya irit ngomong, sekarang malah tambah irit. Lagi ada masalah?" ini lah Putri. Dengan segala keingintahuannya yang sangat besar. Namun dengan cara itu lah Putri menunjukkan rasa peduli terhadap sahabatnya.

"Perasaan lo doang kali. Gua gak kenapa-kenapa kok." ucap (namakamu) sembari memalingkan mukanya dari tatapan Putri.

"Yaudah kalo lo emang belum mau cerita. Gua gak maksa. Tapi plis, lu belajar buat lebih terbuka sama orang lain, lebih ramah, murah senyum, ngomong juga lancar jaya. Jangan kaya jalan tol baru, macet." nasihat Putri. (Namakamu) senang karena sampai saat ini, masih ada orang yang peduli kepadanya.

"Thank's put." (namakamu) tersenyum simpul.

Menurut Putri, melihat senyuman (namakamu) sama saja seperti melihat berlian. Berharga. Saking jarangnya (namakamu) tersenyum.

Putri tidak tahu hal apa yang menyebabkan (namakamu) menjadi seseorang yang tidak peduli akan lingkungan sekitar, jarang menampilkan senyuman, bahkan untuk berbicara dengan teman yang lain saja hampir tidak pernah.

Walaupun Putri baru berteman dengan (namakamu), tapi Putri yakin bahwa bukan seperti ini sifat asli (namakamu). Pasti ada suatu hal yang memaksa (namakamu) menjadi menutup diri dari orang lain.

Ntah masalalu bersama temannya, atau keluarganya. Putri tidak tahu.

Omong-omong tentang keluarga (namakamu), Putri hanya tahu bahwa (namakamu) tinggal di apartemen seorang diri. Tanpa orang tua.

"Emm, Put." panggil (namakamu) tiba-tiba.

Putri hanya mengangkat satu alisnya sebagai tanggapan.

"Sabtu ada kegiatan gak?"

"Kosong. Kenapa emang?" tanya Putri penasaran. Tumben-tumbenan (namakamu) menanyakan tentang dirinya.

"Emm... Hm.. Sabtu temenin gua ya."

"Ke?"

"Ke rs. Udah gak usah banyak tanya. Abis dari rs, gua ceritain." jawab (namakamu).

--------

Sippp.
Good.
Nice.
👍👍

LONGTIME NO SEE🙈🙈🙈🙈

Mau sedikit cerita nih. Jadi ceritanya, gua udah lanjutin ngetik sampe brp ratus kata gitu, dan dan dan dan ternyata gak ke save.

Betapa kampretnya.

Kesel sih. Tapi yaudah lah ya.

Karna udah gak mood ngetik, jd chapter ini segini aja yaaa.. Maap pendek

Wound X IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang